SELAMAT DATANG DAN TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA

KHOTBAH MINGGU : Pdt. Ny. Noor Refialy : PANDANG TUHAN DAN ENTASKAN KEMISKINAN

 

Khotbah Minggu Sengsara IV, 

Minggu, 03 Maret 2024

Nas Bacaan: Matius 19:16-26

Sdr-Sdr Yang diberkati Tuhan; Sekarang kita sudah memasuki minggu pra-paskah atau minggu sengsara Kristus yang ke-empat. Dalam kalender gerejawi, minggu pra paskah yang ke-empat ini disebut minggu oculi: yang bermakna “mataku tetap terarah kepada Tuhan” (berdasarkan Mazmur 25:15a). Melalui minggu Oculi ini kita diajak untuk senantiasa mengarahkan pandangan kita kepada Tuhan Yesus yang telah mati disalib demi menyelamatkan kita dari kuasa dosa dan maut. Dan dalam kaitan ini maka tema pemberitaan minggu ini yang ditetapkan oleh LPJ-GPM adalah Pandang Tuhan dan entaskan kemiskinan. Dengan tema pemberitaan seperti ini maka kita pun diingatkan bahwa Tuhan Yesus senantiasa peduli dengan orang-orang susah/miskin. Bahkan Ia mengidentifikasikan diri-Nya dengan mereka. Hal ini nyata tertuis dalam Matius 25:40 yang mengatakan “sesungguhnya segala  sesuatu yang kamu lakukan kepada salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku”. Sehubungan dengan itu maka perikop pembacaan kita tadi, yakni matius 19:16-26 ditetapkan sebagai bahan pemberitaan firman di Minggu Sengsara keempat ini.

Sdr-Sdr Yang terkasih dalam Tuhan Yesus;  Perikop ini berkisah tentang seorang muda yang kaya datang bertanya kepada Tuhan Yesus tentang bagaimana seseorang bisa memperoleh hidup yang kekal. Anak muda ini bukanlah yang biasa-biasa saja. Walaupun usianya masih muda tetapi ia sudah menjadi seorang pemimpin yang kaya (bd.Luk.18:18a). Bukan itu saja. Ia juga seorang yang saleh. Hal ini nampak dari jawabannya kepada Tuhan Yesus yang berkaitan dengan perintah-perintah yang terkandung dalam hukum taurat (ay.20). ini berarti bahwa orang muda ini benar-benar sudah hidup berdasarkan ketentuan agamanya sebab kesalehannya terlihat dalam menjalankan setiap kewajiban agama. Tetapi menariknya ialah bahwa Tuhan Yesus mengatakan bahwa walau pun ia hidup dalam kesalehan tetapi masih ada hal yang kurang yang membuatnya belum sempurna. Mendengar hal ini agaknya orang muda ini terkejut dan bertanya kepada Tuhan Yesus, “Semuanya itu telah kuturuti, apa lagi yang masih kurang? (ay.20c), maka Tuhan Yesus pun menjawab dia katanya, “jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku” (ay21).  Orang muda ini pasti tidak menyangka bahwa Tuhan Yesus justeru memberikan sebuah tuntutan yang bagi dirinya tentu sangat berat untuk dilakukan. Sebab bagaimana mungkin ia harus menjual seluruh harta yang sudah diperoleh dengan sudah payah. Maka Ia pun meninggalkan Tuhan Yesus dengan sedih (ay.22). 

Sdr-Sdr yang diberkati ;  Dari perkataan Tuhan Yesus kepada orang muda yang kaya ini agar ia menjual hartanya dan membagikannya dengan orang miskin maka timbul pertanyaan: Apakah itu berarti Tuhan Yesus sedang mengajarkan bahwa orang kristen tidak boleh kaya? Apakah orang kristen itu harus miskin supaya bisa memperoleh hidup kekal? Tentu saja Tuhan Yesus tidak pernah mengajarkan yang demikian. Tetapi melalui percakapan dengan orang muda yang kaya ini maka ada beberapa hal yang ingin disampaikan oleh Tuhan Yesus untuk meluruskan cara beragama orang Yahudi pada zaman itu, antara lain: pertama, hidup kekal itu tidak seluruhnya soal kehidupan yang akan datang tetapi juga menyangkut kehidupan masa kini.  Bagi orang Yahudi (termasuk orang muda yang kaya ini), yang paling penting dalam kehidupan beragama adalah kesalehan hidup. Kesalehan hidup yang dimaksud adalah berkaitan dengan kesetiaan melakukan hukum taurat secara legalistik. Akibatnya ialah bahwa kehidupan sosial sama sekali mereka abaikan. Mereka rajin beribadah, rajin berpuasa, setia melakukan segala tetek-bengek ritual seperti korban persembahan dsb. tetapi kepedulian kepada orang miskin mereka abaikan. Oleh karena itu kehidupan spiritual mereka hanya terpusat pada hubungan vertikal. Yaitu antara mereka dengan Tuhan semata. Bagi mereka, hidup kekal itu tidak ada sangkut pautnya dengan kasih dan keadilan sosial. Maka orang muda ini menganggap bahwa hidup keagamaannya sudah sempurna karena ia sudah hidup dalam kesalehan. Padahal, bagi Tuhan Yesus, hidup kekal itu justeru berkaitan pula dengan kepedulian terhadap masaalah-masaalah sosial seperti kasih dan keadilan. 

