SELAMAT DATANG DAN TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA

Kuduskan Hidup dan Pikul Salib Bersama Yesus, Juruselamat

 

Khotbah Minggu Sengsara VII, 24 Maret 2024

Nas Bacaan: Lukas 14:25-35

 Olh; Pdt. Noor Refialy

 

Sdr-Sdr Yang Tuhan Yesus Berkati : Kita kini telah memasuki minggu pra-paskah atau minggu sengsara Kristus yang ke tujuh. Dan hari jumat nanti kita akan memperingati peristiwa kematian Tuhan Yesus melalui akta sakramental yaitu perjamuan jumat agung untuk memperingati kematian Tuhan Yesus di salib bagi keselamatan kita dan dunia ini, sehingga hari sebagaimana yang telah menjadi tradisi GPM bahwa seminggu sebelum pelaksanaan perjamuan kudus akan dilaksanakan terlebih dahulu perhadliran sebagai bentuk pengakuan tiap anggota sidi gereja yang ingin menghadiri perjamuan kudus dimaksud. Maka dalam kebaktian minggu pra paskah/minggu sengsara ke-tujuh ini pun akan dilaksanakan perhadliran, dan pada hari minggu ini juga di seluruh jemaat GPM ada ribuan anak-anak muda yang akan mengaku iman mereka untuk menjadi pengikut Yesus melalui akta peneguhan sidi baru. Dan karena itu maka walau pun di sini tidak ada peneguhan sidi baru namun hal menjadi pengikut Tuhan Yesus itu tetap menjadi penting untuk disampaikan bagi kita, khususnya melalui perikop pembacaan kita tadi, yakni Lukas 14:25-35.

Sdr-Sdr Yang diberkati ;  nampaknya mulai ada gejala bahwa ada yang mengaku menjadi kristen namun menolak untuk menderita. Ada orang yang mau menjadi pengikut Yesus sepanjang hal itu menguntungkan diri dan keluarganya. Tetapi jika tidak menguntungkan maka ia tidak mau mengambil risiko. Apalagi sekarang ini ada banyak orang yang mulai dipengaruhi dengan ajaran teologi sukses yang mengajarkan bahwa mengikut Yesus pasti kaya, pasti dapat jabatan, pasti selalu untung, pasti selalu sehat, dst. Hal ini lalu membuat banyak orang kristen yang mulai lupa bahwa keputusan untuk menjadi pengikut Yesus itu ada harganya. Atau dengan kata lain, ada harga yang harus dibayar setiap orang atas keputusannya untuk beriman kepada Allah di dalam Yesus Krisus. Oleh karena itu maka setiap orang yang mau mengambil keputusan untuk mengikut Tuhan Yesus haruslah mempertimbangkannya dengan sungguh-sungguh sehingga ia tidak kecewa dalam perjalanan imannya. Hal inilah yang hendak diberitakan kepada kita melalui perikop pembacaan kita tadi. Sdr-Sdr Kekasih Tuhan : Ketika Tuhan Yesus mengucapkan pengajaran ini, Tuhan Yesus dan para murid sedang dalam perjalanan menuju Yerusalem dimana disana Ia akan menjalani penderitaan dan mati di salib sebagai korban penebusan bagi dosa manusia. Dan ada begitu banyak orang yang ikut serta dalam perjalanan menuju penyaliban itu. Sayangnya, banyak orang yang datang mengikuti Yesus dalam perjalanan menuju Yerusalem memiliki harapan yang keliru. Mereka berharap bahwa Yesus masuk ke Yerusalem untuk mendirikan kerajaan Israel secara politis dimana mereka akan dibebaskan dari penjajahan Romawi. Mereka berangan-angan bahwa dengan mengikut Yesus maka mereka akan menerima banyak sekali keuntungan materi dan

keuntungan kesenangan duniawi. Bagi Yesus, semuaya ini hanyalah harapan atau angan-angan yang palsu karena kerajaan yang didirikan Yesus bersifat spiritual dan bukan bendawi. Dan untuk menjadi warga kerajaan itu harus ada harganya yaitu harus melepaskan segala sesuatu yang dapat menghalangi cinta kasih seseorang kepada Tuhan Yesus. Dan ini bukanlah sesuatu yang mudah, namun orang harus mengambil keputusan, yaitu mengasihi Yesus atau mengasihi dunia. Itulah sebabnya mengapa dibutuhkan pertimbangan yang matang sehingga orang tidak kecewa dikemudian hari. Dan demi meluruskan cara pandang yang keliru dari orang banyak itu maka Yesus mengemukakan ajaran-Nya ini. Dalam perikop ini dikisahkan bahwa ketika orang banyak berduyun-duyun datang mengikuti Yesus dalam perjalanan menuju Yerusalem maka Yesus pun berpaling dan berkata kepada mereka, “jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku” (ay.26)

