SELAMAT DATANG DAN TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA

SHK BULAN AGUSTUS 2022

Senin, 01 Agustus 2022                              2 Samuel 12:18-23

 

Perubahan Total

 

K

ematian merupakan realitas yang membawa kesedihan dan duka bagi setiap orang yang mengalaminya. Para pegawai  menyangka bahwa Daud akan mengalami hal tersebut ketika ia mengetahui anaknya meninggal. Respon yang diberikan Daud ternyata sebaliknya dan sangat jauh berbeda ketika anaknya sakit. Selama 7 hari Daud meratap dan berpuasa. Namun setelah anak itu meninggal, Daud tidak lagi menangis. Ia bangun dari lantai, mandi, berurap dan makan. Apakah Daud tidak berduka? Mungkinkah ia senang dengan kematian anaknya? Perubahan pada sikap Daud menunjukkan bahwa ia sementara membentuk frame (bingkai atau cara) berpikirnya secara baru tentang kematian dan tidak bisa dilepaskan dari penderitaan sakit yang sebelumnya telah di alami oleh anak tersebut. Kematian dipahami Daud bukan sebagai suatu keadaan penderitaan yang paling sulit atau sebagai puncak penderitaan. Kematian merupakan suatu keadaan baru atau kemenangan bagi anaknya dari penderitaan. Anak Daud tidak lagi hidup dalam kesakitan yang membelenggu dan membawanya pada penderitaan. Realitas kematian diresponi Daud dengan sikap mengucap syukur kepada Tuhan Allah. Ia masuk ke dalam rumah Tuhan dan menyembah-Nya. Pengucapan syukur Daud disertai dengan pengakuan imannya kepada Allah yang memiliki otoritas penuh terhadap kehidupan manusia. Daud tidak membantah kenyataan atau apa yang dilakukan oleh Allah. Ia tetap taat dan hidup mengikuti kehendak Tuhan. Perubahan cara berpikir memang seharusnya terjadi searah juga pada perubahan sikap. Kita adalah orang beriman, karena itu tidak bisa hanya mengalami perubahan pada  satu dimensi saja. Keutuhan kita sebagai manusia menuntut terjadinya perubahan secara menyeluruh.Perubahan yang menyeluruh menjadikan kita hidup sebagai umat kepunyaan Tuhan yang hidup dalam kelimpahan dan  kehendak-Nya 

 Doa:Tolonglah kami Tuhan untuk sungguh-sungguh mau berubah. Amin.


Selasa, 02 Agustus 2022                                     Lukas 5 : 27-32

 

Dukunglah Perubahan!

 

S

eperti biasanya pelayanan perkunjungan itu berlangsung dari satu rumah ke rumah jemaat yang lain. Tak terkecuali, rumah bapak Agus yang berada di ujung jalan itu. Sekelompok pelayan masuk ke rumahnya dan diterima dengan tawa ringan. Selesai berdoa, salah satu ibu mulai berbicara dan menyampaikan hal-hal tentang kebutuhan pelayanan gereja. Tiba-tiba pa Agus memberi respon dengan mengatakan: “bapak  dan ibu pelayan, jika tidak berkeberatan, saya ingin mengajukan diri menjadi pengasuh SMTPI jemaat ini.” Para pelayan yang mendengar jawabannya menjadi kaget sekaligus tersenyum bahagia, karena maksud pastoral yang disampaikan oleh mereka mendapat sambutan baik dari pak Agus. Perilaku pak Agus di lingkungannya dikenal suka miras namun ramah.Ia adalah seorang yang berlatar belakang pendidikan tinggi teologi dan memiliki karakter yang baik dalam membina anak-anak. Beberapa pengasuh yang lain saat mengetahui pak Agus hendak menjadi pengasuh segera menyampaikan ketidaksetujuan mereka. Alasannya bahwa Pak Agus adalah seorang pemabuk. Pemikiran yang sifatnya sangat subjektif ini sama dengan yang dimiliki oleh orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat. Mereka begitu mudah menilai dan menghakimi seseorang. Padahal setiap orang memiliki hak untuk memutuskan jalan hidupnya, termasuk perubahan hidup yang harus dilakukan. Ketika orang Lewi memutuskan meninggalkan sesuatu dan mengikuti Yesus, maka saat itu menjadi langkah awal baginya untuk berubah dan hidup taat mengikuti kehendak Tuhan. Siapapun seharusnya dapat menerima dan memberi dukungan bagi suatu perubahan hidup yang hendak terjadi sama seperti orang Lewi. Sebab, baik atau tidaknya seseorang bukan hanya bergantung pada keinginan orang tersebut untuk berubah, melainkan juga pada diri kita yang berada disekitarnya. 

 Doa:Ajarlah kami untuk menjadi orang-orang beriman yang mendukung  terjadinya perubahan hidup orang lain. Amin. 


Rabu, 03 Agustus 2022                        2 Tawarikh 13:1-12

 

Lain Dulu, Lain Sekarang

 

S

eorang pendeta dan beberapa temannya semasa SMA bercakap-cakap di suatu rumah kopi.

Pendeta :  Sudah lama kita tidak bertemu. Saya terakhir bertemu dengan anis sekitar 2 tahun lalu di Jogja, saat baru menyelesaikan studi S2

Anis        :  Iya benar. Saya juga kaget waktu itu, sebab kita tak pernah bertemu sebelumnya selama di Ambon.

Bobby    :  eh, tapi bagaimana sehingga kamu sekarang menjadi pendeta? Padahal diantara kita bertiga, kamu yang paling suka bolos sekolah dan malas masuk pelajaran agama. Apakah supaya mudah dapat pekerjaan?

Pendeta :   bukan begitu. Setelah SMA, saya menderita sakit yang lama. Saya terus bergumul mohon kesembuhan dan berjanji jika saya sembuh maka saya akan memberi hidup untuk melayani Tuhan.

Situasi hidup sang pendeta ternyata sangat mempengaruhi terjadinya perubahan. Begitu pula yang terjadi pada raja Abia, ketika ia harus berperang melawan Yerobeam. Peperangan itu telah menimbulkan kesadaran diri untuk bergantung hanya pada Allah pemberi keselamatan. Kita perlu membandingkan kisah Abia menurut Tawarikh ini dengan 1 Raja-raja 15:1-8 (bertutur tentang raja Abia atau Abiam sebagai raja yang hidup dalam dosa). Ia tidak sepenuh hati berpaut kepada Tuhan Allah. Namun pada saat terjadinya perang antara dirinya dengan Yerobeam, seluruh gaya hidup yang lama itu pun berubah total. Perubahan itu tidak hanya terjadi pada dirinya sendiri, namun ia juga melakukan perubahan pada segala sesuatu yang berkaitan dengan kepemimpinannya sebagai raja saat itu. Hidup orang beriman memang harus selalu mengalami perubahan. Situasi apapun yang kita alami, menjadi kesempatan membangun refleksi dalam pengenalan yang sungguh kepada Allah dan mengubah hidup seturut kehendak-Nya.

 

Doa: Ubahlah kami Tuhan dalam setiap jalan hidup yang ditapaki. Amin.


Kamis, 04 Agustus 2022                      Lukas 15 : 11-32

 

Rumahku Adalah Keluargaku

 

S

eorang anak korban pelecehan seksual meminta perlindungan dari lembaga pemerhati anak. Ia berharap bisa kembali ke keluarganya dan tetap memiliki rasa aman. Kasus pelecehan seksual yang dialami anak tersebut telah dilakukan oleh seorang anggota keluarga yang hidup. Akibatnya ia kehilangan rasa percaya pada keluarganya sendiri. Keluarga merupakan ruang penting yang tidak hanya menentukan kejelasan identitas seseorang. Namun sebagai tempat yang menjamin keberlangsungan hak-hak hidup individu di dalamnya, termasuk bertumbuh dan terbentuknya nilai-nilai spiritualitas. Keluarga dalam pengertian yang benar ditunjukkan oleh Lukas melalui cerita tentang perumpamaan anak yang hilang. Anak sulung dan bungsu memiliki keputusan yang berbeda untuk masa depan mereka. Sikap mereka terhadap keputusan itu kemudian berdampak pada diri mereka sendiri. Suatu ketika saat hidup yang dijalani mulai dirasakan sangat susah dan menderita, si bungsu pun mengambil keputusan untuk kembali kepada keluarganya. Ia menyadari telah melakukan kesalahan dengan memilih hidup mandiri dan tak mampu menjalaninya secara bertanggung jawab. Satu-satunya tempat yang dapat memahami kelemahannya dan menerimanya kembali yakni keluarganya. Si bungsu kembali kepada ayahnya dan meminta maaf dengan penuh penyesalan. Hidup si bungsu berubah dan turut mempengaruhi terjadinya perubahan hidup juga pada kakaknya. Rasa iri dan ketidaksukaan dari si sulung kepada adiknya dikoreksi oleh ayahnya dengan nasihat yang menegaskan peran dan pengaruh keluarga pada setiap anggota keluarga tanpa membeda-bedakan. Setiap anggota keluarga memang seharusnya bertanggung jawab menjaga keutuhan keluarganya. Untuk itu, setiap anggota keluarga seharusnya mengedepankan sikap mau menerima dalam berbagai keadaan supaya persekutuan keluarga dapat tetap terpelihara dengan baik.

