SELAMAT DATANG DAN TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA

SHK BULAN JUNI 2023

                 Kamis 01 Juni                                                            1 Korintus 6 : 12 - 20


Hiduplah Dalam Roh, Jauhkan Percabulan! 


Segala sesuatu halal (diizinkan atau tidak dilarang) bagiku” merupakan pepatah yang biasa digunakan dalam masyarakat Korintus pada zaman itu, termasuk praktek percabulan. Orang-orang di Korintus menganggap praktek percabulan sebagai hal yang biasa-biasa saja, sehingga perbuatan ini sangat marak terjadi di sana. Paulus kemudian  menasehati  mereka  bahwa  yang  halal  itu  belum  tentu  berguna  dalam membangun iman kita. Karena itu, kita harus berhati-hati jangan memberi diri diperhamba oleh  dosa,  termasuk   dosa percabulan. Paulus dengan tegas mengatakan: ”jauhkanlah dirimu dari percabulan” (ayat 18). Perkataan Paulus ini mau mengingatkan mereka bahwa tubuh adalah tempat Roh Kudus berdiam dan tubuh adalah milik Allah (ayat 19).   Allah telah  membayar   hidup   (tubuh)   kita   dengan  harga   yang  lunas   (ayat   20)   melalui pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib. Karena itu pergunakanlah tubuh yang terikat dengan  Kristus  untuk  melayani  dan  memuliakan Allah.   Nasehat Paulus ini tentunya juga ditujukan kepada kita saat ini. Ada banyak kasus percabulan yang  terjadi  dan  sangat  miris  sebab  salah  satu penyebabnya  yakni  pengaruh  perkembangan  ilmu pengetahuan dan teknologi. Peran media sosial tidak hanya memberi manfaat tapi juga dapat  berdampak     negatif  bagi   kehidupan   manusia.   Misalnya:   orang   melakukan percabulan/pemerkosaan  akibat  menonton  film  porno,  mengikuti  gaya  hidup  (trend) dengan melakukan seks bebas, narkoba dll. Kita diingatkan untuk mempergunakan tubuh sebagai sarana untuk melayani dan memuliakan Tuhan. Jauhkanlah  diri dari Percabulan.

 Doa:  Kiranya   kami  dapat mempergunakan  tubuh   untuk memuliakan-Mu, ya Tuhan. Amin. 


          Jumat , 02 Juni                                                        Kis. 19 : 1 - 12


                           Roh Kudus Menuntun Pada Pertobatan


Salah seorang Pendeta asal Aceh menceriterakan pengalamannya menjadi seorang penginjil  di  daerah  pedalaman.  Ia  mengaku  Roh  Kudus  telah  menuntun  dia  dan isterinya untuk melakukan tugas pemberitaan injil kepada mereka yang miskin, sakit, buta huruf, dll. Mereka telah membawa banyak orang menjadi percaya kepada Kristus dan mengalami pertobatan melalui pertolongan Roh Kudus. Meskipun demikian, mereka juga mengakui seringkali ditolak dengan cara yang keras. Hal yang sama juga dialami oleh Rasul Paulus. Ia kerapkali mengalami penganiayaan tapi ia tetap setia dan taat pada pelayanannya.  Ia  rajin  mengunjungi  jemaat-jemaat  yang  ia  bentuk  dan  senantiasa melakukan tugas pendampingan bagi mereka. Hal ini juga ia lakukan kepada Jemaat di Efesus.  Dalam  perkunjungannya,  Paulus  berhadapan  dengan  situasi  dimana  jemaat Efesus  belum mengalami  pertumbuhan  dengan  baik.  Mereka  percaya  kepada  Tuhan Yesus   tetapi   karna   belum   menerima   Rohm   akan perbuatan mereka tidak sesuai dengan teladan Yesus (ay.2).  Paulus  kemudian  menasehati  mereka  agar percaya kepada Tuhan Yesus dan memberi diri untuk dibaptis dalam nama Tuhan Yesus (ayat 5). Melalui penumpangan tangan oleh Paulus, maka mereka dipenuhi Roh Kudus, sehingga yang belum percaya menjadi percaya. Roh Kudus juga menuntun kita saat ini untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik bagi sesama dan menuntun kita kepada pertobatan. 


Doa: Roh Kudus tuntunlah setiap orang dalam pertobatan, Amin. 


Sabtu, 03 Juni                                                          Kis. 19 : 13 - 20 


 Beritakan Injil Dengan Motivasi Yang Murni

 

Motivasi yang murni dalam penginjilan terlihat jelas dalam kehidupan dan pelayanan Rasul Paulus, terlebih dalam tugas pemberitaan Injil. Paulus dengan menggunakan nama   Yesus   telah   melakukan   mujizat-mujizat   yang   luar   biasa;   antara   lain: menyembuhkan orang yang kerasukan setan, sehingga banyak orang mulai meniru cara- cara pelayanan yang dilakukan oleh Paulus (ayat 13), termasuk anak-anak Skewa, Imam Kepala   Yahudi   (ayat   14).   Mereka   mencoba-coba   menyebut   nama   Yesus   untuk menyembuhkan  roh  jahat,  padahal  mereka  adalah  tukang  jampi  (dukun).  Mereka menggunakan mantera dengan menyebut nama Yesus padahal mereka tidak percaya kepada Yesus. Dengan  kata  lain,  motivasi  mereka  menggunakan  nama  Yesus  untuk memperoleh popularitas. Akibatnya anak-anak skewa dikalahkan; dipukuli dan ditelanjangi oleh roh jahat (ayat 16). Peristiwa yang alami oleh ketujuh anak skewa ini terdengar oleh banyak orang sehingga orang-orang yang tidak percaya kepada Yesus menjadi percaya dan  mengalami  pertobatan  (ayat  18,19).  Dengan  demikian,  nama  Yesus  semakin dimasyhurkan dan pemberitaan Firman Tuhan semakin disebarluaskan sampai ke ujung-ujung bumi. Melalui perikop tadi, Paulus mengingatkan orang percaya agar memiliki  motivasi  yang  benar  dalam  melayani pekerjaan Tuhan. Menjadi Pelayan bukan supaya kita menjadi terkenal, dipuji orang, memperoleh imbalan, memperkaya diri, dll. Semua itu akan membawa kehancuran bagi hidup kita. Sebaliknya, menjadi pelayan berarti kita melakukan kehendak   Tuhan   yakni   memuliakan   Tuhan   dan   melayani   sesama.   Ingat:   “Dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia”  (1 Korintus 15:58).