. Sdr-Sdr Yang Dikasihi Tuhan :

Pernyataan Yesus ini tegas dan keras. Orang harus membenci segala sesuatu yang sangat dikasihinya: orang tua, keluarga, saudara, harta bahkan nyawanya sendiri. Namun sebenarnya Yesus tidak bermaksud sedemikian keras itu. Ini hanya permainan kata-kata yang lazim terjadi di dunia Semitis yang hendak menegaskan tentang sesuatu yang lebih diutamakan dari yang lain. jadi karena itu kita tidak boleh memahaminya secara harafiah. Karena yang dituntut oleh Yesus disini ialah bahwa jika seseorang mau menjadi murid Yesus maka ia harus lebih mengasihi Yesus dari sesuatu yang lainnya termasuk keluarganya sendiri, bahkan nyawanya sendiri. Jadi mengasihi Yesus tidak berarti harus membenci orang yang kita kasihi. Namun demikian, mengapa Yesus harus menegaskan hal ini? Sebab sangat sering terjadi bahwa karena alasan keluarga, pekerjaan atau harta kekayaan maka orang mudah menghindar dari keterlibatan untuk melayani pekerjaan Tuhan. Apalagi jika sesuatu yang berkaitan dengan imannya itu dapat merugikan dirinya dan keluarganya. Jadi Yesus mengemukakan hal yang keras seperti ini karena menjadi pengikut Yesus berarti mesti mengambil keputusan untuk terlibat dalam penderitaan karena iman. Hal ini yang dikemukakan oleh Yesus dengan bahasa simbolis memikul salib. Memikul salib berarti selalu bersedia untuk menderita karena iman kepada Yesus. Dan ini tidak mudah. Oleh sebab itu maka orang yang mau mengikut Yesus terlebih dulu harus membuat pertimbangan yang matang supaya ia tidak kecewa dikemudian hari. Hal inilah yang diumpamakan oleh Yesus dengan hal membuat menara mau pun berperang. Tanpa pertimbangan yang matang maka seseorang yang semula menjadi pengikut Yesus dapat meninggalkan Yesus karena kecewa. 

Sdr-Sdr Yang dikasihi Tuhan : Sebagaimana tadi sudah disampaikan bahwa akhir-akhir ini ada banyak orang yang menjadi kecewa kepada keputusannya untuk menjadi pengikut Yesus karena harapan dan angan-angannya tidak terpenuhi. Ada orang yang akhirnya beralih iman karena ia berharap ketika menjadi pengikut Yesus pasti kaya, namun ternyata ia justru mengalami kerugian terus dalam usahanya. Ada orang yang motivasinya mau mengikut Yesus supaya dapat jabatan, namun ternyata ketika ia menjadi kristen ia tidak mendapat jabatan. Ada orang yang ingin mengikut Yesus supaya selalu sehat terus sapanjang masa, namun ternyata ia mengalami ganggunan kesehatan yang serius. Semua contoh-contoh ini hendak menggambarkan kepada kita bahwa masih ada orang kristen saat ini yang beriman kepada Tuhan Yesus dengan cara berpikir yang keliru, sehingga membuat mudah sekali mereka kecewa. Dan perikop ini kembali dikhotbahkan kepada kita supaya kita memahami bahwa ternyata mengikut Yesus itu ada harganya. Harga yang harus kita bayar ialah lebih mengutamakan cinta kepada Tuhan Yesus daripada cinta kepada segalanya, termasuk orang yang kita kasihi sekalipun. Dan konsekuensi dari harga yang harus kita bayar itu ialah jalan salib, yaitu rela menderita karena beriman kepada Kristus. 