 


Doa:Tuntunlah kami dengan Roh dan Hikmat-Mu untuk hidup dalam keluarga yang saling menerima. Amin.


Jumat, 05 Agustus 2022                      Yunus 2:1-10

 

Jiwaku Lesu di “Titik Terjauh”

 

N

abi Yunus berkata dalam doanya “ketika jiwaku letih lesu di dalam aku, teringatlah aku kepada Tuhan…”

Perkataan Nabi Yunus ini serupa dengan sepenggal lirik lagu KJ. 237, yakni: “…jiwa yang letih lesu mendengar panggilan-Mu…”.

Kedua kalimat ini menggambarkan suatu situasi hidup yang paling melemahkan dan membawa pada ketidakberdayaan bagi seseorang. Hal ini tidak hanya menunjuk pada tubuh orang tersebut secara fisik. Kata “jiwa” dipakai oleh Yunus untuk menunjuk pada seluruh eksistensi kehidupannya sebagai manusia yang tidak mampu diatasi sendiri atau juga dengan pertolongan manusia yang lain. Ia mengakui kebersalahannya dengan mengingkari panggilan Tuhan. Yunus tidak pergi ke Niniwe sesuai perintah Tuhan, namun melarikan diri ke Tarsis. Akibatnya, Tuhan mendatangkan badai yang besar dan Yunus harus dibuang ke laut untuk menyelamatkan kapal dan para penumpang yang lain. Yunus mengingat Tuhan, ketika sudah berada dalam perut ikan. Ia berdoa dengan iman yang sungguh dan meyakini bahwa Tuhan Allah tidak jauh sekalipun Yunus berada di titik terjauh. Tuhan Allah pun pasti bisa mendengar sekalipun ia berada di dalam “dunia orang mati”, sebagai tempat yang jauh, sunyi dan tak bisa diketahui oleh siapapun. Doa Yunus ini merupakan sebuah reflkesi iman yang mendorong terjadinya perubahan hidup Yunus. Sebagai orang beriman, kita membutuhkan suatu situasi terendah dalam kehidupan yang kita jalani guna memantik kesadaran diri sebagai murid Tuhan atau saksi-Nya. Evaluasi dan transformasi hidup secara radikal pun akan terjadi akibat situasi yang paling gelap itu. Untuk itu, sebaiknya kita menyikapi kondisi hidup yang tak menyenangkan hingga yang dianggap paling menyusahkan dengan iman yang sungguh kepada Tuhan. Sebab kita pasti dapat menghitung berkat Tuhan yang tak terkira di balik seluruh peristiwa hidup.

 

Doa: Ya Tuhan, ajarlah kami untuk memaknai seluruh keadaan hidup dengan iman yang sungguh. Amin.


Sabtu, 06 Agustus 2022                      Daniel 4:28-37

 

Pindah Keyakinan Karena Otoritas Tuhan

 

S

ekarang ini banyak sekali dijumpai dalam berbagai bentuk media pemberitaan tentang berpindahnya seseorang dari agama A ke agama B. Isi pemberitaan ini disampaikan dengan kisah-kisah yang menarik dan sangat memancing emosi pembaca atau penontonnya. Suatu ketika seorang bapak yang cukup fanatik dalam menjalani kehidupan beragamanya mempertanyakan kebenaran berita tersebut, katanya : apakah berpindah agama semudah seseorang hendak melakukan perjalanan dari kota A ke kota B dan ia hanya perlu membeli tiket atau membayar ongkos transportnya saja? Sikap mempertanyakan perubahan yang terjadi pada diri seseorang apalagi berkaitan dengan hal yang sifatnya prinsip yakni tentang keyakinannya memang merupakan suatu kewajaran. Hal ini pun menolong setiap orang untuk menganalisa benar tidaknya perubahan tersebut sambil memberi catatan evaluatif yang memberi makna bagi diri sendiri. Kisah perubahan hidup Raja Nebukadnezar dalam nas bacaan hari ini mungkin pula membuat kita bertanya, mengapa sang raja berubah kepercayaannya? Alangkah baiknya kita membaca keseluruhan cerita tentang Raja Nebukadnezar. Otoritas Tuhan merupakan kekuasaan yang paling tinggi dan harus diakui serta diterima oleh siapapun termasuk Raja Nebukadnezar.Itulah pesan utama dari cerita tentang perubahan hidup Raja Nebukadnezar. Ketika sang raja mengalami hal yang sama dengan mimpinya, ia sadar bahwa Tuhan berdaulat atas dirinya. Otoritas Tuhan kemudian meruntuhkan seluruh keegoisan sang raja. Ia harus mengakui bahwa dirinya adalah makhluk yang terbatas sekalipun memiliki kekuasaan yang luas dan posisi yang paling tinggi dari antara manusia lainnya. Sebab ketika Tuhan berkehendak, maka jadilah seperti yang dikehendaki-Nya. Hidup di dalam otoritas Tuhan merupakan cara kita yang adalah orang beriman untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya

 `Doa: Kami ingin hidup dalam otoritas-Mu ya Tuhan. Amin


Minggu, 07 Agustus 2022               Ester 4:1-17

 

Perjuangan Yang Hebat

 

H

idup di negeri asing tidaklah mudah karena berbagai sebab termasuk ancaman pembunuhan. Bangsa Israel pernah mengalami hal tersebut di Persia yakni pada masa pemerintahan raja Ahasyweros. Nas hari ini mengisahkan perjuangan baik yang dilakukan oleh Mordekhai maupun Ester untuk menyelamatkan bangsa Israel dari ancaman tersebut. Hidup sebagaimana dikisahkan dalam tuturan ini adalah perjuangan berat agar bebas dari upaya pembunuhan. Perjuangan berat harus mereka tempuh sebagai harga atau akta membela hidup. Mordekhai dan Ester mempertaruhkan keselamatan mereka dalam perjuangan ini. Nyawa menjadi taruhan dan oleh sebab itu mereka ditantang untuk berani berkorban bagi orang lain. Semangat perjuangan Mordekhai dan Ester sama yakni membebaskan bangsa Israel di kota Susan dari ancaman pembunuhan karena siasat Haman, seorang pejabat tinggi raja. Mereka memiliki semangat perjuangan yang sama, namun berjuang dengan cara dan di tempat yang berbeda. Mordekahi berjuang di luar istana raja dengan cara berkabung sedangkan Ester dari dalam. Ester berjuang dengan caranya sendiri yang adalah seorang ratu. Cara dan tempat berjuang berbeda, namun menjadi satu dalam semangat yang sama dan keyakinan akan pertolongan Tuhan. Inspirasinya adalah hidup dan jabatan dipertaruhkan untuk keselamatan orang lain. Mordekahi dan Ester tidaklah menjadikan jabatan mereka sebagai tameng atau pelindung untuk luput dari ancaman pembunuhan. Inilah teladan perjuangan membela hidup orang lain sekalipun harus mempertaruhkan jabatan dan keselamatan sendiri. Tindakkan membela hidup seperti inilah yang layak dijadikan cara atau pilihan hidup kita sekarang ini.

 Doa: tolonglah kami ya Tuhan agar berani berkorban. Amin.


Senin, 08 Agustus 2022                        1 Samuel 7:10-14

 

Andalkanlah Tuhan Saat Perjuangkan Hidup

 

E

ben-Haezer adalah nama yang diberikan Samuel kepada batu yang didirikannya antara Mizpa Yesana (ayat 12). Kata Eben-Haezer berarti “sampai di sini Tuhan menolong kita”. Akta mendirikan batu dan menamainya dilakukan Samuel sebagai cara mensyukuri kemurahan Tuhan yang menolongnya ketika berperang dengan bangsa Filistin. Ia memimpin bangsa Israel berjuang untuk merebut kota-kota yang direbut bangsa Filistin. Mereka tak sekadar merebut kota tapi berjuang mempertahankan tanah pemberian Tuhan. Tanah merupakan wujud pemenuhan  janji berkat yang telah Tuhan berikan kepada mereka. Karena itu status kepemilikannya harus terus dipertahankan atau diperjuangkan. Samuel bertindak cepat dan tepat sekalipun tidak mudah. Ia berusaha mengatasi ancaman kelanjutan keberadaan bangsa Israel. Tanah dan kota dapat direbut kembali sekaligus dimilikinya rasa aman untuk menjalani keberadaan setiap harinya. Kisah kepemimpinan Samuel ini menegaskan bahwa selama kehidupan berlangsung, ancaman selalu dijumpai. Kita diminta untuk menjadi semakin kritis dan cerdas untuk mengupayakan kehidupan yang lebih baik. Tak ada hidup dan perjuangan yang mudah. Oleh sebab itu berharaplah pada pertolongan Tuhan. Setiap perjuangan untuk membela hidup pasti dikehendaki dan diberkati Tuhan. Mari belajar pula akan spiritualitas Samuel. Ia memulai perjuangan dengan membakar korban bakaran. Hal ini berarti Samuel mengandalkan Tuhan. Selain itu ia juga meneladankan sikap mensyukuri kemurahan Tuhan. Ia berjuang dengan mengandalkan Tuhan dan tetap memuliakn-Nya saat mengalami kemenangan. Andalkanlah Tuhan dan terus berjuang membela hidup.  Tuhan menolong kita.