  Doa: Kiranya kami memiliki motivasi yang benar untuk memberitakan injil, Amin. 


                          Minggu, 04 Juni                               Roma 15 : 1 - 13 


                                                 Ale Rasa, Beta Rasa

 Ale rasa, beta rasa (kamu rasa, saya juga rasa) merupakan salah satu nilai hidup (filosofi)   orang   Maluku   yang   menggambarkan  hubungan  persaudaraan   yang dibangun berdasarkan kesadaran bahwa kesusahan satu orang merupakan kesusahan semua orang. Kehidupan saling peduli (empati) ini juga dijelaskan oleh Rasul Paulus dalam perikop bacaan tadi. Paulus menasehati jemaat di Roma agar mereka membangun persekutuan  hidup  sebagai  tubuh  Kristus dengan  cara  “yang  kuat,  wajib  menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan mencari kesenangan diri sendiri (ayat 1). Paulus  dengan  tegas  mengatakan  bahwa  orang  Kristen  memiliki  kewajiban  untuk menolong mereka yang lemah baik secara material (harta) maupun mereka yang lemah secara  rohani  (iman).  Rupanya,  dikalangan  kehidupan  orang Kristen di Roma ada kecenderungan hidup  untuk diri sendiri (individualistis), maupun kecenderungan hidup memperkaya diri sendiri (materialistis) daripada melayani sesama    yang    hidup     dalam     kesusahan.    Paulus menyampaikan    nasehatnya    dengan    mencontohkan    Yesus    Kristus    yang    telah mengorbankan dirinya di kayu salib untuk menyelamatkan manusia. Orang percaya saat ini harus membangun hidup saling peduli kepada sesama ditengah-tengah situasi hidup yang sulit. 

 

Doa: Tolonglah kami Tuhan untuk hidup peduli pada sesama. Amin. 



                         Senin, 05 Juni                                          Galatia 6 : 1 - 10 


                                                 Lakukanlah Kebaikan!


Masih ingatkah kita gempa bumi berkekuatan 7,8 magnitudo yang memporak- porandakan Negara Turky dan Siria pada tanggal 6 Pebruari 2023. Akibatnya, puluhan ribu  orang meninggal  dunia,  puluhan ribu  orang mengalami luka-luka baik ringan maupun berat, ratusan ribu keluarga kehilangan tempat tinggal. Peristiwa yang dahsyat ini telah membawa duka yang mendalam bagi seluruh umat manusia di dunia. Semua Negara mengulurkan tangan dengan memberikan bantuan berupa; makanan, pakaian, obat- obatan, tenaga medis maupun pelayanan penyembuhan trauma (trauma healing). Hidup saling membantu merupakan hal prinsip bagi rasul Paulus. Ia menasihati orang Kristen di Galatia untuk membantu  setiap orang yang  menanggung beban  hidup  karena  dengan demikian  mereka  telah  melaksanakan  hukum  Kristus  (ayat  2).  Selanjutnya,  mereka diingatkan untuk jangan jemu-jemu berbuat baik (ayat 9) sebab apa yang ditabur itu pula yang   dituai.   Sebaliknya,   barang   siapa  menabur  kejahatan ia akan menuai kebinasaan (ayat 8). Tuhan masih memberikan kita kesempatan untuk hidup supaya kita berbuat baik kepada sesama (ayat 10). Makna bagi kita, Tuhan telah berbuat baik bagi kita karena itu kita pun harus berbuat baik bagi  sesama,  terutama  mereka  yang  berada  dalam  keadaan-keadaan  yang  sulit  dan menderita; mereka yang lapar, mereka yang miskin, mereka yang mengalami praktek ketidakadilan, mereka yang sakit, korban bencana alam, dll. Ingatlah lagu Hidup Ini adalah Kesempatan!

 Doa:   Tuhan  tuntun  kami untuk terus berbuat baik, Amin. 


 

Selasa, 06 Juni                                                                         Kis. 16 : 4 - 12 


 Siapa Yang Bertelinga,  Hendaklah Ia Mendengar!

 

Misi utama Rasul Paulus adalah melakukan pemberitaan Injil Yesus Kristus kepada semua orang, baik di kota, di desa maupun di daerah pedalaman. Nas bacaan kita menceritakan  tentang  Paulus  dan  Silas  dalam  tuntunan  Roh  Kudus  mengelilingi wilayah-wilayah di Asia untuk memberitakan injil dengan sangat rajin dan setia (ayat 6). Paulus dan rekan-rekannya berusaha untuk tetap memelihara iman jemaat dengan cara mengunjungi  mereka  pada  setiap  kesempatan  (ayat  5). Pada  saat  mereka  berada di Troas, Paulus menerima penglihatan (mimpi):  Ia melihat seorang Makedonia berdiri dan berseru “menyeberanglah kemari dan tolonglah kami” (ayat 9). Maka segeralah mereka mencari jalan menuju ke Makedonia. Sebab bagi mereka, penglihatan adalah cara (tanda) dimana  Allah  memanggil  mereka  untuk  memberitakan  Injil  kepada  orang-orang  di Makedonia (ayat 10). Rupanya ada persoalan serius yang dihadapi orang-orang Kristen di Makedonia yakni mereka  lebih  mengandalkan  ilmu  pengetahuan daripada Iman, sehingga meskipun mereka telah menerima Yesus Kristus namun iman mereka masih kosong/lemah. Paulus dan silas memberikan teladan bagi kita untuk taat melakukan kehendak Tuhan dan memberi diri dipimpin oleh Roh Kudus supaya kita dapat peka dan empati mendengar teriakan mereka yang minta tolong

 Doa: Roh  Kudus tuntunlah kami melakukan panggilan Tuhan, Amin. 


