Kamis 01 Juni 1 Korintus 6 : 12 - 20
Hiduplah Dalam Roh, Jauhkan Percabulan!
Segala sesuatu halal (diizinkan atau tidak dilarang) bagiku” merupakan pepatah yang biasa digunakan dalam masyarakat Korintus pada zaman itu, termasuk praktek percabulan. Orang-orang di Korintus menganggap praktek percabulan sebagai hal yang biasa-biasa saja, sehingga perbuatan ini sangat marak terjadi di sana. Paulus kemudian menasehati mereka bahwa yang halal itu belum tentu berguna dalam membangun iman kita. Karena itu, kita harus berhati-hati jangan memberi diri diperhamba oleh dosa, termasuk dosa percabulan. Paulus dengan tegas mengatakan: ”jauhkanlah dirimu dari percabulan” (ayat 18). Perkataan Paulus ini mau mengingatkan mereka bahwa tubuh adalah tempat Roh Kudus berdiam dan tubuh adalah milik Allah (ayat 19). Allah telah membayar hidup (tubuh) kita dengan harga yang lunas (ayat 20) melalui pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib. Karena itu pergunakanlah tubuh yang terikat dengan Kristus untuk melayani dan memuliakan Allah. Nasehat Paulus ini tentunya juga ditujukan kepada kita saat ini. Ada banyak kasus percabulan yang terjadi dan sangat miris sebab salah satu penyebabnya yakni pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Peran media sosial tidak hanya memberi manfaat tapi juga dapat berdampak negatif bagi kehidupan manusia. Misalnya: orang melakukan percabulan/pemerkosaan akibat menonton film porno, mengikuti gaya hidup (trend) dengan melakukan seks bebas, narkoba dll. Kita diingatkan untuk mempergunakan tubuh sebagai sarana untuk melayani dan memuliakan Tuhan. Jauhkanlah diri dari Percabulan.
Doa: Kiranya kami dapat mempergunakan tubuh untuk memuliakan-Mu, ya Tuhan. Amin.
Jumat , 02 Juni Kis. 19 : 1 - 12
Roh Kudus Menuntun Pada Pertobatan
Salah seorang Pendeta asal Aceh menceriterakan pengalamannya menjadi seorang penginjil di daerah pedalaman. Ia mengaku Roh Kudus telah menuntun dia dan isterinya untuk melakukan tugas pemberitaan injil kepada mereka yang miskin, sakit, buta huruf, dll. Mereka telah membawa banyak orang menjadi percaya kepada Kristus dan mengalami pertobatan melalui pertolongan Roh Kudus. Meskipun demikian, mereka juga mengakui seringkali ditolak dengan cara yang keras. Hal yang sama juga dialami oleh Rasul Paulus. Ia kerapkali mengalami penganiayaan tapi ia tetap setia dan taat pada pelayanannya. Ia rajin mengunjungi jemaat-jemaat yang ia bentuk dan senantiasa melakukan tugas pendampingan bagi mereka. Hal ini juga ia lakukan kepada Jemaat di Efesus. Dalam perkunjungannya, Paulus berhadapan dengan situasi dimana jemaat Efesus belum mengalami pertumbuhan dengan baik. Mereka percaya kepada Tuhan Yesus tetapi karna belum menerima Rohm akan perbuatan mereka tidak sesuai dengan teladan Yesus (ay.2). Paulus kemudian menasehati mereka agar percaya kepada Tuhan Yesus dan memberi diri untuk dibaptis dalam nama Tuhan Yesus (ayat 5). Melalui penumpangan tangan oleh Paulus, maka mereka dipenuhi Roh Kudus, sehingga yang belum percaya menjadi percaya. Roh Kudus juga menuntun kita saat ini untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik bagi sesama dan menuntun kita kepada pertobatan.
Doa: Roh Kudus tuntunlah setiap orang dalam pertobatan, Amin.
Sabtu, 03 Juni Kis. 19 : 13 - 20
Beritakan Injil Dengan Motivasi Yang Murni
Motivasi yang murni dalam penginjilan terlihat jelas dalam kehidupan dan pelayanan Rasul Paulus, terlebih dalam tugas pemberitaan Injil. Paulus dengan menggunakan nama Yesus telah melakukan mujizat-mujizat yang luar biasa; antara lain: menyembuhkan orang yang kerasukan setan, sehingga banyak orang mulai meniru cara- cara pelayanan yang dilakukan oleh Paulus (ayat 13), termasuk anak-anak Skewa, Imam Kepala Yahudi (ayat 14). Mereka mencoba-coba menyebut nama Yesus untuk menyembuhkan roh jahat, padahal mereka adalah tukang jampi (dukun). Mereka menggunakan mantera dengan menyebut nama Yesus padahal mereka tidak percaya kepada Yesus. Dengan kata lain, motivasi mereka menggunakan nama Yesus untuk memperoleh popularitas. Akibatnya anak-anak skewa dikalahkan; dipukuli dan ditelanjangi oleh roh jahat (ayat 16). Peristiwa yang alami oleh ketujuh anak skewa ini terdengar oleh banyak orang sehingga orang-orang yang tidak percaya kepada Yesus menjadi percaya dan mengalami pertobatan (ayat 18,19). Dengan demikian, nama Yesus semakin dimasyhurkan dan pemberitaan Firman Tuhan semakin disebarluaskan sampai ke ujung-ujung bumi. Melalui perikop tadi, Paulus mengingatkan orang percaya agar memiliki motivasi yang benar dalam melayani pekerjaan Tuhan. Menjadi Pelayan bukan supaya kita menjadi terkenal, dipuji orang, memperoleh imbalan, memperkaya diri, dll. Semua itu akan membawa kehancuran bagi hidup kita. Sebaliknya, menjadi pelayan berarti kita melakukan kehendak Tuhan yakni memuliakan Tuhan dan melayani sesama. Ingat: “Dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia” (1 Korintus 15:58).
Doa: Kiranya kami memiliki motivasi yang benar untuk memberitakan injil, Amin.
Minggu, 04 Juni Roma 15 : 1 - 13
Ale Rasa, Beta Rasa
Ale rasa, beta rasa (kamu rasa, saya juga rasa) merupakan salah satu nilai hidup (filosofi) orang Maluku yang menggambarkan hubungan persaudaraan yang dibangun berdasarkan kesadaran bahwa kesusahan satu orang merupakan kesusahan semua orang. Kehidupan saling peduli (empati) ini juga dijelaskan oleh Rasul Paulus dalam perikop bacaan tadi. Paulus menasehati jemaat di Roma agar mereka membangun persekutuan hidup sebagai tubuh Kristus dengan cara “yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan mencari kesenangan diri sendiri (ayat 1). Paulus dengan tegas mengatakan bahwa orang Kristen memiliki kewajiban untuk menolong mereka yang lemah baik secara material (harta) maupun mereka yang lemah secara rohani (iman). Rupanya, dikalangan kehidupan orang Kristen di Roma ada kecenderungan hidup untuk diri sendiri (individualistis), maupun kecenderungan hidup memperkaya diri sendiri (materialistis) daripada melayani sesama yang hidup dalam kesusahan. Paulus menyampaikan nasehatnya dengan mencontohkan Yesus Kristus yang telah mengorbankan dirinya di kayu salib untuk menyelamatkan manusia. Orang percaya saat ini harus membangun hidup saling peduli kepada sesama ditengah-tengah situasi hidup yang sulit.