 Doa: Ya Tuhan berkatilah perjuangan hidup kami. Amin.


Selasa, 09 Agustus 2022                            1 Samuel 12:1-5

 

Menjaga Hidup Tetap “Bersih”

 

N

as hari adalah sebagian ucapan yang disampaikan Samuel pada saat ia hendak berpisah dengan bangsa Israel. Ia berpisah karena telah selesai melakukan tugasnya sebagai pemimpin umat Allah. Tanggung jawab kepemimpinannya dilakukan dari sejak masih muda sampai dengan terpilihnya Saul menjadi raja Israel. Terpilihnya Saul sebagai raja merupakan tonggak atau babak baru berlangsungnya kepemimpinan. Fakta sejarah inilah yang mendasari ucapan perpisahan Samuel. Ucapan perpisahan ini sesungguhnya merupakan refleksi diri seorang hamba Tuhan yang “bersih” selama menunaikan panggilan pengutusan yang berat itu. Samuel telah dilayakkan Tuhan memimpin perjuangan bangsa Israel untuk membela hidup mereka dengan cara-cara yang berhikmat. Samuel bukanlah pemimpin yang “kotor” dan oleh sebab itu ia berani meminta Tuhan serta bangsa Israel menjadi saksi atas tanggung jawab yang telah diselesaikannya. Ia tidak pernah memeras dan memperlakukan bangsa Israel dengan kekerasan atau mengambil apa yang bukan miliknya, demikian pun dengan sogok. Ia merupakan tokoh dan pemimpin ideal yang bukan saja sukses menjalani kepemimpinan, tetapi juga menjaga hidup tetap “bersih”. Samuel terbukti hingga di batas pengabdiannya taat berjuang dengan integritas diri yang luar biasa.Teladan iman ini kiranya kita jadikan sebagai pilihan sikap dan cara hidup kristiani. Ada banyak hal yang telah, sedang dan akan terus kita perjuangkan. Masa depan gemilang bagi keturunan kita, karier, pemenuhan kebutuhan sehari-hari, perkerjaan, jabatan, pencarian atau usaha apa pun. Teruslah berjuang sambil menjaga hidup tetap “bersih”. Hindari melakukan kejahatan dan dosa selama hidup ini kita perjuangkan.

 Doa:Bapa layakkanlah kami terus upayakan hidup bermutu. Amin.


Rabu, 10Agustus 2022                            2 Tawarikh 19: 4-11

 

Pemimpin dan Sang Pembaru Kehidupan

 

Y

osafat yang namanya berarti “Tuhan menghakimi”, memperjuangkan kehidupan umat Israel agar berkenan pada Allah. Perjuangan itu dilakukannya dengan pertama-tama mengunjungi daerah-daerah yang berada di luar Yerusalem. Pengenalan potensi dan persoalan di wilayah-wilayah pemerintahan menentukan keberhasilan. Ia memerankan figur seorang pemimpin yang tidak tinggal duduk dan mendengar saja, tapi mendatangi serta melihat juga mengalami sendiri kenyataan di daerah kekuasaannya. Kedua, ia menyuruh rakyat berbalik kepada tuhan, Allah nenek moyang mereka. Seruan pertobatan disampaikan agar hidup beriman umat diselamatkan dari pengaruh kepercayaan asing. Ketiga, sang reformator Israel ini membuat pembaruan dalam sistem peradilaan, baik umum maupun keagamaan. Ia menempatkan hakim-hakim yang saleh di seluruh negeri dan mendirikan semacam peradilan tinggi di Yerusalem (ayat 8 – 11). Sistem peradilan Israel didasarkan pada perintah Allah, agar semua orang diperlakukan sama, tanpa memperhitungkan kedudukan mereka dalam masyarakat. Oleh sebab itu kepada hakim-hakim ini, Yosafat berpesan supaya mereka takut Tuhan, bertindak benar, tegas dan ikhlas. Selain itu tak boleh berlaku curang atau memihak serta tidak menerima suap. Mereka haruslah memastikan bahwa seluruh umat Tuhan mengalami rasa keadilan. Kita pun terpanggil untuk terus berjuang membela hidup agar pertobatan dialami oleh mereka yang melakukan kesalahan dan keadilan dapat dialami baik dalam lingkup keluarga, gereja maupun masyarakat bangsa dan Negara. Hindarilah hidup dengan cara “memandang muka” atau pilih kasih, sebab Tuhan itu baik kepada semua orang.

 Doa:Tuhan, layakkanlah kami menjadi pembaru kehidupan. Amin.


Kamis, 11Agustus 2022       2 Tawarikh 20 : 1 - 15

 

 

Takut..? No...!

 

J

angan kamu takut, Aku adalah. Itu Tuhan janji, biar ingatlah...Bahkan tiada pernah.” Dua Sahabat Lama nomor 173 ini ingin berpesan kepada kita untuk selalu ingat pada janji Tuhan. Ia selalu bersama kita, tidak akan pernah meninggalkan. Oleh sebab itu, sekalipun ada banyak tantangan dan cobaan menghadang, tetaplah percaya pada-Nya dan jangan takut.Hari ini, kita belajar dari kisah Yosafat raja Yehuda beserta rakyatnya. Moab dan Amon adalah dua bangsa besar yang maju berperang melawan mereka. Kekuatan dua bangsa ini benar-benar menjadi ancaman bagi Yosafat dan rakyatnya sehingga membuat Yosafat takut. Yosafat bukanlah tipa pemimpin yang melarikan diri sekalipun sedang dilanda ketakutan. Kesadarannya sebagai pemimpin tidaklah sirnah. Ia harus bertindak melakukan sesuatu demi membela dan memperjuangkan kehidupan rakyatnya. Tindakkan membela kehidupan dilakukannya dengan mencari Tuhan, mengajak seluruh rakyatnya untuk berpuasa dan bersama rakyatnya berdoa dengan iman yang sungguh-sungguh kepada Tuhan sampai akhirnya Tuhan menjawab doa mereka. Dalam jawaban-Nya, Tuhan berpesan agar Yosafat tidak takut karena Tuhan-lah yang akan berperang menggantikannya.

Selagi kita masih di dunia ini, ada saja masalah menghampiri kita. Jangan takut, belajarlah dari Yosafat. Carilah Tuhan dan serahkan segala masalahmu kepada-Nya di dalam doa. Jangan andalkan kekuatan diri atau mencari pertolongan pada kekuatan lain di luar Tuhan, karena semua itu hanya sementara dan sia-sia adanya. Ajaklah keluarga dan handai taulan untuk menopangmu dalam doa. Ibarat tungku, semakin banyak kayu semakin besar nyala apinya dan masakanpun akan cepat matang. Nantikanlah jawaban-Nya dengan sabar. Ingat janji Tuhan, jangan Takut..!!!. 

 

Doa:Kiranya kami tetap meyakini janji-Mu, ya Tuhan. Amin.


Jumat, 12 Agustus 2022                 2 Raja-Raja 5 : 8 - 16 

 

Tuhan Menghendaki Kerendahan Hati dan Ketaatan

 

N

aaman, bukan saja orang penting dan terpandang karena kedudukkannya sebagai panglima raja Aram, tetapi juga karena dia merupakan orang yang mendapat tempat khusus  di hati raja. Ia juga mendapat perkenaan Tuhan sehingga sering membawa kemenangan bagi Aram dalam perang. Sayangnya dia menderita penyakit kusta, yang pada waktu itu belum ada penawarnya. Kisah penyembuhannya melibatkan banyak orang, mulai dari pelayan sampai pemimpin negara.

Hampir saja tujuan Naaman ke Israel gagal total, karena dia menganggap bahwa dengan kuasa dan uang, kesembuhan dapat diperoleh. Dia sangsi dan merasa terusik dengan cara yang disampaikan Elisa melalui orang suruhannya. Dia berharap Elisa akan melakukan ritual yang spektakuler untuk kesembuhannya. Untung saja pegawai-pegawainya meyakinkan Namaan untuk ikut saja saran Elisa. Akhirnya Naamanpun sembuh.

Ketaatan Namaan melakukan kehendak Tuhan lewat hamba-Nya, Elisa, serta kerendahan hatinya untuk mendengarkan saran pelayan dan pegawainyalah yang membuatnya sembuh. Maka Naamanpun mengungkapkan pengakuan tulusnya:"Sekarang aku tahu, bahwa di seluruh bumi tidak ada Allah kecuali di Israel”

Dari kisah Naaman kita belajar beberapa hal:

-  Hargailah pendapat orang lain, sekalipun itu seorang anak kecil, karena Tuhan dapat memakai mereka sebagai alat untuk memberitahukan kehendak-Nya.