. Rabu, 07 Juni                                         Ulangan 15 : 1 - 11


 Melayani Sesama, Melakukan Perintah Tuhan 


Mengapa manusia perlu aturan? Karena fungsi aturan mencegah manusia untuk bertindak tidak wajar dan tidak adil bagi sesama. Selain itu, manusia dapat menjamin hidup sesamanya dengan baik. Bangsa Israel juga memiliki aturan yang berfungsi untuk membangun hidup bersama, antara lain: “Tahun Penghapusan Hutang”. Pada akhir tujuh tahun (tahun ketujuh) Bangsa Israel bertanggung jawab menghapus hutang yang dipinjamkan kepada sesama (ayat 1-3), karena Tuhan menjamin hak-hak hidup manusia. Peraturan ini harus ditaati oleh seluruh bangsa Israel dengan setia, maka Tuhan Allah, sumber berkat akan memberi berkat yang berlimpah kepada mereka yang menghidupkan orang  lain  (ayat  4-6).  Selanjutnya,  Israel  diingatkan  untuk memberi  pinjaman  kepada mereka yang membutuhkan dengan sukacita bukan dengan dukacita karena Tuhan Allah akan memberkatinya dalam segala pekerjaan dan usahanya (ayat 10). Sebaliknya mereka yang   tidak   mau   memberi   bantuan   dan   pinjaman kepada orang miskin, maka hal itu akan mendatangkan dosa baginya (ayat 9). Pesan firman Tuhan ini bagi kita yakni kita  bertanggung  jawab  untuk  menolong saudara-saudara  kita  yang  miskin  dan  tertindas.  Di tengah-tengah situasi resesi (krisis) pangan, kenaikan harga-harga barang, kenaikan BBM membuat hidup semakin sulit, Dalam situasi tersebut, kita ditantang untuk membangun sikap solidaritas dan peduli kepada sesama. Semoga! 

 Doa: Tuhan, semoga kehidupan kami menjadi berkat bagi banyak orang. Amin. 


Kamis, 08 Juni                                Yakobus 1 : 19 - 21


 Berbuat Baik adalah Wujud Iman Yang Sejati 


Tema utama kitab Yakobus adalah Iman tanpa perbuatan yang baik bukanlah iman yang sejati (band.Yak.psl 2). Yakobus mengingatkan kita bahwa memiliki iman saja tidaklah cukup, kita harus memiliki iman yang terlihat nyata dalam perbuatan baik. Hal ini ia jelaskan dalam perikop bacaan kita tadi, Yakobus sangat prihatin terhadap penggunaan dan penyalahgunaan kata-kata.   Dia menyatakan bahwa orang Kristen ”Hendaklah cepat untuk  mendengar,  tetapi  lambat  untuk  berkata-kata,   dan juga lambat untuk marah” (ay.1:19).  Mereka  harus  menguasai   lidah  mereka,  jika   tidak  “sia-sialah   ibadahnya” (ay.1:26). Dalam pandangannya lidah sama merusaknya seperti api. Lidah itu beracun, cenderung dipakai untuk mengucapkan kata-kata   “berkat dan kutuk” (ay.3:5-12).   Menjadi orang Kristen tidak hanya pandai bicara, tetapi juga harus mewujudkannya melalui perbuatan mereka (ay.1:22). Melalui bacaan ini, Yakobus hendak menasihati kita juga agar kita  berhati- hati  dalam  menggunakan  lidah  (mulut) sesuai dengan Firman Tuhan. Kita diingatkan untuk jangan  cepat-cepat  mengatakan  sesuatu,  tanpa dipikiran lebih dahulu. Sebab perkataan yang terlanjur kita  keluarkan  dapat  saja  melukai  hati  orang  lain  dan  menyusahkan  diri  kita  sendiri, misalnya: fitnah, gosip,dll. Kita juga diperingatkan untuk menjauhkan kebiasaan atau sifat pemarah dalam kehidupan  sehari-hari karena  amarah  tidak mengerjakan  kebenaran  di hadapan Allah (ayat 20). Artinya jika kita marah kita tidak dapat melakukan kehendak Allah (perbuatan baik). 

Doa:    Kiranya    kami    menjadi pelaku Firman-Mu. Amin. 


Jumat, 09 Juni                                      Yakobus 1 : 22 - 27 


 Menjadi Pelaku Firman yang Menghidupkan


SMTPI dan Katekisasi adalah Pendidikan Formal Gereja yang didalamnya berlangsung pembinaan, pemberdayaan  dan  pengembangan  karakter  serta  nilai-nilai  kristiani  bagi anak, remaja dan katekisan. Pengajaran yang dilakukan sejak dini bertujuan untuk membentuk anak-anak menjadi pelaku Firman sehingga saat mereka menjadi pemuda dan dewasa, anak tersebut akan menjadi pribadi yang setia, jujur, penuh belas kasih serta hidupnya mencintai Firman Tuhan. Bacaan hari ini mengisahkan tentang nasihat Yakobus kepada 12 suku di perantauan agar hidup mereka jauh dari kecemaran dan perbuatan yang tidak memuliakan Tuhan Allah. Oleh sebab itu, Yakobus menekankan agar umat Tuhan harus menjadi pelaku Firman bukan hanya pendengar saja. Sebab baginya, hanya dengan demikian    hidup   mereka  akan   terarah   dan  berfokus   pada   kehendak   Tuhan   yang menyelamatkan    mereka   dari   tindakan-tindakan   yang   tidak   terpuji.   Yakobus   juga mengingatkan umat dalam kaitan menjadi pelaku Firman untuk hidup beribadah kepada Allah dengan  melakukan  perbuatan  baik.  Dalam ayat  27  disampaikan Ibadah yang  murni  itu  ialah mengunjungi yatim piatu, janda-janda dan menjaga diri agar tidak tercemar. Dengan demikian, sebagai orang percaya baiknya kita memaknai Firman Allah melalui   kata   dan   tindakan   kita   yang   dapat menunjukkan diri kita sebagai pelaku firman yang menghidupkan.

 Doa: Jadikan kami sebagai Pelaku Firman Ya Allah, Baharui kami dengan  RohMu yang kudus. Amin. 

 


Sabtu, 10 Juni                         Kejadian 48 : 1 - 22 


 Berkat Tuhan Tidak Pernah Tertukar


Yakub dalam kedaan sakit meminta untuk berjumpa dengan Yusuf; anaknya serta cucu- cucunya Manasye & Efraim. Dalam perjumpaan itu, Yakub memberkati Manasye dan Efraim. Ia mendoakan mereka agar dilindungi dan diberkati oleh Allah. Yusuf melihat ada yang tidak sesuai ketika Yakub memberkati Efraim dengan tangan kanan dan Manasye dengan tangan kiri. Bagi Yusuf, hal ini tidak baik karena Manasye adalah anak sulung dan Efraim bungsu. Dalam kepercayaan Israel, tangan kanan dilambangkan sebagai otoritas, kuasa dan Berkat. Oleh sebab itu, Yusuf menghendaki Manasye anak sulungnya itu yang diberkati   dengan tangan  kanan.  Tetapi  Yakub menolak, Yakub tahu bahwa kedua cucunya itu  pasti akan menjadi pemimpin besar bagi bangsa- bangsa, walaupun Efraim dinilai Yakub yang akan melebihi kakaknya Manasye, tetapi bagi Yakub Berkat  yang  diminta   dari   Tuhan   bagi   kedua cucunya itu sama yakni Tuhan Memberkati kehidupan mereka. Rasa cemburu dan iri hati sering juga kita alami ketika kita disepelekan atau tidak dianggap. Kita ingin berada di tempat yang  nyaman,  posisi  yang  strategis  dan  ruang  yang  tersedia.  Kita  lupa  bahwa dalam segala kondisi, ketika kita sudah dipercayakan dan diberkati melakukan sesuatu. Tuhan pasti menjaga dan melindungi kita. 