Doa: Tolonglah kami Tuhan untuk hidup peduli pada sesama. Amin.
Senin, 05 Juni Galatia 6 : 1 - 10
Lakukanlah Kebaikan!
Masih ingatkah kita gempa bumi berkekuatan 7,8 magnitudo yang memporak- porandakan Negara Turky dan Siria pada tanggal 6 Pebruari 2023. Akibatnya, puluhan ribu orang meninggal dunia, puluhan ribu orang mengalami luka-luka baik ringan maupun berat, ratusan ribu keluarga kehilangan tempat tinggal. Peristiwa yang dahsyat ini telah membawa duka yang mendalam bagi seluruh umat manusia di dunia. Semua Negara mengulurkan tangan dengan memberikan bantuan berupa; makanan, pakaian, obat- obatan, tenaga medis maupun pelayanan penyembuhan trauma (trauma healing). Hidup saling membantu merupakan hal prinsip bagi rasul Paulus. Ia menasihati orang Kristen di Galatia untuk membantu setiap orang yang menanggung beban hidup karena dengan demikian mereka telah melaksanakan hukum Kristus (ayat 2). Selanjutnya, mereka diingatkan untuk jangan jemu-jemu berbuat baik (ayat 9) sebab apa yang ditabur itu pula yang dituai. Sebaliknya, barang siapa menabur kejahatan ia akan menuai kebinasaan (ayat 8). Tuhan masih memberikan kita kesempatan untuk hidup supaya kita berbuat baik kepada sesama (ayat 10). Makna bagi kita, Tuhan telah berbuat baik bagi kita karena itu kita pun harus berbuat baik bagi sesama, terutama mereka yang berada dalam keadaan-keadaan yang sulit dan menderita; mereka yang lapar, mereka yang miskin, mereka yang mengalami praktek ketidakadilan, mereka yang sakit, korban bencana alam, dll. Ingatlah lagu Hidup Ini adalah Kesempatan!
Doa: Tuhan tuntun kami untuk terus berbuat baik, Amin.
Selasa, 06 Juni Kis. 16 : 4 - 12
Siapa Yang Bertelinga, Hendaklah Ia Mendengar!
Misi utama Rasul Paulus adalah melakukan pemberitaan Injil Yesus Kristus kepada semua orang, baik di kota, di desa maupun di daerah pedalaman. Nas bacaan kita menceritakan tentang Paulus dan Silas dalam tuntunan Roh Kudus mengelilingi wilayah-wilayah di Asia untuk memberitakan injil dengan sangat rajin dan setia (ayat 6). Paulus dan rekan-rekannya berusaha untuk tetap memelihara iman jemaat dengan cara mengunjungi mereka pada setiap kesempatan (ayat 5). Pada saat mereka berada di Troas, Paulus menerima penglihatan (mimpi): Ia melihat seorang Makedonia berdiri dan berseru “menyeberanglah kemari dan tolonglah kami” (ayat 9). Maka segeralah mereka mencari jalan menuju ke Makedonia. Sebab bagi mereka, penglihatan adalah cara (tanda) dimana Allah memanggil mereka untuk memberitakan Injil kepada orang-orang di Makedonia (ayat 10). Rupanya ada persoalan serius yang dihadapi orang-orang Kristen di Makedonia yakni mereka lebih mengandalkan ilmu pengetahuan daripada Iman, sehingga meskipun mereka telah menerima Yesus Kristus namun iman mereka masih kosong/lemah. Paulus dan silas memberikan teladan bagi kita untuk taat melakukan kehendak Tuhan dan memberi diri dipimpin oleh Roh Kudus supaya kita dapat peka dan empati mendengar teriakan mereka yang minta tolong
Doa: Roh Kudus tuntunlah kami melakukan panggilan Tuhan, Amin.
. Rabu, 07 Juni Ulangan 15 : 1 - 11
Melayani Sesama, Melakukan Perintah Tuhan
Mengapa manusia perlu aturan? Karena fungsi aturan mencegah manusia untuk bertindak tidak wajar dan tidak adil bagi sesama. Selain itu, manusia dapat menjamin hidup sesamanya dengan baik. Bangsa Israel juga memiliki aturan yang berfungsi untuk membangun hidup bersama, antara lain: “Tahun Penghapusan Hutang”. Pada akhir tujuh tahun (tahun ketujuh) Bangsa Israel bertanggung jawab menghapus hutang yang dipinjamkan kepada sesama (ayat 1-3), karena Tuhan menjamin hak-hak hidup manusia. Peraturan ini harus ditaati oleh seluruh bangsa Israel dengan setia, maka Tuhan Allah, sumber berkat akan memberi berkat yang berlimpah kepada mereka yang menghidupkan orang lain (ayat 4-6). Selanjutnya, Israel diingatkan untuk memberi pinjaman kepada mereka yang membutuhkan dengan sukacita bukan dengan dukacita karena Tuhan Allah akan memberkatinya dalam segala pekerjaan dan usahanya (ayat 10). Sebaliknya mereka yang tidak mau memberi bantuan dan pinjaman kepada orang miskin, maka hal itu akan mendatangkan dosa baginya (ayat 9). Pesan firman Tuhan ini bagi kita yakni kita bertanggung jawab untuk menolong saudara-saudara kita yang miskin dan tertindas. Di tengah-tengah situasi resesi (krisis) pangan, kenaikan harga-harga barang, kenaikan BBM membuat hidup semakin sulit, Dalam situasi tersebut, kita ditantang untuk membangun sikap solidaritas dan peduli kepada sesama. Semoga!
Doa: Tuhan, semoga kehidupan kami menjadi berkat bagi banyak orang. Amin.