-  Ada banyak hal baik yang hendak Tuhan nyatakan dalam kehidupan, namun kita sendirilah yang terkadang membuat susah sebab lebih yakin pada kekuatan dan pikiran sendiri.

-  Jangan lupa mengagungkan Tuhan dan bersyukur atas setiap kebaikan-Nya bagi kita.


 






Doa:  Tuhan, sekarang aku tahu, bahwa di seluruh bumi tidak ada Allah seperti Engkau, karena itu aku mau tetap taat kepada-Mu. Amin.



Sabtu, 13Agustus 2022                                        Amos 5 : 7 - 13

 

Jadilah Duta Keadilan

 

B

randon, berceritera kepada saya tentang  tetangganya Jodi, yang rumahnya persis bersebelahan dengan dia. Ia juga bercerita tentang Jona yang masih punya hubungan keluarga dengannya dan rumah mereka berjarak kurang lebih 200 meter. Suatu hari terjadi masalah antara mereka berdua hingga sampai ke tingkat pengadilan. Jodi berharap Brandon akan berpihak kepadanya karena mereka tetangga dekat. Sementara Jona berharap Brandon akan memihak dirinya karena selain tetanggaan, mereka masih punya hubungan keluarga. Kalaupun tidak berpihak setidaknya netral. Brandon agak bingung juga. Kebingungannya itu diatasi dengan membaca renungan  tentang Amos 5:7-13 yang mengisyaratkan untuk  berpihak kepada yang benar.

Saudaraku, banyak orang yang berpikir bahwa berlaku netral adalah sama dengan berlaku adil. Padahal berlaku adil adalah berpihak kepada yang benar. Kisah Brandon dan nas hari ini menegaskan beberapa pesan yang dapat kita jadikan pelajaran:

-  Jangan mengubah keadilan menjadi ipuh (=racun) dan menghempaskan kebenaran ke tanah. Artinya bahwa keadilan dan kebenaran itu harus dihargai, dijunjung tinggi dan dilakukan.

-  Kita wajib menegur mereka yang melakukan ketidakadilan, sekalipun karenanya dibenci.

-  Jangan menindas yang lemah, dan membuat orang miskin semakin miskin.

-  Jangan membeli keadilan atau memberi suap agar mendapat keadilan.

-  Bagi yang diberi kedudukan sebagai “petinggi”, entah itu di masyarakat atau dalam kehidupan bergereja, jangan pergunakan  kedudukan atau jabatan untuk memperkaya diri sendiri dan melupakan mereka yang miskin.

-  Jadilah Duta Keadilan di masyarakat dan dalam kehidupan bergereja. Tuhan memberkati kita untuk melakukan tugas ini.


 

Doa: Tuhan, mampukan kami untuk menjadi duta-duta Keadilan-Mu.. Amin.


Minggu, 14 Agustus 2022                                 1 Petrus 2 : 11 - 17

 

Jadilah Perantau dan Pendatang Yang Dapat Diteladani

 

B

ersyukurlah sebab kita dapat mengalami kemurahan Tuhan di hari perhentian yang kudus. Hari ini kita belajar dari surat Petrus yang berisi nasihat bagi perantau dan pendatang. Pendatang artinya orang yang datang ke suatu daerah atau negeri serta negaradan menetap sebagaiorang asing di situ. Sementara rantau berarti daerah atau negeri di luar daerah/negeri sendiri atau negeri asing. Saat itu umat Israel memang banyak yang sementara hidup sebagai pendatang dan perantau di berbagai daerah. Namun jika bicara tentang perantau dan pendatang maka bukan hanya perantau dan pendatang secara harafiah, tetapi sesungguhnya semua kita adalah pendatang dan perantau di dunia ini. Petrus memberi nasihat kepada kita sebagai perantau dan pendatangagar berhati-hati dan waspada. Kita harus memperlihatkan cara hidup yang baik sehingga bisa menjadi teladan bagi orang lain terutama bagi mereka yang belum percaya kepada Yesus atau dalam konteks bacaan kita bangsa-bangsa bukan Yahudi sehingga mereka juga memuliakan Allah. Teladan itu antara lain:

-  Menjauhkandiri dari hawa nafsu kedagingan.

-  Hormati pemerintah dan mereka yang dipercayakan untuk memimpin kita.

-  Kita sudah dimerdekakan dari belenggu penjajahan bangsa asing tetapi juga belenggu dosa karena itu hiduplah sebagai orang merdeka, tetapi merdeka yang bertanggung jawab, bukan yang kebablasan. Artinya bahwa kita harus mengisi hidup ini dengan hal-hal berguna bukan bebas melakukan apa saja yang kita mau tetapi tidak sepadan dengan kehendak Allah.

-  Hormati dan kasihilah sesama. Jadilah teladan bagi orang lain.

 Doa:  Tuhan, tolong kami untuk hidup sebagai orang yang dapat diteladani. Amin.


Senin, 15 Agustus 2022                                 1 Korintus 7 : 17 - 24

 

Hiduplah Sebagai Hamba Allah

 

H

ari pertama di minggu ini telah kita jalani dengan selamat sambil diajak untuk hidup sebagai hamba Allah.. Apa artinya itu? Mari simak dulu cerita Sonia sebagai pengantar sekaligus pembanding. Sonia, adalah seorang ibu muda yang penampilan sehari-harinya “aduhai”. Saat dia diminta untuk menjadi pengurus unit, penampilannya  berubah. Pakaiannya tidak lagi “kekurangan kain”, makeup-nya sudah tidak menor dan dia mulai suka menyapa orang. Pertanyaannya: Apakah penampilan fisik seseorang dapat menjamin bahwa orang tersebut sudah hidup sebagai hamba Allah?  Belum tentu!!Penampilan fisik terkadang bisa menipu. Karena itu Paulus memberi ketegasan kepada jemaat Korintus dan kita bahwa memenuhi panggilan Allah dan menjadi hamba-Nya bukanlah persoalan lahiriah seperti sunat atau tidak (18), hamba atau orang merdeka (21), bukan juga soal penampilan. Seseorang menjadi hamba Allah karena ia telah dibeli dengan harga mahal oleh Allah, yaitu darah dan nyawa anakNya, Yesus Kristus (23). Seseorang menjadi hamba Allah adalah karena dia telah ditebus oleh Allah dari kuasa dosa dan maut. Karena itu menjadi hamba Allah berarti hidup menurut ketetapan, peraturan, petunjuk dan ajaran-ajaran yang diturunkan-Nya. Paulus menekankan bahwayang penting adalah perubahan hidup dimana seorang hamba Allah harus memperlihatkan kehidupan yang taat dan setia kepada Allah, bukan sekadar penampilan fisik.Hidup dalam panggilan sebagai Hamba Allah dapat dilakukan dengan keberadaan kita apa adanya. Penampilan sederhana namun dengan hati yang lemah lembut, rendah hati dan tidak sombong. Itulah yang dikehendaki Allah dari kita. Hiduplah sebagai hamba Allah dan lakukanlah kehendak-Nya.

 

Doa: Tuhan ampuni kami yang menyebut diri sebagai hamba-Mu namun tidak melakukan kewajiban kami sebagai seorang Hamba Allah.. Amin.


Selasa, 16 Agustus 2022                     Daniel 3: 24-27

 

Ketaatan di Tengah Ancaman

 

S

emakin dibabat, semakin merambat. Istilah tersebut agaknya tidak terlalu berlebihan jika disematkan kepada orang Kristen. Fakta sejarah membuktikan bahwa orang Kristen dari awal kemunculannya sampai saat ini tidak lepas dari penganiayaan. Namun, semakin orang Kristen mengalami penganiayaan justru mengalami peningkatan yang sangat drastis. Penganiayaan justru membuat orang Kristen semakin kuat dan bertumbuh. Hal ini dikarenakan Tuhan melindungi dan menyelamatkan orang-orang yang percaya dan berharap kepada-Nya. Kisah penganiayaan yang dialami oleh mereka yang percaya (beriman) kepada Tuhan pun diperlihatkan oleh para tokoh Alkitab, yakni Sadrakh, Mesakh dan Abednego dalam kitab Daniel 3:24-27. Jawaban Sadrakh, Mesakh dan Abednego yang menolak permintaan raja Nebudkadnezar untuk menyembah patung yang didirikannya itu, mengakibatkan ketiga teman Daniel tersebut dilemparkan ke perapian yang panas luar biasa, sehingga membakar habis tentara yang melempar ketiga orang tersebut. Sedangkan Sadrakh, Mesakh dan Abednego selamat.  Mereka selamat karena dilindungi dan dijaga oleh Tuhan (Ayat 17).Melihat bahwa mereka tidak terluka didalam api besar, maka raja memanggil Sadrakh, Mesakh dan Abednego keluar dari perapian dan menghadap kepadanya. Dia menyebut mereka “Hamba-hamba Allah yang Maha Tinggi” (ayat 26). Istilah ini digunakan untuk memuji Allah yang mereka sembah adalah Allah yang kuat dan perkasa. Perikop ini memberi makna bagi kita saat ini, bahwa perapian (kobaran api) melambangkan berbagai masalah dan penderitaan yang sedang dialami oleh orang Kristen karena beriman kepada Tuhan Yesus. Kita difitnah, diberlakukan dengan tidak adil (misalnya: larangan mendirikan gereja yang dialami oleh GKI Yasmin, HKBP Bekasi, sehingga mereka beribadah di depan istana Negara). Tetaplah yakin bahwa dalam berbagai persoalanTuhan yang kita percaya adalah Pembebas dan Penyelamat kita. Janganlah ragu teruslah mengandalkan Dia.