 Doa: Ya  Tuhan, Ajari kami untuk  tetap Bersyukur  atas setiap  Berkat  yang Tuhan sediakan. Amin. 



Minggu, 11 Juni                              Yehezkiel 18 : 1 - 22

                                                                                  

Upah Dosa ialah Maut


Nilai suatu kekerabatan atau kekeluargaan terletak pada keharmonisan dan hidup saling  mengasihi. Keharmonisan itu akan hilang jika terjadi kesalahpahaman antar satu anggota keluarga dengan anggota lainnya. Dalam tradisi orang Maluku, ada yang dikenal dengan krois/silang kaki. Krois/silang kaki pada halaman rumah adalah salah satu tindakan yang disebabkan karena hubungan kekeluargaan terganggu sehingga timbul rasa marah dan menciptakan ketidakharmonisan. Dalam kondisi demikian, orang bisa melakukan segala sesuatu yang tidak menyenangkan dan berpotensi melakukan dosa. Bacaan hari ini, oleh nabi Yehezkiel menggelisahkan dan mengingatkan kita untuk tidak terburu-buru mengambil keputusan apalagi  melakukan  dosa.  Sebab,  ketika  kita melakukan dosa maka kita pasti akan mati. Melakukan dosa disini berkaitan dengan diri sendiri tetapi juga relasi dengan sesama.   Oleh karenanya, pada ayat 30-32 ditegaskan untuk marilah   kita   bertobat,   menjauhkan   diri   dari   dosa   dan   kecemaran.   Hidup   saling berdampingan dengan yang lain, hidup saling mengasihi dan pelihara hidup agar tidak tercemar lewat tutur kata dan perilaku kita. Peliharalah kerukunan dan ciptakan kedamaian bagi sesama, maka hidup kita pasti bermakna serta menjadi berkat.

 Doa:  Roh  Kudus, Peliharalah hidup kami, tolong kami untuk tidak melakukan Dosa.  Amin. 


Senin, 12 Juni                                      Yeremia 21 : 11 - 14 


 Berlakukan Keadilan


Nabi Yeremia memperingatkan Raja Zedekia dan keluarganya melalui nubuatan ini agar segera bertobat sebab jika tidak maka hukuman Allah akan menimpa mereka. Praktek ketidakadilan  yang  dilakukan  keluarga  Raja  Yehuda  pada  akhirnya  membawa  mereka untuk berhadapan dengan murka Allah. Disampaikan dalam ayat 12-14 tentang hukuman yang akan diterima keluarga Raja Yehuda tersebut dan kemurkaan Allah. Bertindak adil dan benar adalah esensi dari melayani. Siapapun kita yang dipercayakan untuk menjadi seorang pemimpin baiknya kita tidak semena-mena dan tidak menindas orang yang kita pimpin. Kepemimpinan adalah anugerah yang Allah percayakan kepada kita. Oleh sebab itu, kepemimpinan  yang  benar  dan  adil  akan  berujung  pada  kelimpahan  berkat.  Namun menyalahgunakan kepemimpinan maka kesengsaraan yang akan kita dapatkan. Untuk itu, baik sebagai pemimpin keluarga, pemimpin jemaat  bahkan  masyarakat,  hendaknya  kita  memimpin dengan adil  dan benar. Hindari kekuasaan yang semena-mena,  yang  hanya  mementingkan  diri sendiri. Peliharalah relasi yang baik dengan Tuhan dan sesama yang diwujudkan dalam perilaku kepemimpinan yang adil, benar dan mulia ! 

 Doa: Jadikan kami pribadi yang selalu memprioritaskan  Engkau,  Ya  Tuhan. Amin. 



Selasa , 13 Juni                            Yeremia 22 : 1 - 9

                                                                                        

Keutamaan Pemimpin yang Takut Tuhan


Yeremia menegaskan dalam bacaan hari ini tentang tanggung jawab pemimpin Israelyang harus dilakukan dengan adil dan benar. Sebab jika seorang Raja Yehuda menyengsarakan rakyatnya, menindas orang asing, merampas hak rakyat, berlaku kasar untuk  janda  dan  anak  yatim  bahkan  membunuh  orang  yang  tidak  bersalah,  maka kemurkaan Allah akan menimpa dirinya. Ia bersama para pegawainya akan dimusnahkan, istana-istana akan runtuh, keluarga raja akan mengalami kesengsaraan dan hidup dalam ketidaknyamanan  bahkan  akan  ada  pemusnah-pemusnah  yang  akan  memusnahkan semua yang mereka miliki. Peringatan keras dari Yeremia ini dikarenakan raja Yehuda mulai menunjukkan sikapnya yang melupakan perjanjian mereka dengan Allah serta sujud menyembah kepada allah lain. Hal ini menunjukkan pula bahwa kepemimpinan yang berlangsung merupakan kepemimpinan yang hanya memikirkan diri sendiri dan kelompok. Kehidupan    Raja Yehuda dan keluarganya adalah cermin kehidupan kita saat ini yang kadang mementingkan kepentingan pribadi, apalagi ketika menjadi seorang  pemimpin. Lebih fatal  lagi jika  kita  terlena  dengan  semua  yang  kita  miliki sehingga melupakan Tuhan dan mendewakan atau menghambakan diri untuk hal-hal duniawi yang kita miliki. Jabatan, kedudukan, kekayaan, popularitas, kemewahan dan sebagainya jika disalahpahami  dalam  iman  maka  bisa  menjadi  „tuhan‟ bagi  kita.  Untuk  itu,  mari  kita memprioritaskan Tuhan dalam hidup dan juang kita serta menjadi sumber Berkat bagi sesama. 

 Doa: Curahkan Roh Keadilan kepada setiap pemimpin kami, Tuhan.   Amin. 