Kamis, 08 Juni Yakobus 1 : 19 - 21
Berbuat Baik adalah Wujud Iman Yang Sejati
Tema utama kitab Yakobus adalah Iman tanpa perbuatan yang baik bukanlah iman yang sejati (band.Yak.psl 2). Yakobus mengingatkan kita bahwa memiliki iman saja tidaklah cukup, kita harus memiliki iman yang terlihat nyata dalam perbuatan baik. Hal ini ia jelaskan dalam perikop bacaan kita tadi, Yakobus sangat prihatin terhadap penggunaan dan penyalahgunaan kata-kata. Dia menyatakan bahwa orang Kristen ”Hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah” (ay.1:19). Mereka harus menguasai lidah mereka, jika tidak “sia-sialah ibadahnya” (ay.1:26). Dalam pandangannya lidah sama merusaknya seperti api. Lidah itu beracun, cenderung dipakai untuk mengucapkan kata-kata “berkat dan kutuk” (ay.3:5-12). Menjadi orang Kristen tidak hanya pandai bicara, tetapi juga harus mewujudkannya melalui perbuatan mereka (ay.1:22). Melalui bacaan ini, Yakobus hendak menasihati kita juga agar kita berhati- hati dalam menggunakan lidah (mulut) sesuai dengan Firman Tuhan. Kita diingatkan untuk jangan cepat-cepat mengatakan sesuatu, tanpa dipikiran lebih dahulu. Sebab perkataan yang terlanjur kita keluarkan dapat saja melukai hati orang lain dan menyusahkan diri kita sendiri, misalnya: fitnah, gosip,dll. Kita juga diperingatkan untuk menjauhkan kebiasaan atau sifat pemarah dalam kehidupan sehari-hari karena amarah tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah (ayat 20). Artinya jika kita marah kita tidak dapat melakukan kehendak Allah (perbuatan baik).
Jumat, 09 Juni Yakobus 1 : 22 - 27
Menjadi Pelaku Firman yang Menghidupkan
SMTPI dan Katekisasi adalah Pendidikan Formal Gereja yang didalamnya berlangsung pembinaan, pemberdayaan dan pengembangan karakter serta nilai-nilai kristiani bagi anak, remaja dan katekisan. Pengajaran yang dilakukan sejak dini bertujuan untuk membentuk anak-anak menjadi pelaku Firman sehingga saat mereka menjadi pemuda dan dewasa, anak tersebut akan menjadi pribadi yang setia, jujur, penuh belas kasih serta hidupnya mencintai Firman Tuhan. Bacaan hari ini mengisahkan tentang nasihat Yakobus kepada 12 suku di perantauan agar hidup mereka jauh dari kecemaran dan perbuatan yang tidak memuliakan Tuhan Allah. Oleh sebab itu, Yakobus menekankan agar umat Tuhan harus menjadi pelaku Firman bukan hanya pendengar saja. Sebab baginya, hanya dengan demikian hidup mereka akan terarah dan berfokus pada kehendak Tuhan yang menyelamatkan mereka dari tindakan-tindakan yang tidak terpuji. Yakobus juga mengingatkan umat dalam kaitan menjadi pelaku Firman untuk hidup beribadah kepada Allah dengan melakukan perbuatan baik. Dalam ayat 27 disampaikan Ibadah yang murni itu ialah mengunjungi yatim piatu, janda-janda dan menjaga diri agar tidak tercemar. Dengan demikian, sebagai orang percaya baiknya kita memaknai Firman Allah melalui kata dan tindakan kita yang dapat menunjukkan diri kita sebagai pelaku firman yang menghidupkan.
Doa: Jadikan kami sebagai Pelaku Firman Ya Allah, Baharui kami dengan RohMu yang kudus. Amin.
Sabtu, 10 Juni Kejadian 48 : 1 - 22
Berkat Tuhan Tidak Pernah Tertukar
Yakub dalam kedaan sakit meminta untuk berjumpa dengan Yusuf; anaknya serta cucu- cucunya Manasye & Efraim. Dalam perjumpaan itu, Yakub memberkati Manasye dan Efraim. Ia mendoakan mereka agar dilindungi dan diberkati oleh Allah. Yusuf melihat ada yang tidak sesuai ketika Yakub memberkati Efraim dengan tangan kanan dan Manasye dengan tangan kiri. Bagi Yusuf, hal ini tidak baik karena Manasye adalah anak sulung dan Efraim bungsu. Dalam kepercayaan Israel, tangan kanan dilambangkan sebagai otoritas, kuasa dan Berkat. Oleh sebab itu, Yusuf menghendaki Manasye anak sulungnya itu yang diberkati dengan tangan kanan. Tetapi Yakub menolak, Yakub tahu bahwa kedua cucunya itu pasti akan menjadi pemimpin besar bagi bangsa- bangsa, walaupun Efraim dinilai Yakub yang akan melebihi kakaknya Manasye, tetapi bagi Yakub Berkat yang diminta dari Tuhan bagi kedua cucunya itu sama yakni Tuhan Memberkati kehidupan mereka. Rasa cemburu dan iri hati sering juga kita alami ketika kita disepelekan atau tidak dianggap. Kita ingin berada di tempat yang nyaman, posisi yang strategis dan ruang yang tersedia. Kita lupa bahwa dalam segala kondisi, ketika kita sudah dipercayakan dan diberkati melakukan sesuatu. Tuhan pasti menjaga dan melindungi kita.
Doa: Ya Tuhan, Ajari kami untuk tetap Bersyukur atas setiap Berkat yang Tuhan sediakan. Amin.
Minggu, 11 Juni Yehezkiel 18 : 1 - 22
Upah Dosa ialah Maut
Nilai suatu kekerabatan atau kekeluargaan terletak pada keharmonisan dan hidup saling mengasihi. Keharmonisan itu akan hilang jika terjadi kesalahpahaman antar satu anggota keluarga dengan anggota lainnya. Dalam tradisi orang Maluku, ada yang dikenal dengan krois/silang kaki. Krois/silang kaki pada halaman rumah adalah salah satu tindakan yang disebabkan karena hubungan kekeluargaan terganggu sehingga timbul rasa marah dan menciptakan ketidakharmonisan. Dalam kondisi demikian, orang bisa melakukan segala sesuatu yang tidak menyenangkan dan berpotensi melakukan dosa. Bacaan hari ini, oleh nabi Yehezkiel menggelisahkan dan mengingatkan kita untuk tidak terburu-buru mengambil keputusan apalagi melakukan dosa. Sebab, ketika kita melakukan dosa maka kita pasti akan mati. Melakukan dosa disini berkaitan dengan diri sendiri tetapi juga relasi dengan sesama. Oleh karenanya, pada ayat 30-32 ditegaskan untuk marilah kita bertobat, menjauhkan diri dari dosa dan kecemaran. Hidup saling berdampingan dengan yang lain, hidup saling mengasihi dan pelihara hidup agar tidak tercemar lewat tutur kata dan perilaku kita. Peliharalah kerukunan dan ciptakan kedamaian bagi sesama, maka hidup kita pasti bermakna serta menjadi berkat.
Doa: Roh Kudus, Peliharalah hidup kami, tolong kami untuk tidak melakukan Dosa. Amin.