 

Doa: Tuhan, tolonglah supaya kami tidak binasa, Amin.


Rabu, 17 Agustus 2022                                     Yesaya 49: 8-13

 

Dimerdekakan Untuk Memerdekakan

 

H

ari ini genaplah usia ke-77 tahun (1945-2022) Negara Indonesia yang kita cintai. Kita mensyukurinya sebagai kemurahan Tuhan Sang Pemilik Negara ini. GPM melalui LPJ menetapkan Tema HUT RI: “Mensyukuri Kebaikan Tuhan yang Membebaskan”. Tema ini menegaskan bahwa kemerdekaan yang diperoleh Negara ini hanya karena kebaikan Tuhan semata. Pesan lain tema ini adalah kehidupan di Negara yang merdeka haruslah berlangsung dalam kepastian bahwa hak-hak hidup orang banyak menjadi terjamin. Hak untuk berpendapat,menerima pelayanan kesehatan yang memadai, pendidikan berkualitas, perlindungan hukum, pekerjaan, kehidupan yang layak dan sejahtera, dll. Sayangnya, di usia bangsa yang ke-77 tahun ini masih kedapatan praktek ketidakadilan, suap, korupsi, penyalagunaan kuasa, bahkan kenaikan harga-harga barang yang memberatkan kehidupan masyarakat. Karena itu, mari kita berefleksi berdasarkan Yesaya 49: 8-13. Bagian ini termasuk kitab Yesaya yang kedua (Deutero Yesaya), mengisahkan tentang kehidupan bangsa Israel di Babel sebagai tawanan. Mereka hidup tidak bebas, tertekan dan sangat menderita.  Nabi Yesaya berpesan bahwa Tuhan akan menjawab, menolong dan membebaskan bangsa Israel dari pembuangan Babel  dengan membawa mereka pulang kembali ke Yerusalem, tanah pusaka mereka (ayat 8), memberikan kebebasan dan menyedikan makanan bagi kebutuhan mereka (ayat 9),sehingga mereka tidak akan mati kelaparan melainkan berkelebihan supaya mereka menjadi berkat bagi bangsa-bangsa lain (ayat 10-12). Waktunya pasti tiba dan mereka akan memuji-muji Tuhan sebagai Penyelamat dan Pembebas mereka yang kekal (ayat.13). Kemerdekaan diberikan Tuhan supaya kita menjadi orang-orang merdeka yang dapat memerdekakan orang lain dari kemiskinan, ketidakadilan, kebodohan, eksploitasi alam, dan sebagainya.

 Doa: Tuhan, lindungilah segenap bangsa Indonesia, Amin.


Kamis, 18 Agustus 2022                            2 Timotius 2: 23-26

 

Perkuat Karakter Kristiani, Jadilah Teladan!

 

P

erikop ini merupakan nasihat Paulus kepada Timotius. Ia   sedang berhadapan dengan para pengajar sesat yang suka bersilat lidah dan mengacaukan pelayanannya (ayat 14). Paulus menasihati Timotius agar berusaha menjadi pekerja Kristus (Hamba Tuhan) yang memiliki teladan Kristus dalam pelayanan.Bila hal tersebut dilakukan, maka para pengajar itu tidak menemukan celah untuk menjatuhkan Timotius dan mencemarkan Injil kebenaran (ayat 15). Timotius harus menunjukkan sifat-sifat yang tepat dalam hidup agar sesuai dengan peranannya sebagai pemimpin Kristen. Sifat-sifat itu adalah menghindari persoalan yang di cari-cari, bodoh dan tidak layak, karena semua itu mengarah kepada pertengkaran (ayat 23). Paulus menegaskan, adalah lebih baik menghindari pertengkaran dari pada berusaha untuk masuk dan terjun dalam arena tersebut. Kunci untuk terhindar dari pertengkaran adalah dengan berusaha tetap ramah kepada siapapun termasuk orang yang memusuhinya; dan sabar menghadapi setiap cercaan tersebut (ayat 24). Selain itu, Paulus juga mengingatkan Timotius untuk menjadikan para musuh sebagai sahabat dan saudara dalam iman pada Yesus Kristus. Bagaimana caranya? Ia harus memiliki kecakapan mengajar untuk menuntun seseorang yang suka melawan agar sadar dari jalan yang salah; meninggalkan cara hidup yang jahat serta lepas dari kuasa iblis yang selama ini telah menawan mereka dan memaksa mereka mengikuti kehendaknya (ayat 25- 26). Timotius harus memberikan kesempatan setiap orang untuk bertobat dan mengalami pemulihan iman. Makna bagi kita saat ini, adakah kita masih banyak menghabiskan waktu untuk hal-hal yang kurang berguna; seperti bertengkar, menggosip, menjelekkan orang lain. Waktu hidup kita begitu singkat dan tak akan terulang, jadi sebaiknya diisi dengan hal-hal yang baik dan berguna bagi Tuhan dan sesama, Dengan demikian kita akan menolong orang lain menyadari kesalahannya dan mengalami pertobatan.

 Doa: Tuhan, pakailah kami sebagai alat keselamatan-Mu., Amin.


Jumat, 19 Agustus 2022                                 Roma 6: 15-23

 

Jadilah Hamba-Hamba Kebenaran

 

T

ema mingguan yang ditetapkan oleh Lembaga Pembinaan Jemaat (LPJ) GPM adalah “Hidup Sebagai Hamba Allah”. Dasarnya adalah Roma 6: 15-23, secara khusus ayat 18. Maksudnya merdeka dari dosa dan menjadi hamba kebenaran.  Menjadi hamba kebenaran itu tidaklah muda sebab kita harus berjuang melawan dosa. Setiap orang yang mau menjadi hamba kebenaran harus memerdekakan diri dari kuasa dosa. Orang yang merdeka  di dalam Kristus, wajib mematikan segala keinginan dan hawa nafsu dunia. Pertanyaannya apakah yang harus kita lakukan agar dapat hidup sebagai hamba kebenaran? Pertama, sebagai manusia yang memiliki kelemahan, kemungkinan jatuh kedalam dosa masih ada. Terlebih Iblis memiliki banyak cara untuk merebut kita (banding 1 Petrus 5:8) melalui orang-orang terdekat yang hidupnya belum berpusat pada Tuhan, lingkungan sekitar di mana kita bergaul, bahkan mereka yang kelihatan baik padahal penuh dengan kemunafikan, kelemahan diri, semua dapat dijadikan alat oleh iblis untuk menjerat kita (1 Korintus 15: 33; 2 Korintus 11: 14). Sebab itu, waspadalah dan jangan pernah memberi kesempatan kepada Iblis. Kedua, Hiduplah dipimpin oleh Roh. Roh Kudus yang ada dalam kita bagaikan sebuah alarm yang akan bekerja mengingatkan dan menyadarkan kita dari dosa (Yohanes 16:8). Orang yang hidup dalam roh memiliki kekuatan untuk mematikan perbuatan-perbuatan daging; perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, kedengkian, kemabukan, pesta pora, dan sebagainya. Sebaliknya sebagai hamba kebenaran maka hidup kita menghadirkan buah-buah Roh; kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri, jangan gila hormat (Gal.5:19-26). Menurut Paulus hidup adalah pilihan; memilih hidup di dalam dosa mendatangkan penghakiman Allah (kematian) atau memilih hidup dalam kebenaran membawa kita kepada kehidupan yang kekal (ayat 21-23).

 Doa: Tuhan, jadikanlah kami hamba-hamba kebenaran. Amin.