Rabu, 14 Juni                                    Amos 5 : 21 - 24 


 Ibadah Sejati: Keadilan Bagi Sesama

 

“Ibadah sejati  jadikanlah  persembahan,  Ibadah  sejati  kasihilah  sesamamu” adalah penggalan lirik pujian PKJ 264. Pujian ini memperlihatkan kepada kita bahwa Ibadah bukan  sekedar  sebuah  perayaan  keagamaan  semata,  namun  ibadah  sesungguhnya berkaitan dengan tindakan saling mengasihi sesama. Nas bacaan hari ini memperlihatkan kehidupan bangsa Israel yang masih melakukan penyembahan berhala, tidak adil kepada sesama dan menindas sesama yang lemah. Perbuatan mereka ini tidak sesuai dengan kehidupan peribadahan serta persembahan yang mereka berikan kepada Tuhan. Karena itu Tuhan menolak ibadah ritual yang mereka lakukan. Bagi Tuhan yang terpenting ialah mengasihi sesama dan berlaku adil (ay.24). Dewasa  ini, fokus peribadahan kita cenderung mengarah pada hal-hal yang bersifat selebrasi/perayaan. Kita kurang memaknai bahwa ibadah itu adalah perjumpaan dengan Tuhan dan membangun persekutuan dengan sesama. Bacaan ini sungguh mengingatkan kita untuk melayani lebih dulu seorang akan yang lain sebagai wujud ketaatan kita kepada Tuhan. 

 Doa: Ajari Kami Bapa, untuk melakukan Ibadah yang Sejati. Amin. 


Kamis, 15 Juni              Amsal 21 : 15 


 Nyalakanlah Cahaya Keadilan itu!

Salah satu ketakutan terbesar yang dimiliki manusia ialah perbuatan jahatnya diketahui orang. Demi menutupi setiap kejahatannya, manusia bisa saja melakukan hal-hal diluar kehendaknya bahkan sampai pada tindakan yang tidak manusiawi; seperti, membunuh. Entah  membunuh  secara  langsung  ataupun  „membunuh‟  dengan  bertindak  tidak  adil, memfitnah,    menjatuhkan,    menutup    jalan    bagi    keberhasilan    orang    lain    serta memutarbalikan fakta. Amsal 21 : 15 menyuguhkan suatu pernyataan yang sangat tegas kepada kita saat ini tentang hidup orang benar pada keadilan dan ketakutan orang yang melakukan kejahatan. Perlu diingat, bahwa keadilan yang diperjuangkan akan berakhir pada    suatu    kemenangan.    Sesulit    apapun    orang    benar    bertindak    adil    dan memperjuangkannya pasti akan meraih kemenangan. Pada saat yang sama orang yang terus   menyembunyikan   keadilan,   memutarbalikan   fakta   bahkan   merancang   suatu kejahatan akan hidup dalam ketakutan. Sebagai orang-orang percaya, kita diajak untuk tidak sekedar menjadi orang yang percaya saja tetapi haruslah juga menjadi orang yang benar. Mengatakan dan menyuarakan kebenaran, keadilan dan kebaikan bagi sesama Walaupun untuk semua kebenaran dan keadilan yang kita perjuangkan itu ada yang menaruh benci, dendam dan kemarahan. Belajarlah untuk percaya pada keadilan dan kebenaran yang kita suarakan, laksana cahaya lilin di  tengah-tengah  kegelapan,  bahwa  selalu  ada  jalan yang menuntun kita keluar dari kegelapan itu.

Doa: Tuntun Kami dengan Terang Keadilan-Mu, Tuhan. Amin.


Jumat, 16 Juni         Ulangan 16 : 18 - 20 


Menjadi Pelaku Keadilan


Kalau  uang sudah menjadi raja, Keadilan pun menjadi sangat murah”. Ungkapan ini sering kita dengar ketika berjumpa dan menyaksikan kasus-kasus yang kebenarannya tidak diperjuangkan dan justru kesalahan yang diagungkan. Hakim, yang notabenenya adalah pengambil keputusan terhadap suatu kebenaran pun terkadang tidak berlaku adil ketika  diperhadapkan  dengan  berbagai  tawaran  yang  menggiurkan.  Nas  bacaan  kita menegaskan pada ayat ke 18 bahwa Hakim yang diangkat oleh Allah harus melaksanakan tugasnya dengan  adil. Tidak  memutarbalikkan  keadilan, tidak  memandang  bulu, tidak boleh menerima suap dan berdiri pada kebenaran. Sebab, mereka yang hidup dipenuhi keadilan dan melakukan kebenaran akan merasakan penyertaan dan Berkat Tuhan. Untuk itu, belajarlah menjadi pribadi yang jujur dan adil. Jangan mudah dimanfaatkan, jangan mudah   diperdayai.   Tugas   sebagai   pemimpin keluarga hendaknya berlaku adil kepada anak- anak. Usahakan semua perhatian diberikan merata  kepada anak-anak  kita.  Tugas sebagai pemimpin baik dalam jemaat  maupun masyarakat, hendaknya  menjadi  pemimpin  yang berhikmat, mengutamakan kepentingan jemaat dan masyarakat. Tidak mudah tergiur oleh berbagai kenyamanan sehingga mengorbankan keadilan dan kebenaran. 

 Doa:     Dalam       Tuntunan     Tuhan, Jadikanlah kami pelaku Keadilan. Amin. 



Sabtu,  17 Juni                                                Daniel 4 : 19 - 27 


Berani Bertindak Benar dan Adil

 

Daniel tahu resiko mengabarkan kebenaran Tuhan  melalui jawabannya terhadap mimpi Raja Nebukadnezar,  namun  ia  tetap melakukan hal  itu  dengan  keyakinan bahwa Tuhan besertanya. Seperti Daniel, demikian juga kita harus berani untuk mengambil setiap keputusan. Kadang keputusan itu baik dan menyenangkan, tetapi juga sering tidak menyenangkan  orang  lain.  Suara  kebenaran  yang  disampaikan  oleh  Daniel  memang membuat sang raja sedih karena yang didengarnya bukan berita baik. Sang raja akan mengalami kesusahan selama tujuh tahun, namun ketika pertobatan dan pengakuan akan Tuhan yang maha tinggi dilakukan serta melakukan keadilan pada mereka yang tertindas, maka semua kebahagiaan dan kemuliaan akan dikembalikan kepada sang raja. Bertobat dan melakukan keadilan kepada sesama merupakan perintah yang harus kita laksanakan sebagai Orang Kristen.   Kita harus berani untuk menyuarakan keadilan dan kebenaran melalui seluruh keradaan kita atau tugas dan peran kita. Untuk itu, sebaiknya kita mulai membiasakannya   dengan   melakukannya      dari dalam keluarga kita lebih dulu. Kita juga harus membiasakan diri untuk     mengajarkan     kepada anak-anak dan mencontohkan kehidupan yang mendukung atau peduli pada mereka yang lemah.

