Khotbah Minggu, 25 Agustus 2025
Nas Bacaan: 1 Samuel 2 : 11 - 26
Tema: Keluarga Sebagai Basis Pembinaan
Jemaat Yang diberkati Tuhan : Kita telah berada di hari minggu yang terkhir dari bulan Agustus, tepatnya tanggal 25 Agustus 2024. Sebagai umat Tuhan tentu kita bersyukur sebab hanya oleh kemurahan Tuhan sajalah maka kita tetap terpelihara hingga saat ini dengan selamat. Maka patutlah kita membersembahkan pujian, syukur dan hormat kepada Tuhan sebab hanya Dialah yang layak menerima segala pujian dan sembah kita umat-Nya. Sdr-Sdr ... Minggu ini tema pemberitaan firman Tuhan adalah “ keluarga sebagai basis pembinaan” berdasarkan pada perikop pembacaan kita tadi, yakni 1 Samuel 2 : 11 - 26. Tema ini hendak menegaskan kepada kita bahwa keluarga memiliki fungsi dan peran yang sangat penting dalam proses pewarisan nilai-nilai iman, moral dan etik bagi anak-anak. Keluarga sebetulnya merupakan sekolah pertama bagi anak-anak sebelum mereka dididik pada lembaga pendidikan formal. Dan karena itu maka orang tua (papa dan mama) adalah pendidik pertama bagi seorang anak. Ada sebuah kebenaran yang tidak terbantahkan bahwa “dari dalam keluarga yang baik akan menghasilkan warga jemaat dan warga masyarakat yang baik pula”. Kapan proses pendidikan atau pewarisan nilai-nilai itu terjadi? Jawabannya adalah sejak masih dalam kandungan ibu. Maka orang tua yang benar-benar memperhatikan peran dan tanggungjawabnya sebagai pendidik pertama bagi anak-anak akan menghasilkan anak-anak yang bertumbuh dalam karakter hidup yang baik seperti iman, moral dan etik .
Sdr-Sdr Yang Tuhan Yesus Berkati : Ada sebuah peribahasa dari Afrika yang berbunyi begini “ kalau anakmu membawa pulang ke rumah sebuah telur hasil curian dan kau tidak bertanya kepadanya darimanakah telur itu, maka pada waktunya ketika ia membawa pulang seekor sapi, maka keadaan itu sudah sangat terlambat”. Peribahasa ini hendak mengajarkan bahwa ketika kita membiarkan kesalahan-kesalahan kecil yang dilakukan anak kita maka kelak mereka akan melakukan kejahatan besar, dan pada saat itu sudah sangat telambat untuk kita merubah mereka menjadi anak yang baik sebab sudah terlalu lama ia hidup dalam karakter yang jahat.
Sdr-Sdr Jemaat Yang Diberkati : Perikop ini menampilkan perilaku anak-anak dari dua keluarga yang berbeda, yaitu anak-anak dari keluarga imam Eli, yakni Hofni dan Pinehas serta anak dari keluarga Elkana dan Hana, yakni Samuel. Eli adalah seorang imam yang memerintah selama 40 tahun (1 Sam.4:18). Pada masa tuanya, ia menurunkan jabatannya kepada anak-anaknya, Hofni dan Pinehas. Imam Eli memang berhasil dalam tugasnya sebagai seorang imam bagi bangsa Israel namun ternyata ia telah gagal menjadi seorang imam dan guru yang baik dalam keluarganya sendiri. Ia lebih sibuk untuk pekerjaan di dalam jemaat namun mengabaikan fungsi dan perannya dalam proses pewarisan nilai-nilai iman, moral dan etik bagi anak-anaknya. Ia terlau memanjakan anak-anaknya sejak kecil sehingga membiarkan anak-anaknya melakukan kesalahan. Kesalahan-kesalahan kecil yang dilakukan seorang anak namun dibiarkan terus tejadi berulang-ulang maka akan membentuk karakter hidup yang buruk sebab kesalahan yang selalu diulang-ulang akan dianggap sebagai sebuah kebiasaan yang baik. Akibatnya ialah ketika Hofni dan Pinehas menjadi imam maka mereka tidak takut akan Tuhan dan bahkan tidak mengindahkan Tuhan Allah sedikit pun. Dalam bacaan ini dikatakan bahwa kedua anak imam Eli ini berperilaku dursila yang berarti berperilaku yang sangat buruk. Tidak ada kebaikan sedikit pun dalam diri orang yang disebut dursila. Alkitab lebih banyak menggunakn kata dursila ini kepada perempuan jalang yang hidupnya penuh dengan keinginan mengumbar nafsu. Hofni dan Pinehas ini memiliki kelakuan yang benar-benar buruk dan jahat baik dihadapan Tuhan mau pun manusia. Mereka tidak mengindahkan Tuhan sedikit pun. Mereka sangat tamak dan rakus sehingga lemak yang seharusnya dipersembahkan sebagai korban bagi Tuhan pun mereka rampas. Juga daging hewan korban yang seharusnya dimasak lalu kemudian dibagi kepada para imam juga mereka mengambilnya dengan paksa sebelum daging itu dikorbankan (ay. 12 - 17). Selain itu mereka pun sering memaksa para wanita yang melayani di depan pintu kemah suci untuk disetubuhi (ay.22). Ini menggambarkan betapa rendahnya moral Hofni dan Pinehas. Sdr-Sdr ...Memang, dalam ayat 23 dst dikisahkan bahwa imam Eli yang sudah sangat tua itu menasihati kedua anaknya itu tentang segaka kejahatan mereka, namun sudah sangat terlambat (kita di maluku ini biasanya bilang penyaki su tua dibadan jadi seng bisa lai). Ya, semuanya sudah sangat terlambat. Dan akibat dari semuanya ini ialah bahwa Tuhan menghukum mereka. Sdr-Sdr Yang Diberkati Jika Imam Eli gagal dalam proses pewarisa nilai-nilai iman, moral dan etik kepada Hofni dan Pinehas, maka Elkana dan Hana tidak demikian. Mereka benar-benar menjadikan rumahtangga mereka sebagai sekolah bagi Samuel dan merekalah yang menjadi guru bagi anak mereka, Samuel, sebelum Samuel diserahkan kepada imam Eli untuk melayani Tuhan (bd. 1 Sam. 1: 21-28). Oleh karena itu sejak kecil Samuel sudah mulai dibentuk karakter hidupnya yang takut Tuhan oleh kedua orang tuanya sehingga bertumbuh dalam karakter hidup beriman yang benar-benar takut akan Tuhan (ay. 18-21).