Sdr-Sdr Yang Diberkati : 

Jika masih ada diantara kita yang menganggap hal ini berat, pertimbangkan kembali cara beriman kita selama ini. Apakah sudah sesuai dengan kehendak Tuhan atau hanya sesuai dengan kehendak kita sendiri. Ingatlah bahwa Tuhan Yesus tidak pernah menawarkan jalan yang lebar tetapi jalan yang sempit. Tuhan Yesus tidak pernah menjanjikan laut yang tenang, langit yang selalu cerah serta jalan yang selalu rata. Tapi yang Tuhan Yesus janjikan ialah pertolongan-Nya. Artinya selama kita menjalani hidup dalam kesementaraan waktu di dunia ini kita tidak akan pernah bebas dari masalah dan penderitaan karena itu adalah realitas kehidupan manusia di dunia ini. Dan dalam realitas perjalanan seperti itulah Tuhan Yesus berjanji untuk menyertai kita sampai kepada akhir zaman. Maka marilah kita semua tetap setia kepada keputusan kita untuk beriman kepada Tuhan Yesus karena hidup kekal itu telah diberikan-Nya kepada kita melalui penderitaan, kematian dan kebangkitan-Nya. Marilah kita kuduskan hidup kita dan pikullah salib bersama Yesus sebagai wujud ketaatan iman kita yang  senantiasa bersyukur terhadap pengorbanan Tuhan Yesus yang rela menderita bahkan mati di salib untuk keselamatan kita manusia dan dunia dan yang telah memberikan kepada kita hidup dan keselamatan kekal. Selamat merayakan Jumat Agung ... Tuhan memberkati dan menyertai kita semua hari ini sampai pada akhir zaman. Amin.

KHOTBAH MINGGU : Pdt. Ny. Noor Refialy : PANDANG TUHAN DAN ENTASKAN KEMISKINAN

 

Khotbah Minggu Sengsara IV, 

Minggu, 03 Maret 2024

Nas Bacaan: Matius 19:16-26

Sdr-Sdr Yang diberkati Tuhan; Sekarang kita sudah memasuki minggu pra-paskah atau minggu sengsara Kristus yang ke-empat. Dalam kalender gerejawi, minggu pra paskah yang ke-empat ini disebut minggu oculi: yang bermakna “mataku tetap terarah kepada Tuhan” (berdasarkan Mazmur 25:15a). Melalui minggu Oculi ini kita diajak untuk senantiasa mengarahkan pandangan kita kepada Tuhan Yesus yang telah mati disalib demi menyelamatkan kita dari kuasa dosa dan maut. Dan dalam kaitan ini maka tema pemberitaan minggu ini yang ditetapkan oleh LPJ-GPM adalah Pandang Tuhan dan entaskan kemiskinan. Dengan tema pemberitaan seperti ini maka kita pun diingatkan bahwa Tuhan Yesus senantiasa peduli dengan orang-orang susah/miskin. Bahkan Ia mengidentifikasikan diri-Nya dengan mereka. Hal ini nyata tertuis dalam Matius 25:40 yang mengatakan “sesungguhnya segala  sesuatu yang kamu lakukan kepada salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku”. Sehubungan dengan itu maka perikop pembacaan kita tadi, yakni matius 19:16-26 ditetapkan sebagai bahan pemberitaan firman di Minggu Sengsara keempat ini.

Sdr-Sdr Yang terkasih dalam Tuhan Yesus;  Perikop ini berkisah tentang seorang muda yang kaya datang bertanya kepada Tuhan Yesus tentang bagaimana seseorang bisa memperoleh hidup yang kekal. Anak muda ini bukanlah yang biasa-biasa saja. Walaupun usianya masih muda tetapi ia sudah menjadi seorang pemimpin yang kaya (bd.Luk.18:18a). Bukan itu saja. Ia juga seorang yang saleh. Hal ini nampak dari jawabannya kepada Tuhan Yesus yang berkaitan dengan perintah-perintah yang terkandung dalam hukum taurat (ay.20). ini berarti bahwa orang muda ini benar-benar sudah hidup berdasarkan ketentuan agamanya sebab kesalehannya terlihat dalam menjalankan setiap kewajiban agama. Tetapi menariknya ialah bahwa Tuhan Yesus mengatakan bahwa walau pun ia hidup dalam kesalehan tetapi masih ada hal yang kurang yang membuatnya belum sempurna. Mendengar hal ini agaknya orang muda ini terkejut dan bertanya kepada Tuhan Yesus, “Semuanya itu telah kuturuti, apa lagi yang masih kurang? (ay.20c), maka Tuhan Yesus pun menjawab dia katanya, “jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku” (ay21).  Orang muda ini pasti tidak menyangka bahwa Tuhan Yesus justeru memberikan sebuah tuntutan yang bagi dirinya tentu sangat berat untuk dilakukan. Sebab bagaimana mungkin ia harus menjual seluruh harta yang sudah diperoleh dengan sudah payah. Maka Ia pun meninggalkan Tuhan Yesus dengan sedih (ay.22). 