 Doa:   Kiranya  kami   terus bertidak benar dan adil sesuai perintah-Mu Amin. 


 Minggu, 18 Juni        Mazmur 21 : 1 - 14 


 Pemimpin yang Berkenan

 Raja bersukacita karena kemenangan yang Tuhan anugerahkan. Ia meyakini bahwa Tuhan telah mendengar dan menjawab doanya. Umur panjang dan berkat yang berlimpah   memenuhi   kehidupan   sang   raja.   Bahkan   berkat   itu   berlangsung seterusnya dan selama-lamanya. Raja memiliki kesempatan menikmati kemurahan Tuhan dikarenakan ia juga telah menyatakan dirinya sebagai pemimpin yang berkenan kepada Allah.  Ayat  8  mengatakan  bahwa  sebab  raja  percaya  kepada  Tuhan.  Pada  pasal sebelumnya telah ditunjukkan pula alasan Allah mengindahkan dan memberkati sang raja karena ia taat dan setia membangun persekutuan dengan Allah (lih. 20 : 4). Hal ini berarti bahwa  raja  sangat  mengandalkan  Tuhan  dalam  menjalankan  kepemimpinannya.  Ia menaruh seluruh pengharapannya hanya kepada Tuhan. Karena itu, Tuhan membuatnya juga menjadi berkat bagi bangsanya. Sikap raja ini seharusnya menyadarkan kita untuk menjadi  seorang  pemimpin  yang  berkenan  kepadaNya.  Pemimpin  yang  percaya  dan mengandalkan Tuhan. Faktanya, masih ada orang Kristen yang menjadi pemimpin dengan mengandalkan kekuatan diri, materi dan kekuatan- kekuatan lainnya. Akibatnya, tak sedikit dari antara mereka yang melakukan kesalahan dan hal tidak benar lainnya. Firman Tuhan hari ini tentunya mengingatkan kita untuk membaharui hidup dan berlaku sama seperti sang raja supaya hidup kita diberkati. Kepemimpinan yang berkenan kepada Tuhan dapat kita mulai dari ruang lingkup yang paling kecil yakni keluarga. Kita harus menjadi orang tua yang bisa memimpin keluarga kita menjadi keluarga yang selalu percaya dan hidup berkenan kepada Tuhan. 

Doa:    Ya Tuhan,  tolonglah     agar kami  selalu menjadi  pemimpin  yang berkenan. Amin. 


Senin, 19 Juni       Mazmur 20 : 7 - 8 


 Doa Adalah Kunci Orang Beriman


Mazmur 20 adalah sebuah doa yang memohonkan kemenangan bagi raja. Doa ini dilantunkan  bersahutan  antara  umat  dengan  imam.  Dalam  doa  tersebut  umat memohon kepada Tuhan agar raja memperoleh kemenangan menghadapi musuh- musuh  Israel,  sebab  rajalah  yang  bertanggung  jawab  untuk  mempertahankan  dan menyelamatkan negerinya. Doa ini diserukan dengan keyakinan yang sungguh bahwa janji Tuhan untuk memberkati dan menyertai bangsa itu pasti akan dinyatakan. Jika musuh- musuh membanggakan dan mengandalkan persenjataan perang dan kereta kuda yang gagah,  sebaliknya  Bangsa  Israel  hanya  mengandalkan  Tuhan  Allah  sebagai  sumber kekuatan  yang  bisa  memberikan  kemenangan  bagi  raja.  Doa  menjadi  kekuatan  bagi Bangsa Israel menghadapi musuh-musuh mereka. Di dalam doa itu  terpancar keyakinan iman yang besar dari bangsa Israel terhadap Allah. Sama seperti Bangsa Israel, spirit doa harus juga menjadi spirit kita menjalani kehidupan yang penuh tantangan bahkan ancaman ini. Kita tidak bisa mengandalkan kekuatan atau kemampuan kita, karena semuanya sia-sia  (bnd  Yer  17:5-8). Doa  adalah  kunci bagi orang beriman untuk menyatakan bahwa kita membutuhkan dan bergantung hanya pada kekuatan dan kuasa Tuhan Allah. 

 Doa: Kiranya kami terus mengandalkan-Mu  dalam hidup kami. Amin. 



Selasa, 20 Juni                                            2 Tawarikh 1 : 1 - 13 


 Berdoa Meminta Hikmat

 

Raja, berasal dari bahasa Sansekerta rajan, merujuk pada seseorang yang memimpin sebuah  kerajaan;  orang  yang  memegang  jabatan  paling  tinggi  dalam  sebuah kelompok. Berbicara tentang raja, maka yang terlintas adalah istana megah dengan puluhan bahkan ratusan pengawal yang siap melayani kapan saja, di samping kekuasaan yang tak terbatas. Pendek kata “raja” adalah simbol kemegahan dan kehormatan. Salomo sebagai raja pengganti Daud memimpin kerajaan Israel juga berada pada posisi yang sama.  Kekuasaan  yang  tidak  berbatas,  memiliki  jumlah  pengikut  yang  besar,  dengan daerah kekuasaan yang luas serta dikasihi Allah secara special. Hal ini bisa saja membuat Salomo  mabuk  kepayang  dan  “memanfaatkan”  kebaikan Allah. Bukan hanya berbagai fasilitas berlimpah dalam fungsi dan perannya sebagai raja. Salomo bahkan diberikan keistimewaan untuk mengajukan permintaan khusus pada Allah. Namun, Salomo tidak meminta yang umumnya diharapkan penguasa yakni harta, kekayaan, kemuliaan, nama besar, umur panjang atau balasan Allah terhadap musuh-musuh Salomo, melainkan ia meminta hikmat dan pengertian. Salomo menyadari hikmat merupakan kebutuhan penting bagi  dirinya  sebagai  raja  yang  bertanggung  jawab untuk memutuskan hal-hal terkait dengan kehidupan rakyatnya. Seperti Salomo, hendaknya kita juga belajar meminta yang dibutuhkan bukan yang diinginkan. Pakailah doa dengan benar, bukan untuk memenuhi apa yang kita anggap baik, namun apa yang Tuhan anggap baik dan baik juga bagi orang lain. 

 Doa:    Ya  Tuhan  tolonglah  agar kami   berhikmat   dalam   setiap langkah, Amin. 