Senin, 12 Juni Yeremia 21 : 11 - 14
Berlakukan Keadilan
Nabi Yeremia memperingatkan Raja Zedekia dan keluarganya melalui nubuatan ini agar segera bertobat sebab jika tidak maka hukuman Allah akan menimpa mereka. Praktek ketidakadilan yang dilakukan keluarga Raja Yehuda pada akhirnya membawa mereka untuk berhadapan dengan murka Allah. Disampaikan dalam ayat 12-14 tentang hukuman yang akan diterima keluarga Raja Yehuda tersebut dan kemurkaan Allah. Bertindak adil dan benar adalah esensi dari melayani. Siapapun kita yang dipercayakan untuk menjadi seorang pemimpin baiknya kita tidak semena-mena dan tidak menindas orang yang kita pimpin. Kepemimpinan adalah anugerah yang Allah percayakan kepada kita. Oleh sebab itu, kepemimpinan yang benar dan adil akan berujung pada kelimpahan berkat. Namun menyalahgunakan kepemimpinan maka kesengsaraan yang akan kita dapatkan. Untuk itu, baik sebagai pemimpin keluarga, pemimpin jemaat bahkan masyarakat, hendaknya kita memimpin dengan adil dan benar. Hindari kekuasaan yang semena-mena, yang hanya mementingkan diri sendiri. Peliharalah relasi yang baik dengan Tuhan dan sesama yang diwujudkan dalam perilaku kepemimpinan yang adil, benar dan mulia !
Doa: Jadikan kami pribadi yang selalu memprioritaskan Engkau, Ya Tuhan. Amin.
Selasa , 13 Juni Yeremia 22 : 1 - 9
Keutamaan Pemimpin yang Takut Tuhan
Yeremia menegaskan dalam bacaan hari ini tentang tanggung jawab pemimpin Israelyang harus dilakukan dengan adil dan benar. Sebab jika seorang Raja Yehuda menyengsarakan rakyatnya, menindas orang asing, merampas hak rakyat, berlaku kasar untuk janda dan anak yatim bahkan membunuh orang yang tidak bersalah, maka kemurkaan Allah akan menimpa dirinya. Ia bersama para pegawainya akan dimusnahkan, istana-istana akan runtuh, keluarga raja akan mengalami kesengsaraan dan hidup dalam ketidaknyamanan bahkan akan ada pemusnah-pemusnah yang akan memusnahkan semua yang mereka miliki. Peringatan keras dari Yeremia ini dikarenakan raja Yehuda mulai menunjukkan sikapnya yang melupakan perjanjian mereka dengan Allah serta sujud menyembah kepada allah lain. Hal ini menunjukkan pula bahwa kepemimpinan yang berlangsung merupakan kepemimpinan yang hanya memikirkan diri sendiri dan kelompok. Kehidupan Raja Yehuda dan keluarganya adalah cermin kehidupan kita saat ini yang kadang mementingkan kepentingan pribadi, apalagi ketika menjadi seorang pemimpin. Lebih fatal lagi jika kita terlena dengan semua yang kita miliki sehingga melupakan Tuhan dan mendewakan atau menghambakan diri untuk hal-hal duniawi yang kita miliki. Jabatan, kedudukan, kekayaan, popularitas, kemewahan dan sebagainya jika disalahpahami dalam iman maka bisa menjadi „tuhan‟ bagi kita. Untuk itu, mari kita memprioritaskan Tuhan dalam hidup dan juang kita serta menjadi sumber Berkat bagi sesama.
Doa: Curahkan Roh Keadilan kepada setiap pemimpin kami, Tuhan. Amin.
Rabu, 14 Juni Amos 5 : 21 - 24
Ibadah Sejati: Keadilan Bagi Sesama
“Ibadah sejati jadikanlah persembahan, Ibadah sejati kasihilah sesamamu” adalah penggalan lirik pujian PKJ 264. Pujian ini memperlihatkan kepada kita bahwa Ibadah bukan sekedar sebuah perayaan keagamaan semata, namun ibadah sesungguhnya berkaitan dengan tindakan saling mengasihi sesama. Nas bacaan hari ini memperlihatkan kehidupan bangsa Israel yang masih melakukan penyembahan berhala, tidak adil kepada sesama dan menindas sesama yang lemah. Perbuatan mereka ini tidak sesuai dengan kehidupan peribadahan serta persembahan yang mereka berikan kepada Tuhan. Karena itu Tuhan menolak ibadah ritual yang mereka lakukan. Bagi Tuhan yang terpenting ialah mengasihi sesama dan berlaku adil (ay.24). Dewasa ini, fokus peribadahan kita cenderung mengarah pada hal-hal yang bersifat selebrasi/perayaan. Kita kurang memaknai bahwa ibadah itu adalah perjumpaan dengan Tuhan dan membangun persekutuan dengan sesama. Bacaan ini sungguh mengingatkan kita untuk melayani lebih dulu seorang akan yang lain sebagai wujud ketaatan kita kepada Tuhan.
Doa: Ajari Kami Bapa, untuk melakukan Ibadah yang Sejati. Amin.
Kamis, 15 Juni Amsal 21 : 15
Nyalakanlah Cahaya Keadilan itu!
Salah satu ketakutan terbesar yang dimiliki manusia ialah perbuatan jahatnya diketahui orang. Demi menutupi setiap kejahatannya, manusia bisa saja melakukan hal-hal diluar kehendaknya bahkan sampai pada tindakan yang tidak manusiawi; seperti, membunuh. Entah membunuh secara langsung ataupun „membunuh‟ dengan bertindak tidak adil, memfitnah, menjatuhkan, menutup jalan bagi keberhasilan orang lain serta memutarbalikan fakta. Amsal 21 : 15 menyuguhkan suatu pernyataan yang sangat tegas kepada kita saat ini tentang hidup orang benar pada keadilan dan ketakutan orang yang melakukan kejahatan. Perlu diingat, bahwa keadilan yang diperjuangkan akan berakhir pada suatu kemenangan. Sesulit apapun orang benar bertindak adil dan memperjuangkannya pasti akan meraih kemenangan. Pada saat yang sama orang yang terus menyembunyikan keadilan, memutarbalikan fakta bahkan merancang suatu kejahatan akan hidup dalam ketakutan. Sebagai orang-orang percaya, kita diajak untuk tidak sekedar menjadi orang yang percaya saja tetapi haruslah juga menjadi orang yang benar. Mengatakan dan menyuarakan kebenaran, keadilan dan kebaikan bagi sesama Walaupun untuk semua kebenaran dan keadilan yang kita perjuangkan itu ada yang menaruh benci, dendam dan kemarahan. Belajarlah untuk percaya pada keadilan dan kebenaran yang kita suarakan, laksana cahaya lilin di tengah-tengah kegelapan, bahwa selalu ada jalan yang menuntun kita keluar dari kegelapan itu.
Doa: Tuntun Kami dengan Terang Keadilan-Mu, Tuhan. Amin.