Sabtu, 20 Agustus 2022           Galatia 1: 6-10

 

Berpegang Teguh Pada Injil Kristus

 

S

urat Galatia merupakan salah satu surat yang ditulis oleh rasul Paulus untuk menjawab situasi yang mengancam saat itu. Situasi yang mengancam itu adalah serangan terhadap kerasulan Paulus dan Injil Kristus. Khusus nas bacaan kita tadi, berbicara tentang serangan terhadap Injil yang diberitakan Paulus. Bagi Paulus, Keselamatan merupakan karunia yang diberikan berdasarkan kemurahan, sepenuhnya bergantung pada iman kepada Yesus Kristus bukan tergantung pada sunat dan hukum taurat. Sedangkan, bagi orang-orang Yahudi keselamatan tergantung melaksanakan taurat Musa dan tradisi sunat. Oleh karena itu, orang-orang Yahudi bersikeras memaksakan orang-orang Kristen non Yahudi untuk melaksanakan hukum taurat dan sunat supaya mereka diselamatkan. Menghadapi situasi tersebut, Paulus dengan tegas memperingatkan orang-orang Yahudi yang telah menerima Yesus Kristus supaya mereka berpegang pada injil yang diberitakan oleh Paulus dan jangan terpengaruh kepada injil-injil palsu yang diberitakan oleh lawan-lawan Paulus. Sebab injil yang mereka beritakan bertentangan dengan Injil Kristus (ayat 6-7). Hidup di bawah hukum taurat merupakan perhambaan sedangkan hidup dengan iman merupakan kebebasan. Orang Kristen tidak diikat dengan hukum taurat karena Kristus telah membebaskan melalui kematian-Nya.Karena itu, apabila ada orang yang menyesatkan kamu dengan injil yang berbeda dari Injil Kristus, maka terkutuklah dia (ayat 8-9). Selanjutnya, Paulus mempertegas dirinya sebagai hamba Allah dengan menyatakan bahwa apa yang dia lakukan bukan untuk menyenangkan hati manusia melainkan untuk menyengkankan hati Allah. Ia bukan mencari nama melalui kerasulannya melaiankan untuk melayani Allah yang telah memanggil dan mengutusnya. Makna bagi kita, berpeganglah pada injil Kristus dengan melakukan kehendak-Nya supaya kita memperoleh hidup yang kekal.

 Doa: Kiranya kami teguh berpegang pada injil Kristus. Amin.


Minggu, 21 Agustus 2022                   Yeremia 34:8-22

 

Selaraskan Perkataan dan Perbuatan

 

J

anji tinggal janji, parlente jalan tarus, ungkapan ini berarti mengingkari janji atau perkataan tidak sesuai dengan perbuatan.Perbuatan mengingkari janji inilah yang dilakukan oleh para pejabat, pemimpin umat dan masyarakat yang ada di Yerusalem. Mereka mengumumkan pembebasan kepada budak laki-laki dan perempuan dan membebaskan mereka sebagai orang-orang merdeka sesuai dengan perintah Tuhan Allah (peraturan tahun sabat dalam Kel.21:1-6: Ul.15:1-11) bahkan perjanjian tersebut diikat dengan sumpah dihadapan Tuhan Allah (ayat 8-15). Namun, karena kedegilan hati,  mereka menarik kembali perkataan atau membatalkan perjanjian pembebasan budak. Budak yang telah dibebaskan diperbudak lagi (ayat 16). Akibat dari tindakanyang tidak taat dan setia  itu, maka Tuhan Allah mendatangkan murka-Nya atas mereka (ayat 17). Murka Tuhan meliputi; kematian, penyakit sampar (penyakit menular), kelaparan, hancurnya kota Yerusalem, umat di bawa ke pembuangan (ayat 17-22). Gambaran malapetaka yang dasyat adalah akibat ketidaktaatan bangsa Israel akan janji mereka kepada Tuhan. Kisah ini menyuguhkan makna untuk dijadikan sebagai pedoman iman.  Jika kita berjanji di hadapan Tuhan dan manusia, hendaknya ditepati (jangan berbohong). Misalnya: sebagai pemimpin setia melaksanakan sumpah jabatan, berjanji kepada istri atau suami untuk tetap setia, berjanji untuk melayani keluarga dengan baik (jangan mengkhianati), berjanji melaksanakan tugas pelayanan gereja dengan setia, lakukanlah dengan taat. Karena jika kita tidak memenuhi janji tersebut, maka kita  akan mendapatkan penghukuman Allah. Ingatlah perkataan Mahatma Gandhi: “Selaraskan kata dan tindakan”

 Doa: Tuhan, kiranya kata dan tindakan kami selaras. Amin.


Senin, 22 Agustus 2022                               Imamat 25 : 8 - 13

 

Kita, Mahkluk Yang Merdeka

 

W

aktu 24 jam yang tersedia, terasa kurang bagi kita. Bekerja dengan tak hentinya untuk mengejar segala keberhasilan. Mengeksplorasi dan mengeksploitasi segalanya tanpa melihat dan memperhatikan keseimbangan diri sendiri maupun sesama ciptaan. Kita terus mengusahakan segala sesuatunya tanpa mempertimbangkan keberadaan, kekuatan diri sendiri serta kelangsungan hidup semua ciptaan di semesta ini. Kita, dengan berbagai upaya berusaha keras, dan secepat mungkin serta modal yang sedikit-dikitnya, berharap memperoleh hasil yang sebesar-besarnya. Kita dengan penuh kesadaran, terus mengikat diri dan mengikuti pola kehidupan yang tak seimbang serta mengembangkan prinsip ekonomi tidak berkeadilan yang dibangun oleh masyarakat umum. Hal itu membuat kita menjadi hamba, bahkan budak, yang tidak bebas merdeka.

Padahal Allah telah mengajarkan kepada kita, bahwa ada batasan dari segala sesuatu yang harus dijalani dan dikerjakan. Allah memberikan tuntunan, agar kita menjadi manusia yang bebas merdeka bagi diri sendiri dan sesama ciptaan.Allah menghendaki agar kita dapat berlaku adil bagi diri sendiri dan sesama ciptaan-Nya.Seperti Allah, yang beristirahat pada hari ketujuh dan menguduskannya, waktu melakukan penciptaan, maka Dia pun mengajarkan kepada kita untuk juga melakukannya. Tahun Yobel bukan merupakan waktunya Allah datang untuk membebaskan manusia, melainkan masa yang Dia berikan kepada tiap orang guna membebaskan diri dari segala sesuatu yang mengikat.  Aturan tentang tahun Yobel dibuat dengan maksud mewujudkan keadilan, kesejahteraan dan kebaikan bagi diri sendiri juga sesama ciptaan. Tujuannya adalah agar kita dan sesama ciptaan, dapat memberikan kesempatan kepada diri untuk mengarahkan hati kepada Allah guna menghormati, memuji dan bersyukur kepada-Nya.

 

Doa: Ya Tuhan, terima kasih untuk anugerah-Mu di tahun Yobel ini. Amin.


Selasa, 23 Agustus 2022                               Keluaran 21 : 1 - 11

 

Landasan Hak Asasi Manusia &Prinsip Kemanusiaan Dalam Perbudakan

 

A

lkitab begitu serius memperlakukan hamba secara manusiawi. Perlakuan tersebut bukan untuk menyatakan setuju dengan perbudakan, tetapi untuk mengajarkan prinsip-prinsip yang lebih manusiawi, serta arah perbaikan sistem yang dilakukan, dapat melihat bahwa Allah memandang penting kebebasan orang. Kebebasan adalah dasar dari semua hak asasi manusia, untuk memastikan bahwa setiap orang berhak untuk mengejar kesetaraan dan kebahagiaan. Allah menebus dan menyelamatkan Israel menjadi dasar dari semua ketentuan hukum Allah dan perbudakan jelas melanggar prinsip kesetaraan dan hak asasi manusia. Nas hari ini mengkritisi bagaimana hidup sebagai umat Allah dalam budaya yang menerima perbudakan sebagai kelaziman. Prinsip kemanusiaan yang berbelas kasih diterapkan dalam kasus perbudakan ini.

Menjual diri sebagai budak dalam kehidupan bangsa Ibrani kuno adalah cara bertahan hidup agar mendapat makanan dan perlindungan dari tuannya. Tuannya bisa memperkerjakan budak hanya enam tahun dan tahun ketujuh (tahun Sabat), budak tersebut akan menjadi orang bebas. Tuhan menuntut kepatutan dan belas kasih dalam hidup bangsa Israel dan itu menjadi pelajaran penting bagi kita dalam hidup bersama dengan orang lain. Namun, di zaman modern ini kita sering kali mendapati perbudakan terjadi di mana-mana. “Orang kuat mengeksploitasi pihak yang lemah, baik secara ekonomi maupun politik. Banyak orang miskin diculasi dan dijebak sebagai buruh murah di negeri lain dalam industri prostitusi. Bahkan sikap memperbudak masih terlihat dari cara seseorang mempekerjakan dan membayar gaji orang yang bekerja padanya. Sikap-sikap tidak manusiawi ini tidak boleh dilakukan. Tuhan Allah menghendaki kita untuk menghargai sesama tanpa memandang latar belakang hidup mereka.


 

Doa: Ya Tuhan, terangilah hati kami agar menghargai sesama secara manusiawi tanpa memandang status sosial dan ekonomi. Amin.