Sdr-Sdr Jemaat Yang Tuhan Yesus Kasihi Dari kisah tentang dua keluarga dalam proses pewarisan nilai-nilai iman, yakni keluarga imam Eli dan keluarga Elkana dan Hana maka jelaslah bahwa fungsi dan peran keluarga itu sangatlah penting dihadapan Tuhan. Keluarga haruslah benar-benar berfungsi sebagai sekolah pertama bagi setiap anak yang dikandung dan dilahirkan. Peran ayah dan ibu sangatlah besar dalam proses pendidikan, yaitu proses pewarisan nilai-nilai luhur bagi setiap anak sebelum mereka mengikuti proses pendidikan formal di luar lembaga keluarga seperti PAUD, TK, SD,dst, SMTPI,Katekisasi. Pertanyaannya adalah apakah kita sebagai orang tua (papa-mama) yang beriman kepada Tuhan Yesus Kristus selama ini telah melakukan fungsi dan peran yang Tuhan Yesus percayakan kepada kita, yaitu menjadikan rumah kita sekolah dan kita adalah guru pertama bagi anak-anak kita? Pertanyaan ini sangat penting sebab sekarang terkesan bahwa tanggungjawab pembentukan karakter anak sejak dini semakin iabaikan oleh orang tua. Kita sebagai orang tua lebih banyak menyerahkan proses pewarisan nilai-nilai luhur ini kepada lembaga di luar keluarga seperti gereja dan pemerintah. Maka jika anak kita bodoh yang salah adalah guru. Jika anak kita suka “bamaki” maka yang salah adalah pengasuh. Jika hal ini kita biarkan maka proses pewarisan nilai-nilai iman, etik dan moral ini akan gagal total. Kita tentu tidak menghendaki supaya anak-anak kita kelak akan bernasip sama seperti anak-anak imam Eli, Hofni dan Pinehas yang dibinasakan oleh Tuhan karena kelakuannya sangat buruk baik kepada Tuhan mau pun sesama. Oleh karena itu maka marilah kita sadar bahwa Tuhan menjadikan kita sebagai wakil Allah di bumi ini dalam rangka bertanggungjawab untuk membentuk karakter anak-anak kita yang adalah milik pusaka Tuhan ini sehingga Tuhan selau dimuliakan di bumi ini. Ingatlah bahwa di zaman dimana ilmu dan teknologi semakin maju maka anak-anak kita akan belajar dari mana pun di media sosial karena disana begitu banyak tawaran nilai-nilai masa kini yang begitu nikmat dan menggiurkan. Tapi ingatlah bahwa semua yang baik itu belum tentu benar. Maka tanggungjawab untuk mewariskan nilai-nilai iman bagi anak-anak kita adalah sebuah keharusan dan berupakan bagian dari iman itu sendiri. Untuk apa anak kita pintar tapi moralnya buruk. Untuk apa anak kita kaya tapi semua yang dimilikinya itu dari hasil kejahatan. Maka sebelum terlambat, marilah kita minta tuntunan kuasa Roh Kudus untuk memampukan kita membimbing anak-anak kita ke jalan yang benar melalui doa dan ibadah keluarga (Binakel), melalui nasihat-nasihat firman Tuhan setiap saat supaya anak-anak kita sejak kecil sudah terbiasa dalam lingkungan dan suasana berelasi dengan Tuhan melalui ibadah binakel tadi. Jadikanlah rumah kita sebagai rumah doa dimana didalam rumah kita dirikan mezbah bagi Tuhan dalam wujud puji-pujian dan doa dan firman Tuhan selalu menggema dalam rumah tangga kta sehingga hidup kita senantiasa dipelihara oleh tuhan dan masa depan anak-cucu kita diberkati oleh Tuhan. Amin.