Sdr-Sdr yang diberkati ;  Dari perkataan Tuhan Yesus kepada orang muda yang kaya ini agar ia menjual hartanya dan membagikannya dengan orang miskin maka timbul pertanyaan: Apakah itu berarti Tuhan Yesus sedang mengajarkan bahwa orang kristen tidak boleh kaya? Apakah orang kristen itu harus miskin supaya bisa memperoleh hidup kekal? Tentu saja Tuhan Yesus tidak pernah mengajarkan yang demikian. Tetapi melalui percakapan dengan orang muda yang kaya ini maka ada beberapa hal yang ingin disampaikan oleh Tuhan Yesus untuk meluruskan cara beragama orang Yahudi pada zaman itu, antara lain: pertama, hidup kekal itu tidak seluruhnya soal kehidupan yang akan datang tetapi juga menyangkut kehidupan masa kini.  Bagi orang Yahudi (termasuk orang muda yang kaya ini), yang paling penting dalam kehidupan beragama adalah kesalehan hidup. Kesalehan hidup yang dimaksud adalah berkaitan dengan kesetiaan melakukan hukum taurat secara legalistik. Akibatnya ialah bahwa kehidupan sosial sama sekali mereka abaikan. Mereka rajin beribadah, rajin berpuasa, setia melakukan segala tetek-bengek ritual seperti korban persembahan dsb. tetapi kepedulian kepada orang miskin mereka abaikan. Oleh karena itu kehidupan spiritual mereka hanya terpusat pada hubungan vertikal. Yaitu antara mereka dengan Tuhan semata. Bagi mereka, hidup kekal itu tidak ada sangkut pautnya dengan kasih dan keadilan sosial. Maka orang muda ini menganggap bahwa hidup keagamaannya sudah sempurna karena ia sudah hidup dalam kesalehan. Padahal, bagi Tuhan Yesus, hidup kekal itu justeru berkaitan pula dengan kepedulian terhadap masaalah-masaalah sosial seperti kasih dan keadilan. 

Karena itu maka hidup saleh tetapi tidak peduli dengan orang-orang yang susah/miskin maka percuma saja. Kedua, harta kekayaan tidak dapat menjamin seseorang untuk hidup kekal. Nampaknya bahwa orang muda ini sedih karena ia terlalu bergantung kepada harta kekayaannya. Akibatnya ia merasa sedih ketika ia dituntut untuk menjual seluruh hartanya dan membagikannya dengan orang miskin. Dalam konteks seperti ini Tuhan Yesus pernah mengajarkannya dalam perumpamaan tentang orang kaya yang bodoh dalam Lukas 12:13-21, dimana orang kaya ini dikatakan bodoh bukan karena ia memiliki harta yang banyak melainkan karena ia terlalu bergantung kepada harta kekayaannya itu. Dan terhadap hal ini pun Tuhan Yesus telah memberi peringatan kepada kita agar kita harus hati-hati karena dimana harta berada disitu pula hati kita berada (bd. Mat.6:21//Luk12:34). Jadi ketergantungan kepada harta itulah yang senantiasa menyebabkan orang tidak mengandalkan Tuhan. Itulah sebabnya Tuhan Yesus lalu mengatakan bahwa lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum daripada orang kaya masuk ke dalam kerjaan Allah. Ketiga, mengikut Yesus berarti harus selalu peduli dengan sesama yang miskin dan menderita. Hal inilah yang dengan sangat tegas diucapkan oleh Tuhan Yesus kepada orang muda yang kaya ini, yaitu, “jikalau engkau ingin sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku (ay.21). 