Jumat, 16 Juni Ulangan 16 : 18 - 20
Menjadi Pelaku Keadilan
“Kalau uang sudah menjadi raja, Keadilan pun menjadi sangat murah”. Ungkapan ini sering kita dengar ketika berjumpa dan menyaksikan kasus-kasus yang kebenarannya tidak diperjuangkan dan justru kesalahan yang diagungkan. Hakim, yang notabenenya adalah pengambil keputusan terhadap suatu kebenaran pun terkadang tidak berlaku adil ketika diperhadapkan dengan berbagai tawaran yang menggiurkan. Nas bacaan kita menegaskan pada ayat ke 18 bahwa Hakim yang diangkat oleh Allah harus melaksanakan tugasnya dengan adil. Tidak memutarbalikkan keadilan, tidak memandang bulu, tidak boleh menerima suap dan berdiri pada kebenaran. Sebab, mereka yang hidup dipenuhi keadilan dan melakukan kebenaran akan merasakan penyertaan dan Berkat Tuhan. Untuk itu, belajarlah menjadi pribadi yang jujur dan adil. Jangan mudah dimanfaatkan, jangan mudah diperdayai. Tugas sebagai pemimpin keluarga hendaknya berlaku adil kepada anak- anak. Usahakan semua perhatian diberikan merata kepada anak-anak kita. Tugas sebagai pemimpin baik dalam jemaat maupun masyarakat, hendaknya menjadi pemimpin yang berhikmat, mengutamakan kepentingan jemaat dan masyarakat. Tidak mudah tergiur oleh berbagai kenyamanan sehingga mengorbankan keadilan dan kebenaran.
Doa: Dalam Tuntunan Tuhan, Jadikanlah kami pelaku Keadilan. Amin.
Sabtu, 17 Juni Daniel 4 : 19 - 27
Berani Bertindak Benar dan Adil
Daniel tahu resiko mengabarkan kebenaran Tuhan melalui jawabannya terhadap mimpi Raja Nebukadnezar, namun ia tetap melakukan hal itu dengan keyakinan bahwa Tuhan besertanya. Seperti Daniel, demikian juga kita harus berani untuk mengambil setiap keputusan. Kadang keputusan itu baik dan menyenangkan, tetapi juga sering tidak menyenangkan orang lain. Suara kebenaran yang disampaikan oleh Daniel memang membuat sang raja sedih karena yang didengarnya bukan berita baik. Sang raja akan mengalami kesusahan selama tujuh tahun, namun ketika pertobatan dan pengakuan akan Tuhan yang maha tinggi dilakukan serta melakukan keadilan pada mereka yang tertindas, maka semua kebahagiaan dan kemuliaan akan dikembalikan kepada sang raja. Bertobat dan melakukan keadilan kepada sesama merupakan perintah yang harus kita laksanakan sebagai Orang Kristen. Kita harus berani untuk menyuarakan keadilan dan kebenaran melalui seluruh keradaan kita atau tugas dan peran kita. Untuk itu, sebaiknya kita mulai membiasakannya dengan melakukannya dari dalam keluarga kita lebih dulu. Kita juga harus membiasakan diri untuk mengajarkan kepada anak-anak dan mencontohkan kehidupan yang mendukung atau peduli pada mereka yang lemah.
Doa: Kiranya kami terus bertidak benar dan adil sesuai perintah-Mu Amin.
Minggu, 18 Juni Mazmur 21 : 1 - 14
Pemimpin yang Berkenan
Raja bersukacita karena kemenangan yang Tuhan anugerahkan. Ia meyakini bahwa Tuhan telah mendengar dan menjawab doanya. Umur panjang dan berkat yang berlimpah memenuhi kehidupan sang raja. Bahkan berkat itu berlangsung seterusnya dan selama-lamanya. Raja memiliki kesempatan menikmati kemurahan Tuhan dikarenakan ia juga telah menyatakan dirinya sebagai pemimpin yang berkenan kepada Allah. Ayat 8 mengatakan bahwa sebab raja percaya kepada Tuhan. Pada pasal sebelumnya telah ditunjukkan pula alasan Allah mengindahkan dan memberkati sang raja karena ia taat dan setia membangun persekutuan dengan Allah (lih. 20 : 4). Hal ini berarti bahwa raja sangat mengandalkan Tuhan dalam menjalankan kepemimpinannya. Ia menaruh seluruh pengharapannya hanya kepada Tuhan. Karena itu, Tuhan membuatnya juga menjadi berkat bagi bangsanya. Sikap raja ini seharusnya menyadarkan kita untuk menjadi seorang pemimpin yang berkenan kepadaNya. Pemimpin yang percaya dan mengandalkan Tuhan. Faktanya, masih ada orang Kristen yang menjadi pemimpin dengan mengandalkan kekuatan diri, materi dan kekuatan- kekuatan lainnya. Akibatnya, tak sedikit dari antara mereka yang melakukan kesalahan dan hal tidak benar lainnya. Firman Tuhan hari ini tentunya mengingatkan kita untuk membaharui hidup dan berlaku sama seperti sang raja supaya hidup kita diberkati. Kepemimpinan yang berkenan kepada Tuhan dapat kita mulai dari ruang lingkup yang paling kecil yakni keluarga. Kita harus menjadi orang tua yang bisa memimpin keluarga kita menjadi keluarga yang selalu percaya dan hidup berkenan kepada Tuhan.
Doa: Ya Tuhan, tolonglah agar kami selalu menjadi pemimpin yang berkenan. Amin.
Senin, 19 Juni Mazmur 20 : 7 - 8
Doa Adalah Kunci Orang Beriman
Mazmur 20 adalah sebuah doa yang memohonkan kemenangan bagi raja. Doa ini dilantunkan bersahutan antara umat dengan imam. Dalam doa tersebut umat memohon kepada Tuhan agar raja memperoleh kemenangan menghadapi musuh- musuh Israel, sebab rajalah yang bertanggung jawab untuk mempertahankan dan menyelamatkan negerinya. Doa ini diserukan dengan keyakinan yang sungguh bahwa janji Tuhan untuk memberkati dan menyertai bangsa itu pasti akan dinyatakan. Jika musuh- musuh membanggakan dan mengandalkan persenjataan perang dan kereta kuda yang gagah, sebaliknya Bangsa Israel hanya mengandalkan Tuhan Allah sebagai sumber kekuatan yang bisa memberikan kemenangan bagi raja. Doa menjadi kekuatan bagi Bangsa Israel menghadapi musuh-musuh mereka. Di dalam doa itu terpancar keyakinan iman yang besar dari bangsa Israel terhadap Allah. Sama seperti Bangsa Israel, spirit doa harus juga menjadi spirit kita menjalani kehidupan yang penuh tantangan bahkan ancaman ini. Kita tidak bisa mengandalkan kekuatan atau kemampuan kita, karena semuanya sia-sia (bnd Yer 17:5-8). Doa adalah kunci bagi orang beriman untuk menyatakan bahwa kita membutuhkan dan bergantung hanya pada kekuatan dan kuasa Tuhan Allah.
Doa: Kiranya kami terus mengandalkan-Mu dalam hidup kami. Amin.