Rabu, 24 Agustus 2022                             Yeremia 39 : 11 - 14

 

Ketaatan Mendatangkan Pemeliharaan Tuhan

 

T

aktik pengepungan dan pemutusan, lazim dipakai dalam peperangan yang berlangsung di daerah Timur Dekat Kuno.Pasukan perang mengepung kota lawan, selanjutnya dilangsungkan taktik memotong pasokan makanan dan air, sambil berusaha membobol tembok. Mereka menanti sampai penduduk kota yang terkepung itu kelaparan, lemah, dan mudah dikalahkan. Cara seperti inilah yang dilakukan oleh tentara Babel saat mengepung kota Yerusalem sampai akhirnya mereka berhasil membobol tembok dan merebut kota. Kisah ini mencatat bahwa setelah Yerusalem direbut, nasib raja Zedekia dan nabi Yeremia,  berkaitan dengan sikap mereka terhadap firman Tuhan. Raja Zedekia yang melarikan diri ke padang gurunmengalami nasib yang benar-benar mengerikan. Dia ditangkap, dibawa kepada raja Nebukadnezar, dipaksa menyaksikan anak-anaknya dihukum mati, dibutakan matanya, lalu dibelenggu dan dibuang ke negeri Babel. Tidak ada berita lagi tentang raja Zedekia, tetapi mungkin ia bertobat di pembuangan, sehingga ia ditangisi rakyat saat meninggal.Nabi Yeremia diperlakukan berbeda dengan orang-orang Yehuda yang lain. Raja Nebukadnezar memerintahkan agar nabi Yeremia dibebaskan dari penjara dan diberi kebebasan untuk tetap tinggal di negeri itu. Berbeda dengan nasib banyak orang di Yehuda, nabi Yeremia tidak mengalami kekerasan.

Kisah kehancuran kota Yerusalem mengajarkan kita tentang adanya berkat karena ketaatan dan kepercayaan kepada Tuhan serta hukuman karena menolak untuk mendengarkan firman Tuhan. Nabi Yeremia mewakili orang yang taat sekaligus teladan  memercayai Tuhan. Sedangkan raja Zedekia mewakili orang yang tidak mau melakukan firman Tuhan.

Kadang-kadang, Alkitab mengingatkan kita tentang sesuatu yang telah diketahuitetapi kemudian dilupakanatau tidak dilakukan. Mintalah kekuatan Roh Kudus agar kita sanggup melakukan firman Tuhan!

 Doa: Tuhan, bentuklah hati kami agar selalu taat kepada-Mu. Amin.


Kamis, 25 Agustus 2022                           Yeremia 39 : 15 - 18

 

Perbuatan Baik Yang Dilakukan, Pasti Akan Kembali Dengan Sendirinya

 

K

isah tentang Ebed-Melekh mulai disaksikan di pasal 38:1-13. Ia berkebangsaan Etiopia, seorang sida-sida yang tinggal di istana raja Zedekia. Hari ini kita akan melihat buah dari perbuatan baiknya kepada Yeremia.Pada masa pemerintahan raja Zedekia itu, Yeremia dipenjarakan karena perkataannya yang dianggap sesat oleh para pemuka agama yang menentang ajarannya. Saat mendengar kabar tersebut, Ebed-Melekh, seorang pembantu raja menghadap raja untuk kemudian membebaskan Yeremia. Ia, dengan kebaikan hatinya, menolong dan mengeluarkan Yeremia dari dalam sumur. Kebaikan hati Ebed-Melekh tak langsung mendapatkan balasannya. Cerita seolah berhenti sampai di situ. Namun, saat kota itu akan dihancurkan, Tuhan berfirman bahwa Ebed-Melekh pasti akan luput dan diselamatkan. Ia diselamatkan bukan hanya karena perbuatan baiknya, melainkan karena apa yang mendorongnya untuk berbuat baik, yaitu iman dan kepercayaannya kepada Tuhan semesta alam. Setiap kebaikan yang kita lakukan dengan penuh ketulusan tak hanya membekas di hati si penerima, tetapi juga akan menarik perhatian Tuhan. Setialah dalam melakukan kebaikan kecil; Dia yang memperhitungkannya akan melimpahkan berkat yang lebih besar.

Janganlah takut untuk memberi kepada yang membutuhkan. Jangan takut untuk menolong dan membebaskan orang yang sedang dalam kesusahan. Lakukanlah semua itu tanpa membeda-bedakan siapa yang kita bantu.Tak perlu membuat kebaikan besar yang menghebohkan, cukup kebaikan-kebaikan kecil yang ditabur kepada mereka yang berada di sekitar kita. Perbuatan baik adalah buah dari keselamatan yang telah kita alami. Kita tidak berbuat baik untuk memperoleh keselamatan. Yakinlah bahwa semua perbuatan baik pasti diberkati Tuhan dan buahnya akan kita alami pula.


Doa:Mampukanlah kami untuk melakukan yang terbaik bagi kemuliaan nama-Mu, ya Tuhan. Amin.


Jumat, 26 Agustus 2022                         1 Samuel 14 : 40 - 46

 

 

Bersikaplah Bijak Sehingga Tidak Mengorbankan Orang Lain

 

K

etika kesombongan menguasai hati dan pikiran kita, keputusan yang diambil pada akhirnya membuahkan suatu yang tidak bijak. Keangkuhan dapat menjerumuskan kita, menyebabkan hal-hal yang tidak diinginkan dan merugikan banyak orang.Nas hari ini menyaksikan bahwa Saul sedang menghadapi situasi yang terdesak. Ia kemudian menyuruh bangsa Israel untuk mengambil sumpah yang berisi kutukan dan konsekuensinya  orang Israel tidak boleh makan apa pun. Perang menjadi semakin sulit karena Saul menambahkan beban yang tidak perlu bagi orang Israel. Akibatnya mereka menjadi letih lesu. Saul telah mencelakakan rakyatnya sendiri, seperti yang diutarakan Yonatan, anaknya. Akibat yang lebih besar adalah orang Israel pada akhirnya berbuat dosa dalam memakan hasil rampasan. Allah juga tidak menjawab doa Saul. Kemudian, Saul mencari tahu penyebab dari semua ini. Akhirnya, ia menemukan bahwa Yonatan telah merasai sedikit madu. Kematian adalah konsekuensi yang harus ditanggung semua pelanggar ketentuan, sekalipun itu anak sendiri. Namun, Yonatan dapat bebas dari hukuman mati karena permohonan orang-orang Israel kepada Saul.Kesombongan yang ada pada Saul menyebabkannya melakukan hal yang bukan kehendak Allah. Saul hanya berfokus pada dirinya sendiri, ia tidak menghiraukan Allah. Kesombongan ini menempatkannya pada posisi seolah dia lebih besar daripada Allah. Itulah awal kehancurannya. Keputusan yang diambil berikutnya memberikan dampak negatif yang meluas.Ketika kesombongan melingkupi hati dan pikiran, kita dapat jatuh untuk melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Saul. Kesombongan lain mengatakan: diriku tidak bersalah, yang salah adalah orang lain. Kesombongan memisahkan relasi manusia. Hidup tidak sombong adalah buah Roh Kudus yang bekerja karena orang percaya memprioritaskan kehendak Allah bekerja dalam dirinya.

 

Doa:Tuhan, tolonglah kami untuk mengatasi kesombongan. Amin.


Sabtu, 27 Agustus 2022       1 Samuel 30 : 11 - 20

 

Mengandalkan Tuhan Ada Pemulihan dan Pembebasan

 

T

indakkan pembebasan yang Allah karyakan terkadang tidak dapat terselami oleh akal manusia yang terbatas. Karya pembebasan itu berada di luar jangkaun akal manusia. Daud pernah mengalami pengalaman demikian. Batinnya terguncang hebat, akibat peristiwa besar yang terjadi di ziklag. Tekanan batinnya bertambah karena rakyat beranggapan bahwa Daudlah yang bertanggung jawab atas seluruh petaka yang sedang merekaalami. Daud tidak putus asa apalagi kecewa terhadap Tuhan.Kepercayaannya tetap teguh, ia mengandalkan TUHAN sepenuhnya. Catatan reflektif bagi kita ialah bahwa ; sesungguhnya peristiwa ziklag memiliki urutan seperti ini : kehilangan segala sesuatu (ay. 1 – 5), penolakan (ay. 6), kemenangan (ay. 17 – 18), pemulihan (ay. 19). Dari peristiwa siklag mengingatkan kita bahwa mengimani ALLAH itu bukan berarti seluruh perjalanan hidup ini akan mulus dan aman-aman saja, sebaliknya ada waktu Ketika TUHAN mengizinkan ketidaknyamanan kita di porak-porandakan. Ada waktu saat kita ditolak, dipersalahkan dan disudutkan oleh orang- orang di sekitar kita.

Dari Daud kita belajar untuk tetap menguatkan kepercayaan kepada Tuhan dan tetap bergantung kepada-Nya. Ingat bahwa   kekecewaan tidak akan menyelesaikan masalah. Kepercayaan yang sungguh kepada Tuhan, menyanggupkan kita memperoleh jalan keluar, mengalami pemulihan, pembebasan dan akan tampil sebagai pemenang.