Sdr-Sdr yang dikasihi Tuhan ;  Sebagai umat Tuhan yang kini sedang memasuki minggu-minggu sengsara Kristus, maka di minggu  Sengsara ke-empat atau minggu Oculi ini kita diminta untuk memandang kepada Tuhan Yesus yang menderita di kayu salib untuk keselamatan kita, sekaligus juga memandang kepada mereka yang miskin dan menderita yang ada disekitar kita karena Tuhan Yesus selalu mengidentifikasikan diri-Nya dengan mereka. Jika kita mengaku bahwa kita adalah umat Tuhan maka sadarlah bahwa ada begitu banyak orang disekitar kita yang juga sedang memandang kepada Tuhan Yesus dan mengharapkan pertolongan daripada-Nya. Mereka-mereka ini adalah orang-orang miskin, para janda, yatim, piatu, yatim piatu, yang cacad secara fisik maupun mental, yang dikucilkan dalam masyarakat, yang diperlakukan tidak adil, dsb. Mereka-mereka inilah yang harus kita tolong. Ingatlah bahwa Tuhan memberkati kita supaya kita pun menjadi berkat bagi sesama yang susah ini. Maka marilah kita menjadikan diri kita sebagai kepanjangan tangan Tuhan bagi mereka supaya melalui kita maka mereka pun dapat merasakan cinta kasih Tuhan dalam kehidupan nyata mereka tiap-tiap hari. 


Sdr-Sdr yang diberkati Tuhan ; Menolong sesama yang susah bukan nanti sesudah kita kaya tetapi sejak saat ini kita dapat melakukannya. Banyak orang yang sering berdalih bahwa ia belum dapat memberi kepada orang susah karena ia belum kaya. Ia lupa bahwa mungkin ia tidak punya uang tetapi punya tenaga, ketrampilan, nasihat, doa mau pun berbagai topangan dalam bentuk lainnya.         Dalam keterkaitan dengan ini pula maka sudah seharusnya pelayanan diakonal gereja semakin kita tingkatkan demi terselenggaranya pelayanan diakonal yang transformatif sehingga ketika orang meminta ikan kita berikan kail atau ketika mereka meninta kasbi kita berikan cangkul supaya kelak mereka bisa mandiri. Memang kita di jemaat ini sudah melakukannya tetapi berkaca dari firman ini maka marilah kita terus galakan pelaksanaannya supaya semakin banyak orang yang merasakan kepedulian gereja bagi mereka. Terhadap hal ini Rasul Paulus juga mengingatkan kita, “Hendaklah masing-masing orang memberi menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih kati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita” (2Kor.9:7). Kiranya Tuhan senantiasa menolong dan memberkati kita sekalian. Amin.   

Doc.Gc.com

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

KHOTBAH MINGGU 10 Maret 2024 : TETAP BERSUKACITA DAN JADILAH BERDAYA DALAM DERITA

 

 Nas Bacaan: Kolose 1 : 24 – 29

Tema: Tetap Bersukacita dan jadilah Berdaya Dalam Derita

Oleh : Pdt. Ny. Noor Refialy

 

Sdr-Sdr yang diberkati Tuhan  Kini kita telah memasuki minggu sengsara Kristus yang ke-lima. Dalam kalender gerejawi minggu sengsara Kristus yang ke-5 ini disebut minggu Laetare yang berarti bersukacitalah, yang didasarkan pada Yesaya 66:10a. Maksudnya di minggu sengsara V (Laetare) ini kita diajak untuk bersukacita karena melalui penderitaan Tuhan Yesus di salib maka kita sudah diselamatkan. Dalam kaitan ini pula maka LPJ-GPM menetapkan tema pemberitaan minggu ini yakni: “Tetaplah bersukacita dan jadilah berdaya dalam derita” berdasarkan Kolose 1:24-29 yang menjadi nas khotbah kita di hari ini. Jadi walaupun dalam penderitaan sesulit dan seberat apa pun kita haruslah tetap bersukacita dan janganlah penderitaan itu membuat kita merasa lemah atau tak berdaya tetapi justeru melalui penderitaan itu kita belajar untuk bertumbuh dalam kualitas iman yang lebih kuat.


Sdr-Sdr ... Berbicara tentang bersukacita dalam penderitan nampaknya tidak mudah. Karena sudah menjadi hal yang lumrah bahwa orang bersukacita ketika hidupnya baik-baik saja.