Selasa, 20 Juni 2 Tawarikh 1 : 1 - 13
Berdoa Meminta Hikmat
Raja, berasal dari bahasa Sansekerta rajan, merujuk pada seseorang yang memimpin sebuah kerajaan; orang yang memegang jabatan paling tinggi dalam sebuah kelompok. Berbicara tentang raja, maka yang terlintas adalah istana megah dengan puluhan bahkan ratusan pengawal yang siap melayani kapan saja, di samping kekuasaan yang tak terbatas. Pendek kata “raja” adalah simbol kemegahan dan kehormatan. Salomo sebagai raja pengganti Daud memimpin kerajaan Israel juga berada pada posisi yang sama. Kekuasaan yang tidak berbatas, memiliki jumlah pengikut yang besar, dengan daerah kekuasaan yang luas serta dikasihi Allah secara special. Hal ini bisa saja membuat Salomo mabuk kepayang dan “memanfaatkan” kebaikan Allah. Bukan hanya berbagai fasilitas berlimpah dalam fungsi dan perannya sebagai raja. Salomo bahkan diberikan keistimewaan untuk mengajukan permintaan khusus pada Allah. Namun, Salomo tidak meminta yang umumnya diharapkan penguasa yakni harta, kekayaan, kemuliaan, nama besar, umur panjang atau balasan Allah terhadap musuh-musuh Salomo, melainkan ia meminta hikmat dan pengertian. Salomo menyadari hikmat merupakan kebutuhan penting bagi dirinya sebagai raja yang bertanggung jawab untuk memutuskan hal-hal terkait dengan kehidupan rakyatnya. Seperti Salomo, hendaknya kita juga belajar meminta yang dibutuhkan bukan yang diinginkan. Pakailah doa dengan benar, bukan untuk memenuhi apa yang kita anggap baik, namun apa yang Tuhan anggap baik dan baik juga bagi orang lain.
Doa: Ya Tuhan tolonglah agar kami berhikmat dalam setiap langkah, Amin.
Rabu, 21 Juni Keluaran 15 : 19 - 21
. Perempuan Pemimpin Yang Pro-aktif
Bangsa Israel menaikkan pujian kepada Tuhan atas berkat dan keselamatan yang Tuhan berikan bagi mereka. Ketika kereta- kereta Mesir dan kuda serta penunggangnya tenggelam, bernyanyilah mereka bagi Tuhan. Mereka memuji Tuhan karena kelepasan dari perbudakan di Mesir. Kelepasan yang membawa mereka pada kehidupan sebagai suatu Bangsa yang merdeka dan tidak lagi mengalami tekanan atau penindasan dari bangsa lain. Mereka menyanyi sebagai tanda bahwa mereka menghormati dan memuliakan Tuhan yang memiliki kuasa yang besar dan tidak ada yang bisa menandingiNya. Seorang nabiah, saudara perempuan Harun yang bernama Miryam, memimpin bangsa Israel untuk menyatakan syukur dan pujian mereka kepada Allah. Dengan proaktif penuh semangat, Miryam tampil di depan umum memandu puji-pujian dan diikuti oleh semua perempuan Bangsa Israel. Kepemimpinan yang diperankannya saat itu menunjukkan bahwa Miryam berani melawan budaya patriakhi yang kuat saat itu, dimana hanya laki-laki yang bisa berperan seperti demikian. Miryam pun menjadi patron bagi perempuan yang lain dan menjadi simbol perubahan di tengah dominasi kekuatan laki-laki. Sebagai perempuan gereja, kita juga harus mampu dan berani tampil seperti Miryam untuk membawa perubahan yang baik bagi hidup bersama. Kita harus bisa bergerak dan secara aktif berinisiatif untuk mengambil langkah-langkah yang baik untuk kehidupan.
Doa: Kiranya dapat menjadi pemimpin yang pro aktif untuk kebaikan hidup. Amin.
Kamis ,22 Juni 2 Tawarikh 14 : 2 - 8
Pemimpin Yang Takut Tuhan
Pada saat Asa menjadi raja, ia mulai membersihkan Yehuda dari penyembahan berhala dan mendorong umat mencari Tuhan dan menaati perintah-perintah-Nya. Ayat 2 dan 3 mengatakan bahwa Raja Asa melakukan apa yang baik dan yang benar di mata TUHAN, Allahnya. Ia menjauhkan mezbah-mezbah asing dan bukit-bukit pengorbanan, memecahkan tugu-tugu berhala, dan menghancurkan tiang-tiang berhala. Sebagai raja, sesungguhnya Asa punya otoritas dan kuasa untuk menentukan apa yang baik menurut pandangannya. Namun ia tidak berlaku demikian, sebaliknya ia melakukan apa yang Tuhan kehendaki. Kesungguhan Raja Asa mencari Tuhan kemudian membuatnya memperoleh keberhasilan dalam kepemimpinannya. Zerah beserta tentaranya yang berjumlah sejuta orang dan tiga ratus keretanya dapat dikalahkan oleh Raja Asa. Kita belajar dari kehidupan beriman Raja Asa bahwa mencari Tuhan lebih dulu dan melakukan apa yang dikehendakiNya menjadi jaminan untuk memperoleh apa yang baik bagi kita. Sekalipun situasi hidup yang kita alami pun tak mudah karena ada saja ujian, tantangan bahkan ancaman. Namun, ketika kita percaya dan memiliki komitmen untuk melakukan perbuatan yang baik dan benar berdasarkan standar Tuhan, maka Ia akan memberkati, menjaga, dan memelihara kita.
Doa: Ya Tuhan, tolonglah agar kami selalu berkomitmen dalam hidup. Amin.
Jumat, 23 Juni 2 Tawarikh 26 : 1 - 5
Pemimpin Yang Besar
Uzia diangkat menjadi raja Yehuda pada saat berumur enam belas tahun. Dan ia memerintah selama lima puluh dua tahun lamanya di Yerusalem. Tuhan menyertai dia dan membuatnya menjadi pemimpin yang besar. Lima puluh dua tahun bukan merupakan waktu yang sebentar. Pada waktu itu, tidak banyak orang yang bisa menjadi raja dan memerintah cukup lama. Tetapi Uzia melakukannya sejak ia masih muda. Uzia dapat menjadi Raja di usia muda dan berhasil karena ia mengandalkan Tuhan dan melakukan apa yang benar menurut Tuhan. Saat ini, masih ada orang-orang yang merasa bahwa mereka tidak cukup pengalaman dalam menjalankan tugas-tugas yang diberikan. Mereka merasa tidak mempunyai cukup keahlian, pengetahuan, ketrampilan, kebijaksanaan dalam mengambil keputusan dan masih banyak lagi alasan. Tidak sedikit juga yang menolak tugas-tugas baru yang diberikan kepada mereka, karena merasa tidak percaya diri dalam menjalankan tanggung jawab yang lebih besar. Kita harus belajar dari Raja Uzia. Kita harus menjadi orang Kristen yang mau memberi diri untuk melakukan tugas-tugas yang diberikan. Kita tidak perlu takut, tapi andalkanlah Tuhan dan lakukanlah yang benar, sebab Tuhan pasti memberkati. Menariknya, Uzia berhasil karena pengaruh didikan ayahnya dan hal itu menjadi teladan baginya. Kita harus menjadikan keluarga kita sebagai pusat pembinaan yang pertama dan utama bagi lahirnya pemimpin-pemimpin yang baik dan besar.