 Rabu, 21 Juni            Keluaran 15 : 19 - 21


. Perempuan  Pemimpin Yang Pro-aktif 


Bangsa  Israel  menaikkan  pujian  kepada Tuhan  atas  berkat dan  keselamatan  yang Tuhan   berikan   bagi   mereka.   Ketika   kereta-   kereta   Mesir   dan   kuda   serta penunggangnya tenggelam, bernyanyilah mereka bagi Tuhan. Mereka memuji Tuhan karena kelepasan dari perbudakan di Mesir. Kelepasan yang membawa mereka pada kehidupan sebagai suatu Bangsa yang merdeka dan tidak lagi mengalami tekanan atau penindasan   dari   bangsa   lain.   Mereka   menyanyi   sebagai  tanda   bahwa      mereka menghormati dan memuliakan Tuhan yang memiliki kuasa yang besar dan tidak ada yang bisa menandingiNya. Seorang nabiah, saudara perempuan Harun yang bernama Miryam, memimpin bangsa  Israel  untuk menyatakan  syukur dan  pujian  mereka  kepada  Allah. Dengan proaktif penuh semangat, Miryam tampil di depan umum memandu puji-pujian dan diikuti oleh semua perempuan Bangsa Israel. Kepemimpinan yang diperankannya saat itu menunjukkan bahwa Miryam berani melawan budaya patriakhi yang kuat saat itu, dimana hanya laki-laki yang bisa berperan seperti demikian. Miryam pun menjadi patron bagi  perempuan   yang   lain   dan   menjadi   simbol perubahan di tengah dominasi kekuatan laki-laki. Sebagai  perempuan   gereja,   kita   juga   harus mampu dan berani tampil seperti Miryam untuk membawa perubahan yang baik bagi hidup bersama. Kita harus bisa bergerak dan secara aktif berinisiatif untuk mengambil langkah-langkah yang baik untuk kehidupan.

 Doa:  Kiranya dapat   menjadi  pemimpin yang pro aktif untuk kebaikan hidup. Amin. 



 Kamis  ,22 Juni                                       2 Tawarikh 14 : 2 - 8 


    Pemimpin Yang Takut Tuhan

 

Pada saat Asa menjadi raja, ia mulai membersihkan Yehuda dari penyembahan berhala dan mendorong umat mencari Tuhan  dan menaati perintah-perintah-Nya. Ayat 2 dan 3 mengatakan bahwa  Raja Asa  melakukan apa  yang  baik dan  yang  benar  di  mata TUHAN, Allahnya. Ia menjauhkan mezbah-mezbah asing dan bukit-bukit pengorbanan, memecahkan tugu-tugu berhala, dan menghancurkan tiang-tiang berhala.   Sebagai raja, sesungguhnya Asa punya otoritas dan kuasa untuk menentukan apa yang baik menurut pandangannya. Namun  ia  tidak berlaku  demikian, sebaliknya  ia  melakukan  apa  yang Tuhan  kehendaki.  Kesungguhan  Raja  Asa  mencari  Tuhan  kemudian  membuatnya memperoleh  keberhasilan  dalam  kepemimpinannya.  Zerah  beserta  tentaranya  yang berjumlah sejuta orang dan tiga ratus keretanya dapat dikalahkan oleh Raja Asa. Kita belajar dari kehidupan beriman  Raja  Asa  bahwa  mencari  Tuhan  lebih  dulu dan melakukan apa yang dikehendakiNya menjadi jaminan untuk memperoleh apa yang baik bagi kita. Sekalipun situasi hidup yang kita alami pun tak mudah karena ada saja ujian, tantangan bahkan ancaman. Namun, ketika kita percaya dan memiliki komitmen untuk melakukan perbuatan yang baik dan benar berdasarkan standar Tuhan, maka Ia akan memberkati, menjaga, dan memelihara kita. 

 Doa:   Ya Tuhan, tolonglah  agar kami  selalu berkomitmen dalam hidup. Amin. 


Jumat, 23 Juni                              2 Tawarikh 26 : 1 - 5 


 Pemimpin Yang Besar

 

Uzia diangkat menjadi raja Yehuda pada saat berumur enam belas tahun. Dan ia memerintah selama lima puluh dua tahun lamanya di Yerusalem. Tuhan menyertai dia dan membuatnya menjadi pemimpin yang besar. Lima puluh dua tahun bukan merupakan waktu yang sebentar. Pada waktu itu, tidak banyak orang yang bisa menjadi raja dan memerintah cukup lama. Tetapi Uzia melakukannya sejak ia masih muda. Uzia dapat menjadi Raja di usia muda dan berhasil karena ia mengandalkan Tuhan dan melakukan apa yang benar menurut Tuhan. Saat ini, masih ada orang-orang yang merasa bahwa mereka tidak cukup pengalaman dalam menjalankan tugas-tugas yang diberikan. Mereka  merasa  tidak  mempunyai  cukup  keahlian,  pengetahuan,  ketrampilan, kebijaksanaan dalam mengambil keputusan dan masih banyak lagi alasan. Tidak sedikit juga yang  menolak  tugas-tugas  baru  yang  diberikan  kepada  mereka,  karena  merasa  tidak percaya diri dalam menjalankan tanggung jawab yang lebih besar. Kita harus belajar dari Raja  Uzia.  Kita  harus  menjadi  orang  Kristen  yang mau memberi diri untuk melakukan tugas-tugas yang diberikan.  Kita  tidak  perlu  takut,  tapi  andalkanlah Tuhan dan lakukanlah yang benar, sebab Tuhan pasti memberkati.  Menariknya,  Uzia  berhasil  karena pengaruh  didikan  ayahnya  dan  hal  itu menjadi teladan baginya. Kita harus menjadikan keluarga kita sebagai pusat pembinaan yang pertama dan utama bagi lahirnya pemimpin-pemimpin yang baik dan besar. 