Orang bersukacita kalau mendapat berkat dalam berbagai bentuk. Tetapi jika kita diajak untuk dalam penderitaan pun kita tetap bersukacita maka ini tidak mudah, bahkan dianggap sebagai nasihat yang tidak relevan karena tidak mudah untuk dijalani.Pertanyaannya adalah apakah ajakan untuk bersukacita dalam penderitaan ini adalah sesuatu yang terlalu sulit untuk kita lakukan? Nampaknya tidak juga. Dan hal inilah yang hendak diungkapkan oleh nas bacaan kita tadi. Perikop Kolose 1:24-29 ini berisikan ungkapan sukacita Paulus dalam pelayanannya yang dilakukannya dengan sungguh-sungguh walau pun karena itu ia harus banyak mengalami penderitaan. Perlu kita ketahui bahwa ketika Paulus mengungkapkan sukacitanya ini ia sedang berada didalam penjara (bd. 4:3,18). Tentu dalam kitab Kisah Para Rasul maupun di dalam surat-surat Paulus sendiri telah menggambarkan kepada kita tentang penderitaan yang dialami oleh Paulus dan teman-temannya karena melaksanakan panggilan Allah untuk memberitakan injil Yesus Kristus bagi bangsa-bangsa. Paulus berkali-kali dipenjarakan, berkali-kali dianiaya, berkali-kali diintimidasi, mengalami gangguan kesehatan secara fisik maupun non fisik namun ia tidak putus asa, bahkan sebaliknya ia bersukacita. Bahkan dalam 2 Korintus 4:8-10 ia katakan, “dalam banyak hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya namun tidak ditinggalkan sendirian; kami dihempaskan namun tidak binasa. Kami senantiasa membawa kematian Yesus dalam tubuh kami supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata didalam tubuh kami”.

 Sdr-Sdr ...  Pertanyaannya ialah mengapa Paulus yang mengalami banyak penderitaan namun ia tetap mampu bersukacita? Jawabannya ialah ada dua hal penting yang menjadi alasan mengapa Paulus tetap bersukacita dalam penderitaan. Yang pertama, Paulus yakin bahwa Tuhan yang memanggil dan mengutus adalah juga Tuhan yang menyertai dan melindungi (ay.29 bd. 2Kor. 4:8-10). Paulus tentu sadar betul bahwa memberitakan injil bukanlah hal yang mudah karena banyak sekali tantangan dan bahkan ancaman yang akan dihadapi. Tetapi karena ia begitu yakin bahwa Tuhan akan tetap menyertainya maka ia tidak pernah merasa putus asa dalam melaksanakan panggilannya karena Tuhan akan tetap menyertainya walau pun dalam tantangan dan ancaman seberat apa pun. Kedua, Paulus senantiasa fokus pada tujuan atau hasil akhir dari pelaksanaan pelayanannya, yaitu supaya manusia diselamatkan, termasuk juga warga jemaat Kolose. Paulus sadar betul bahwa ia dipanggil oleh Tuhan untuk melakukan suatu tugas yang amat penting bagi dunia. Tugas itu adalah bahwa ada suatu rahasia Allah yang begitu kaya dan begitu mulia namun tersembunyi, kini diungkapkan kepada dunia melalui peristiwa kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus Kristus, yaitu bahwa oleh kasih karunia Allah Kristus ada ditengah-tengahmu (atau di dalam hidupmu), dan bahwa kristus itu adalah pengharapan dan kemuliaan (ay.27). Inilah kabar baik dari Allah kepada dunia yang harus diberitakan oleh Paulus dan para rasul lainnya supaya orang yang menerimanya akan beroleh keselamatan dan hidup yang kekal. Dan itulah injil, yaitu berita yang berisi kabar baik itu. Untuk itu maka Paulus harus tetap fokus pada panggilan pelayanannya sehingga tujuan akhir itu tercapai yaitu orang datang kepada Yesus dan Yesus hidup di dalam mereka. Sdr-Sdr ... Dalam kaitan inilah maka Paulus pun menjadi sadar bahwa Tuhan Allah sedang memakainya sebagai alat dalam tangan-Nya supaya melalui  perantaraannya maka terungkap rahasia karya penyelamatan Allah didalam Yesus Kristus itu bagi dunia (ay.27). Jadi dalam kotenks ini maka Paulus sadar bahwa dirinya bukanlah yang penting melainkan Kristus. Itulah yang harus menjadi pokok dan bahkan pusat pemberitaannya. Dan serentak dengan itu maka ia pun bukanlah tuan atas jemaat melainkan hamba bagi jemaat. Ia datang untuk jemaat dan bukan jemaat yang datang kepadanya. Maka kepentingan jemaatlah yang harus diutamakan dan bukan kepentingan dirinya sebagai utusan Tuhan. Hal ini ditegaskan dalam ayat 25 yakni, “Aku telah menjadi pelayan jemaat ini sesuai dengan tugas yang dipercayakan Allah kepadaku untuk meneruskan firman-Nya dengan sepenuhnya kepadamu”. Dan ditegaskan pula dalam ayat 29 yakni, “itulah yang kuusahakan dan kupergumulkan dengan segala tenaga sesuai dengan kuasa-Nya yang bekerja dengan kuat di dalam diriku”. Jadi ketika Paulus yakin bahwa Tuhan yang mengutus adalah Tuhan yang juga menyertainya dan karena itu ia harus menjadikan pertumbuhan iman jemaat sebagai fokus pelayanannya maka penderitaan yang dialaminya pun tidak akan pernah menjadi penghalang bagi dirinya untuk tetap bersukacita. 