 

Doa: Tuhan, tolonglah kami agar senantiasa bergantung dan menaruh percaya hanya kepada Dikau, sehingga kami bisa melihat jalan-jalan-Mu untuk pemulihan persoalan-persoalan hidup ini. Amin. 


Minggu, 28 Agustus 2022   Mazmur 128 : 1 - 6

 

Takut Akan Tuhan Sumber Kebahagiaan

 

K

ita bersyukur sebab telah diperkenankan Tuhan untuk menjalani keberadaan sampai di hari minggu terakhir bulan Agustus. Minggu ini akan kita jalani sambil menyiapkan diri memasuki pekan bina keluarga GPM. Akta kita mengakhiri Agustus dan memasuki September dibingkai dalam tema mingguan: Takutlah Akan Tuhan, Seisi Rumahmu Diberkati. Rumusan tema ini didasarkan pada nas Mazmur 128:1-6. Pemazmur meletakkan harapannya pada Tuhan saat mendambakan kebahagiaan bagi seisi rumahnya. Karena itu kebahagiaan disyaratkan dengan sikap beriman takut akan Tuhan.Takut akan Tuhan adalah kunci dan jalan satu-satunya untuk mendapatkan kebahagiaan, kenyamanan, ketentraman, bahkan berkat-berkat sorgawi. Berkat Tuhan tersedia bagi orang-orang yang menaati Tuhan dan menghormati hukum-Nya.  Oleh karena itu takut akan Tuhan harus dilandaskan pada sebuah kesadaran iman yang merujuk kepada suatu hubungan yang intim antara ciptaan dan Sang Pencipta. Arti takut akan Tuhan lebih merujuk kepada soal ketaatan dan kesetiaan. Kebahagiaan juga berkaitan dengan kenyataan memakan hasil jerih payah tangan sendiri. Seisi rumah diberkati kalau di dalamnya Tuhan ditakuti. Wujud berkat itu adalah hidup dalam keadaan yang baik, isteri akan menjadi seperti pohon anggur yang subur di dalam rumah, anak-anak seperti tunas pohon zaitun sekeliling meja, dan melihat anak-anak dari anak-anak. Kebahagiaan keluarga bukan sekadar harta atau materi saja. Keluarga yang berbahagia hidup dalam relasi yang harmonis, kegembiraan, sehat, semua tanggung jawab berlangsung secara baik dan mengalami umur panjang serta menyaksikan kenyataan berlanjutnya keturunan di bumi ini. Jadi teruslah pelihara rasa takut akan Tuhan, seisi rumahmu diberkati.

Doa: Ya Tuhan berkatilah seisi rumah kami. Amin. 

Senin, 29 Agustus 2022  Amsal 14 : 26 - 27

 

Takut Akan Tuhan Membawa Ketentraman Hidup

 

T

eks Amsal 14:26–27 menyaksikan bahwa sesungguhnya ada rasa takut yang berfaedah besar sekali. Maksudnya adalah rasa takut akan Tuhan. Faedah rasa takut akan Tuhan adalah mengalami ketenteraman yang besar, perlindungan bahkan merupakan sumber kehidupan, sehingga orang terhindar dari jerat maut. Penulis Amsal mengaitkan takut akan Tuhan dengan hikmat. Orang yang takut akan Tuhan adalah mereka yang berhikmat. Orang yang berhikmat tidak akan melakukan kefasikan atau kejahatan dan hidup mereka. Takut akan Tuhan itu tidak terjadi karena ada ancaman nanti masuk neraka. Takut akan Tuhan  membawa kita semakain dekat pada-Nya dan oleh sebab itu menghindari perbuatan kefasikan. Coba dibayangkan bila ada seorang beriman yang tak tak Tuhan dan melakukan korupsi, maka bukan tidak mungkin hidupnya dihantui rasa bersalah. Hidup yang dihantui rasa bersalah kehilangan ketenteraman dan berada dalam bayang-bayang mendapat hukuman. Oleh sebab itu hendaklah terus diupayakan agar keberadaan keluarga kita berlangsung dengan dimilikinya aras takut akan Tuhan. Ingatlah bahwa pada rasa takut akan Tuhan itu ada jaminan ketentraman. Biar ribut dunia, atau di sekitar ada begitu banyak kekacauan dan ancaman kematian, namun orang yang takut akan Tuhan pasti mengalami ketenteraman. Takutlah akan Tuhan, sebab perlindungan-Nya akan dialami. Perlindungan Tuhan itulah sumber kehidupan yang dapat melepaskan kita dari kebinasaan atau kehancuran. Takutlah akan Tuhan agar kebaikan terpancaran dari dalam keluargamu dan berkat Tuhan dialami.

 


Doa:Ya Tuhan, tolonglah agar kami dapat terus memiliki rasa takut pada-Mu agar terhindar dari petaka. Amin.


Selasa, 30 Agustus 2022                             Kejadian 35 : 1 - 8

 

Tahirkanlah Diri, Seisi Rumahmu Diberkati

 

M

engalami penyertaan dan kebaikkan Allah dalam hidup adalah sebuah anugerah dan sukacita besar. Pengalaman tersebut baik untuk dijadikan sebagai kekuatan membangun hidup. Nas hari mengisahkan bahwa pengalaman mengalami kebaikan Allah itulah yang mendasari tindakkan Yakub kembali ke Betel.  Yakub harus pergi ke Betel dan merupakan perjalanan kedua kalinya. Bila perjalanan pertama dilakukannya seorang diri, maka lain kenyataannya dengan yang kedua kali ini. Ia datang dengan empat orang istri, duabelas anak laki-laki dan satu anak perempuan, hamba, budak dan ternak yang tidak terhitung. Tentu saja ini semua adalah karya campur tangan Allahsemasa pengembaraannya. Ia pergi ke Betel untuk kedua kalinya karena perintah Allah. Allah berfirman kepada Yakub: “Bersiaplah, pergilah ke Betel, tinggallah di situ, dan buatlah di situ mesbah bagi Allah, yang telah menampakkan diri kepadamu, ketika engkau lari dari Esau, kakakmu.” Yakub memandang bahwa perintah dan penyertaan Allah yang dasyat sertaajaib itu harus disampaikan kepada seisi rumahnya atau semua orang yang bersama-sama dengan dia. Mezbah bagi Allah harus dibangun tetapi seisi rumahnya haruslah tahir atau kudus terlebih dahulu. Kehidupan mereka harus dimurnikan atau dibersihkan dari kecemaran dan dosa. Perintah Allah dilaksanakan dengan pertobatan dan kekudusan. Karena hanya dengan mendengar perintah dan mengalami penyertaan-Nya serta hidup dalam kekudusan, maka seisi rumah dan orang-orang yang bersama-sama dengan Yakub akan diberkati. Peliharalah kekudusan hidup  dan takut akan Tuhan, Ia pasti menyertai dan memberkati seisi rumah kita.

Doa: Ya Tuhan tolonglah agar hidup kami tetap kudus. Amin.


Rabu, 31 Agustus 2022                  Ulangan 12 : 1 - 7

 

Bersyukur dan bersukacitalah

 

B

ersyukur dan bersukacitalah karena Tuhan telah menyertai kita sampai di hari terakhir bulan Agustus ini. Sama seperti Tuhan sudah memimpin bangsa Israel, sehjingga mereka telah bersiap  memasuki tanah Kanaan, demikian halnya dengan kita. Kita telah dihentar melewati bulan Agustus dan hendak memasuki bulan September. Minggu pertama bulan September nanti akan berlangsung pekan pembinaan keluarga GPM yang berpuncak pada tanggal 6 September. Akta bergereja ini dilangsungkan untuk merefleksikan dan menemukan makna dari semua pengalaman yang telah kita alami sebagai umat Allah. Allah telah memilih kita, mengutus dan menyertai serta memberkati. Oleh sebab itu hendaklah bulan ini kita akhiri dengan rasa syukur. Kita mengucap syukur atas kebaikan-Nya. Kebaikan itulah yang menyertai seluruh keberadaan, tanggung jawab, karier, pengabdian, pencarian sepanjang bulan Agustus ini.  Bila Tuhan telah menyertai kita di bulan yang akan segera berlalu ini, maka yakinlah pula bahwa penyertaaan yang sama kita alami di bulan September. Tetaplah bersukacita walau kita mungkin belum dapat memastikan apa yang akan terjadi dan dialami nanti. Kehidupan ini berlangsung karena kehendak Tuhan dan Dia jualah yang akan menjaminnya. Mari belajar dari pengalaman iman bangsa Israel. Mereka selalu berusaha menjaga atau memelihara keberadaan sebagai umat Allah. Hidup dibersihkan dari kecemaran karena penyembahan berhala dan memdirikan bait untuk memuliakan Allah. Mari masuk bulan baru dengan komitmen membersihkan diri dari seluruh kejahatan dan dosa. Teruslah muliakan Allah dalam ibadah, hadapilah hidup dengan bersyukur dan bersukacita bersama kasih Tuhan.


Doa: Bapa, mampukanlah kami untuk senantiasa bersyukur. Amin.