Doa: Kiranya kami dapat menjadi pemimpin yang besar seperti yang Tuhan kehendaki. Amin
Sabtu, 24 Juni 2 Tawarikh 29 : 1 - 2
Pemimpin Yang Mengandalkan Tuhan
Hizkia adalah salah satu raja yang sangat terkenal karena kesalehan hidupnya dan juga kiprah politiknya yang mumpuni. "...berumur dua puluh lima tahun pada waktu ia menjadi raja dan dua puluh sembilan tahun lamanya ia memerintah di Yerusalem." (2 Tawarikh 29:1). Nama 'Hizkia' memiliki arti: Tuhan adalah kekuatanku. Sesuai dengan namanya, ia adalah seorang raja yang hidup taat kepada Tuhan. Itulah yang menjadi kunci keberhasilan hidupnya sekalipun hidup di dalam zaman yang bengkok dan rusak. Ahas, raja Yehuda sebelumnya, adalah pemimpin bangsa yang paling rusak dibandingkan raja-raja sebelumnya. Namun dalam kepemimpinan Hizkia, pembaharuan dilakukan secara besar-besaran olehnya di Yerusalem. Ia melakukan apa yang benar seperti yang telah dilakukan oleh Daud, bapa leluhurnya. Ia memulai niat hatinya dengan menguduskan kembali rumah Allah yang menjadi simbol kehadiran Allah di tengah umat- Nya, serta menguduskan kembali orang Lewi dan imam yang melayani di rumah Tuhan. Seperti Raja Hizkia, mestinya kita juga menjadi orang Kristen yang mampu menjaga kekudusan hidup. Segala kecemaran hidup yang berada di sekitar kita haruslah kita hindari, bahkan sebaiknya kita juga berupaya untuk membaharui yang cemar itu. Jika kita adalah seorang pemimpin, maka kita bertanggung jawab untuk mengupayakan kehidupan yang tidak benar berubah menjadi yag baik dan benar
Doa: Ya Tuhan, tolonglah agar kami terus menjaga kekudusan hidup. Amin.
Minggu, 25 Juni Roma 12 : 1 - 8
Persembahan Yang Berkenan Kepada Allah
Salah satu nasihat Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma melalui suratnya yakni persembahan yang benar kepada Allah. Mengawali nasihatnya, Rasul Paulus menyampaikan seruan kepada orang Kristen di Roma yaitu hendaknya mereka mempersembahkan diri. Paulus memberikan penekanan pada persembahan, karena mempersembahkan kurban adalah bagian penting dalam agama Yahudi maupun agama lainnya. Persembahan yang benar menurut Paulus yakni melakukan tanggungjawab sebagai orang beriman kepada Kristus sesuai dengan karunia yang diberikan. Karunia yang dimaksudkan ialah bernubuat, melayani, mengajar dan menasihati (ay. 6-8a). Ia juga menambahkan segala sesuatu yang hendak dilakukan oleh orang Kristen, sudah sepatutnya disertai dengan hati yang ikhlas dan sukacita. Nasihat Paulus bagi jemaat di Roma patutlah dilakukan juga oleh kita saat ini sebagai bukti iman kita kepada Kristus. Mempersembahkan hidup yang benar dan berkenan kepada Tuhan, sesuai dengan karunia kita masing- masing. Apapun karunia yang diberikan, hendaklah dilakukan dengan ketekunan, ikhlas dan sukacita baik dalam lingkungan keluarga, bergereja maupun bermasyarakat. Jadilah pengikut-pengikut Kristus yang setia dan taat serta senantiasa mempersembahkan diri kita sebagai persembahan yang benar dan tentunya berkenan kepada Allah.
Doa: Tuhan, biarlah persembahan kami berkenan kepadaMu. Amin.
Senin, 26 Juni 1 Samuel 1 : 21 - 28
Memberi Yang Berharga
Cerita Hana menyerahkan Samuel anak satu-satunya, berawal dari kisah ia dianggap mandul dan sering dibuat menangis oleh madunya (Peinina). Tidak tahan dengan perlakuan yang sering dialaminya membuatnya berdiri di depan bait suci Tuhan di Silo, menangis, berdoa dan bernazar bagi Allah. Dalam nazarnya itu, Hana memohon kepada Tuhan agar memberikan ia seorang anak laki-laki. Jikalau Tuhan menjawabnya maka ia akan memberikan anak itu kepada Tuhan seumur hidupnya dan pisau cukur tidak akan menyentuh kepalanya (ay. 11). Nazarnya itu dijawab oleh Tuhan dan Hana pun menepati janji untuk menyerahkan anaknya (ay. 27-28). Meskipun hanya memiliki seorang anak, namun dengan segenap hati Hana memberikan Samuel untuk melayani Tuhan dan pekerjaan-Nya seumur hidup. Tindakan Hana ini memperlihatkan bahwa ia berkomitmen dengan janjinya yakni mempersembahkan yang benar dan berharga dihadapan Allah. Apa yang dilakukan Hana, mendorong kita juga untuk memberikan yang terbaik dan berharga bagi Allah. Kita dapat memulainya dengan melakukan hal-hal sederhana antar anggota keluarga misalnya, dengan memberikan perhatian dan pelayanan yang baik. Selain itu kita dapat saja meberi diri dan terlibat untuk melayani pekerjaan Tuhan dalam organisasi pelayanan gereja, bahkan dengan sungguh mengabdikan diri melakukan tanggungjawab sesuai panggilan di tempat kerja masing-masing. Teruslah mempersembahkan yang berharga dalam diri kita untuk puji dan hormat bagi kemuliaan-Nya!
Doa: Ya Tuhan, kami mau memberikan yang terbaik dan berharga kepadaMu. Amin.