Sdr-Sdr .... Sebagai umat Tuhan yang kini memasuki minggu sengsara Kristus yang ke-5 maka kita pun dinasihati untuk tetap bersukacita walau pun ada diantara kita yang sedang mengalami banyak pergumulan dan penderitaan. Dan untuk dapat bersukacita walau pun kita mengalami keadaan yang tidak baik-baik saja maka tentu kita perlu belajar dari rasul Paulus yang walaupun berada didalam penjara tetapi tetap bersyukur dan bersukacita. Memang bersukacita dalam situasi yang penuh tantangan dan penderitaan bukanlah hal yang mudah. Tetapi  dengan bejalar dari spiritualitas rasul Paulus maka kita pun dapat menjalani dan melakukannya.


Sdr-Sdr ... Paulus mampu untuk bersukacita ditengah realitas penderitaannya karena ia telah mengalami bahwa didalam Kristus, ia telah menerima keselamatan kekal itu. Dan anugerah keselamatan yang sama juga telah menjadi milik kita karena kita pun telah menjadi umat Tuhan. Marilah kita tetap bersandar pada Tuhan Yesus sebab kita sendiri tidak mungkin dapat mengatasi segala persoalan dan penderitaan hidup ini dengan kekuatan diri sendiri. Kita ini lemah dan terbatas. Dan hanya Tuhan Yesus sajalah yang sanggup menolong kita. Maka dari itu janganlah ada diantara kita yang karena mengalami beban-benan hidup yang berat lalu menjauhkan diri dari Tuhan Yesus. Justeru sebaliknya didalam pendeitaan itu kita dapat belajar tentang apa maksud dan rencana Tuhan bagi kita melalui penderitaan yang sedang kita alami ini. Maksudnya ialah agar iman kita kepada Tuhan Yesus dapat terus bertumbuh di dalam penderitaan itu. Memang, ada diantara kita yang karena kesusahan dan beban hidup yang berat lalu membuatnya tak berdaya. Tetapi firman Tuhan ini mau mengajarkan kepada kita semua untuk memahami bahwa dengan setia berharap pada Tuhan sajalah maka kita akan tetap kokoh dan kuat menghadapi beban-benan hidup itu. Kita harus tetap yakin seperti juga yang diyakini oleh Paulus bahwa maut sekali pun tidak dapat memisahkan kita dari kasih Kristus. Maka marilah kita bersyukur dan bersukacita karena Tuhan Yesus sudah menyelamatkan hidup kita dari kuasa dosa dan maut melalui peristiwa kematian dan kebangkitan-Nya sekalipun kita mengalami penderitaan seberat apa pum sebab sama seperti Paulus sesungguhnya kita juga harus yakin bahwa Tuhan Yesus jugalah yang tetap setia menyertai kita sampai pada akhir zaman. Selamat memasuki Minggu Sengsara V dengan tetap bersukacita. Tuhan Yesus senantiasa menolong dan memberkati kita semua. Amin.

doc. GC.com