Karena itu maka hidup saleh tetapi tidak peduli dengan orang-orang yang susah/miskin maka percuma saja. Kedua, harta kekayaan tidak dapat menjamin seseorang untuk hidup kekal. Nampaknya bahwa orang muda ini sedih karena ia terlalu bergantung kepada harta kekayaannya. Akibatnya ia merasa sedih ketika ia dituntut untuk menjual seluruh hartanya dan membagikannya dengan orang miskin. Dalam konteks seperti ini Tuhan Yesus pernah mengajarkannya dalam perumpamaan tentang orang kaya yang bodoh dalam Lukas 12:13-21, dimana orang kaya ini dikatakan bodoh bukan karena ia memiliki harta yang banyak melainkan karena ia terlalu bergantung kepada harta kekayaannya itu. Dan terhadap hal ini pun Tuhan Yesus telah memberi peringatan kepada kita agar kita harus hati-hati karena dimana harta berada disitu pula hati kita berada (bd. Mat.6:21//Luk12:34). Jadi ketergantungan kepada harta itulah yang senantiasa menyebabkan orang tidak mengandalkan Tuhan. Itulah sebabnya Tuhan Yesus lalu mengatakan bahwa lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum daripada orang kaya masuk ke dalam kerjaan Allah. Ketiga, mengikut Yesus berarti harus selalu peduli dengan sesama yang miskin dan menderita. Hal inilah yang dengan sangat tegas diucapkan oleh Tuhan Yesus kepada orang muda yang kaya ini, yaitu, “jikalau engkau ingin sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku (ay.21). 

Sdr-Sdr yang dikasihi Tuhan ;  Sebagai umat Tuhan yang kini sedang memasuki minggu-minggu sengsara Kristus, maka di minggu  Sengsara ke-empat atau minggu Oculi ini kita diminta untuk memandang kepada Tuhan Yesus yang menderita di kayu salib untuk keselamatan kita, sekaligus juga memandang kepada mereka yang miskin dan menderita yang ada disekitar kita karena Tuhan Yesus selalu mengidentifikasikan diri-Nya dengan mereka. Jika kita mengaku bahwa kita adalah umat Tuhan maka sadarlah bahwa ada begitu banyak orang disekitar kita yang juga sedang memandang kepada Tuhan Yesus dan mengharapkan pertolongan daripada-Nya. Mereka-mereka ini adalah orang-orang miskin, para janda, yatim, piatu, yatim piatu, yang cacad secara fisik maupun mental, yang dikucilkan dalam masyarakat, yang diperlakukan tidak adil, dsb. Mereka-mereka inilah yang harus kita tolong. Ingatlah bahwa Tuhan memberkati kita supaya kita pun menjadi berkat bagi sesama yang susah ini. Maka marilah kita menjadikan diri kita sebagai kepanjangan tangan Tuhan bagi mereka supaya melalui kita maka mereka pun dapat merasakan cinta kasih Tuhan dalam kehidupan nyata mereka tiap-tiap hari. 


Sdr-Sdr yang diberkati Tuhan ; Menolong sesama yang susah bukan nanti sesudah kita kaya tetapi sejak saat ini kita dapat melakukannya. Banyak orang yang sering berdalih bahwa ia belum dapat memberi kepada orang susah karena ia belum kaya. Ia lupa bahwa mungkin ia tidak punya uang tetapi punya tenaga, ketrampilan, nasihat, doa mau pun berbagai topangan dalam bentuk lainnya.         Dalam keterkaitan dengan ini pula maka sudah seharusnya pelayanan diakonal gereja semakin kita tingkatkan demi terselenggaranya pelayanan diakonal yang transformatif sehingga ketika orang meminta ikan kita berikan kail atau ketika mereka meninta kasbi kita berikan cangkul supaya kelak mereka bisa mandiri. Memang kita di jemaat ini sudah melakukannya tetapi berkaca dari firman ini maka marilah kita terus galakan pelaksanaannya supaya semakin banyak orang yang merasakan kepedulian gereja bagi mereka. Terhadap hal ini Rasul Paulus juga mengingatkan kita, “Hendaklah masing-masing orang memberi menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih kati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita” (2Kor.9:7). Kiranya Tuhan senantiasa menolong dan memberkati kita sekalian. Amin.   

Doc.Gc.com