Selasa, 27 Juni Roma 15 : 14 - 21
Menjadi Berkat Bagi Orang Lain
Salah satu cara mempersembahkan yang benar dihadapan Allah menurut Rasul Paulus, yakni dengan memanfaatkan kasih karunia yang dianugerahkan secara benar. Melalui surat ini, Paulus mengingatkan jemaat di Roma tentang keterpanggilannya yang juga diperuntukkan bagi bangsa-bangsa bukan Yahudi. Tujuan Paulus memberitakan injil Yesus Kristus kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi, agar mereka dapat diterima oleh Allah dan menjadi persembahan yang berkenan kepada-Nya (ay. 16). Artinya pelayanan yang dilakukan oleh Paulus sedapat mungkin berdampak positif bagi orang lain, yaitu hidup benar dan tetap taat kepada Allah dalam perkataan maupun perbuatan. Tindakan pelayanan Paulus ini dapat menjadi contoh bagi pribadi-pribadi kita sebagai orang percaya. Tentu saja dengan tujuan yang sama seperti Paulus, yaitu agar setiap orang menjalani kehidupannya dengan hidup dalam ketaatan kepada Allah yang diwujudnyatakan lewat perkataan maupun perbuatan. Sebab dengan demikian maka seluruh hidup kita dapat menjadi persembahan yang benar kepada Allah. Hal ini tidak terbatas hanya pada ruang lingkup keluarga saja, tetapi dapat menjangkau orang lain melalui transformasi digital yang semakin canggih. Teruslah mempersembahkan yang benar dihadapan Allah dengan melakukan semua hal yang berkenan kepada-Nya serta jadilah berkat bagi orang lain.
Doa: Tuhan, jadikanlah hidup kamii menjadi berkat bagi orang lain.. Amin.
Rabu, 28 Juni 1 Korintus 8 : 1 - 13
Persembahkan Hidupmu Kepada Allah
Korintus merupakan kota yang sangat duniawi dan dipengaruhi oleh berbagai kebudayaan. Salah satu kebiasaan buruk yang mempengaruhi orang-orang Kristen di Korintus yakni penyembahan berhala. Mereka yang masih percaya kepada berhala (dewa-dewi), seringkali membawa dan memberikan persembahan-persembahan mereka di kuil. Cara hidup seperti ini mengakibatkan terjadinya perbedaan pemahaman, antara orang Kristen tentang perihal makan daging persembahan berhala. Sebab perbedaan ini dapat menjadi batu sandungan tentang persoalan iman diantara mereka. Hal penting yang hendak ditegaskan oleh Paulus kepada Jemaat Korintus yaitu bahwa persembahan yang benar bukan kepada berhala, melainkan hanya kepada Allah (ay. 4-6). Sebab segala sesuatu hanya berasal dari Allah, oleh karena itu hanya bagi Dia seluruh hidup kita. Penegasan Paulus pada bagian bacaan kita ini, mengingatkan tentang kepada siapa kita harus memberikan persembahan. Persembahan kita tentu hanya diperuntukkan kepada Allah yang memberi kehidupan ini. Sebab dengan demikian sesungguhnya menunjukkan iman percaya kita kepada-Nya. Pemahaman seperti ini harus terus dipelihara dan ditingkatkan oleh setiap orang percaya baik di dalam keluarga, bergereja maupun masyarakat. Tentu saja hal ini penting agar kita terhindar dari tindakan-tindakan yang bertentangan dengan kehendak Allah. Tindakan dimaksud yakni penyembahan kepada ilah-ilah lain (berhala) yang berakibat fatal, baik kepada pribadi, keluarga maupun persekutuan kita. Teruslah tingkatkan iman kita kepada Allah dan ingatlah bahwa hanya kepada-Nya seluruh persembahan hidup kita.
Doa: Ya Allah, hanya padaMulah seluruh persembahan hidup kami. Amin.
Kamis, 29 Juni 2 Korintus 8 : 8 - 15
Peduli Terhadap Sesama
Peduli merupakan suatu nilai dasar dan sikap memperhatikan atau bertindak proaktif terhadap kondisi atau keadaan di sekitar. Rasa peduli seperti inilah yang diinginkan oleh Paulus dari jemaat Kristen di Korintus kepada orang-orang seiman yang ada di Yerusalem. Oleh karena itu Paulus terus mendorong Jemaat Korintus untuk menjadi penyumbang sukarela. Paulus mengatakan hal ini bukan dalam kekosongan belaka, tetapi ia memahami bahwa jemaat di Korintus kaya dalam segala sesuatu. Maka dengan demikian mereka diminta agar kaya juga dalam pelayanan kasih. Paulus juga menekankan bahwa pelayanan kasih yang hendak dilakukan, harus disertai dengan kerelaan berdasarkan yang ada pada mereka (ay. 11-12). Sebab jika pemberian-pemberian disertai dengan keikhlasan atau tanpa paksaan, sama halnya dengan suatu tindakan yang benar. Nasihat yang disampaikan Paulus kepada jemaat di Korintus, mengajarkan kita untuk hidup peduli dengan sesama. Salah satu contoh bentuk kepedulian kita yaitu dengan melakukan pelayanan kasih kepada orang lain. Pelayanan kasih dimaksud tidak hanya terbatas pada keluarga kita saja tetapi kepada semua orang yang membutuhkan. Ingat dan camkanlah apa yang dipesankan Paulus bahwa setiap pemberian kita harus disertai dengan kerelaan, sebab dengan demikian kita telah melakukan apa yang berkenan di mata Tuhan.
Doa: Ajarilah kami Tuhan untuk selalu mengucap syukur sebagai persembahan yang benar. Amin.
Jumat 30 Juni 2 Korintus 9 : 6 - 15
Persembahan Sebagai Ucapan Syukur
Tidak terasa kita telah tiba di penghujung bulan Juni tahun 2023. Mengakhiri bulan ini, kita masih tetap belajar dari Rasul Paulus yang mengajarkan Jemaat Korintus untuk melakukan pelayanan kasih atau dengan kata lain memberi dengan sukacita. Pada bagian ini, Paulus mengungkapkanbahwaAllahmengasihi setiap orang yang memberi dengan sukacita (ay. 7). Artinya, setiap pemberian tidak disertaidengan sedih hati dan paksaan melainkan dengan ketulusan. Hal lain yang disampaikannya yaitu, orangyang memberi dengan sukacita dilimpahi kasih karunia dan selalu berkecukupan. Namun bagi Paulusada hal yang tidak kalah penting yakni, setiap pemberian tidak hanya dilihat untuk mencukupikebutuhan orang lain tetapi juga sebagai tanda pengucapan syukur kepada Allah. Dengan begitu, setiap orang akan memiliki kesadaran untuk meresponi kasih karunia yang Allah berikan dengan melakukan apa yang benar dan berkenan kepada-Nya. Berdasarkan nasihat Paulus ini, maka sebagai orang percaya kita punya kewajiban untuk mengucap syukur kepada Allah sebagai persembahan yang benar. Kita harus bersyukur atas kekuatan, kesehatan, berkat dan setiap kemurahan Allah yang telah diberikan bagi kita. Atas semuanya itu kita pun diajarkan untuk berbagi dengan sukacita. Ingatlah, memberi dengan sukacita tidak membuat kita berkekurangan melainkan selalu berkecukupan serta meperoleh kasih kemurahan Allah.
Doa: Tuhan, ajari kami agar rela dan peduli terhadap sesama. Amin.