Doa:  Kiranya kami  dapat  menjadi pemimpin yang besar seperti yang Tuhan kehendaki. Amin 



Sabtu, 24 Juni                                   2 Tawarikh 29 : 1 - 2 


Pemimpin Yang Mengandalkan Tuhan

 

Hizkia adalah salah satu raja yang sangat terkenal karena kesalehan hidupnya dan juga kiprah politiknya yang mumpuni.  "...berumur dua puluh lima tahun pada waktu ia menjadi raja dan dua puluh sembilan tahun lamanya ia memerintah di Yerusalem." (2 Tawarikh 29:1).    Nama    'Hizkia'   memiliki arti:   Tuhan adalah kekuatanku.    Sesuai dengan namanya, ia adalah seorang raja yang hidup taat kepada Tuhan. Itulah yang menjadi kunci keberhasilan hidupnya sekalipun  hidup di dalam zaman yang bengkok dan rusak.  Ahas,  raja  Yehuda  sebelumnya,  adalah  pemimpin  bangsa  yang  paling  rusak dibandingkan raja-raja  sebelumnya.  Namun dalam kepemimpinan  Hizkia, pembaharuan dilakukan secara besar-besaran olehnya di Yerusalem. Ia melakukan apa yang benar seperti yang telah dilakukan oleh Daud, bapa leluhurnya. Ia memulai niat hatinya dengan menguduskan kembali rumah Allah yang menjadi simbol kehadiran Allah di tengah umat- Nya,  serta  menguduskan  kembali  orang  Lewi  dan imam yang melayani di  rumah  Tuhan.  Seperti Raja Hizkia, mestinya kita juga menjadi orang Kristen yang mampu  menjaga  kekudusan  hidup.  Segala kecemaran hidup yang berada di sekitar kita haruslah kita hindari, bahkan sebaiknya kita juga berupaya untuk membaharui yang cemar itu. Jika kita adalah seorang pemimpin, maka kita bertanggung jawab untuk mengupayakan kehidupan yang tidak benar berubah menjadi yag baik dan benar

 Doa:  Ya Tuhan, tolonglah   agar kami terus menjaga kekudusan hidup. Amin. 


Minggu, 25 Juni                                    Roma 12 : 1 - 8 


 Persembahan Yang Berkenan  Kepada Allah

 

Salah  satu  nasihat  Rasul  Paulus  kepada  Jemaat  di  Roma  melalui  suratnya  yakni persembahan  yang  benar  kepada  Allah.  Mengawali  nasihatnya,   Rasul  Paulus menyampaikan  seruan  kepada  orang  Kristen  di  Roma  yaitu  hendaknya  mereka mempersembahkan  diri.  Paulus  memberikan  penekanan  pada  persembahan,  karena mempersembahkan kurban adalah bagian penting dalam agama Yahudi maupun agama lainnya.  Persembahan  yang  benar  menurut  Paulus  yakni  melakukan  tanggungjawab sebagai orang beriman kepada Kristus sesuai dengan karunia yang diberikan. Karunia yang dimaksudkan ialah bernubuat, melayani, mengajar dan menasihati (ay. 6-8a). Ia juga menambahkan  segala  sesuatu  yang  hendak  dilakukan  oleh  orang  Kristen,  sudah sepatutnya disertai dengan hati yang ikhlas dan sukacita. Nasihat Paulus bagi jemaat di Roma patutlah dilakukan juga oleh kita saat ini sebagai bukti iman kita kepada Kristus. Mempersembahkan hidup yang benar dan berkenan kepada  Tuhan, sesuai  dengan  karunia kita  masing- masing. Apapun karunia yang diberikan, hendaklah dilakukan dengan ketekunan, ikhlas dan sukacita baik dalam   lingkungan   keluarga,    bergereja   maupun bermasyarakat. Jadilah pengikut-pengikut  Kristus yang  setia dan taat  serta senantiasa mempersembahkan diri  kita sebagai persembahan yang benar dan tentunya berkenan kepada Allah.

 Doa:  Tuhan, biarlah persembahan kami berkenan kepadaMu. Amin. 



 Senin, 26 Juni                                             1 Samuel 1 : 21 - 28 


Memberi Yang Berharga

 

Cerita Hana menyerahkan Samuel anak satu-satunya, berawal dari kisah ia dianggap mandul dan sering dibuat menangis oleh madunya (Peinina). Tidak tahan dengan perlakuan yang sering dialaminya membuatnya berdiri di depan bait suci Tuhan di Silo, menangis, berdoa dan bernazar bagi Allah. Dalam nazarnya itu, Hana memohon kepada Tuhan agar memberikan ia seorang anak laki-laki.  Jikalau Tuhan menjawabnya maka ia akan memberikan anak itu kepada Tuhan seumur hidupnya dan pisau cukur tidak akan menyentuh kepalanya (ay. 11). Nazarnya itu dijawab oleh Tuhan dan Hana pun menepati janji untuk menyerahkan anaknya (ay. 27-28). Meskipun hanya memiliki seorang anak, namun  dengan  segenap  hati  Hana  memberikan  Samuel  untuk  melayani  Tuhan  dan pekerjaan-Nya seumur hidup. Tindakan Hana ini memperlihatkan bahwa ia berkomitmen dengan janjinya yakni mempersembahkan yang benar dan berharga dihadapan Allah. Apa yang dilakukan Hana, mendorong kita juga untuk memberikan yang terbaik dan berharga bagi Allah. Kita dapat memulainya dengan melakukan  hal-hal sederhana antar anggota keluarga misalnya, dengan memberikan perhatian dan pelayanan yang baik. Selain itu kita dapat saja meberi diri dan terlibat untuk melayani pekerjaan Tuhan  dalam  organisasi  pelayanan  gereja,  bahkan dengan sungguh mengabdikan diri melakukan tanggungjawab sesuai panggilan di tempat kerja masing-masing. Teruslah mempersembahkan yang berharga dalam diri kita untuk puji dan hormat bagi kemuliaan-Nya! 

Doa:        Ya Tuhan,  kami  mau memberikan yang terbaik dan berharga kepadaMu. Amin. 



Selasa, 27 Juni                         Roma 15 : 14 - 21 

 

Menjadi Berkat Bagi Orang Lain


Salah satu cara mempersembahkan yang benar dihadapan Allah menurut Rasul Paulus, yakni dengan memanfaatkan kasih karunia yang dianugerahkan secara benar. Melalui surat ini, Paulus mengingatkan jemaat di Roma tentang keterpanggilannya yang juga diperuntukkan  bagi  bangsa-bangsa  bukan  Yahudi.  Tujuan  Paulus  memberitakan  injil Yesus Kristus kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi, agar mereka dapat diterima oleh Allah dan menjadi persembahan yang berkenan kepada-Nya (ay. 16). Artinya pelayanan yang dilakukan oleh Paulus   sedapat mungkin berdampak positif bagi orang lain, yaitu hidup benar dan tetap taat kepada Allah dalam perkataan maupun perbuatan. Tindakan pelayanan  Paulus  ini  dapat  menjadi  contoh  bagi  pribadi-pribadi  kita  sebagai  orang percaya. Tentu saja dengan tujuan yang sama seperti Paulus, yaitu agar setiap orang menjalani    kehidupannya    dengan    hidup    dalam    ketaatan    kepada    Allah    yang diwujudnyatakan  lewat  perkataan  maupun  perbuatan.  Sebab  dengan  demikian  maka seluruh hidup kita dapat menjadi persembahan yang  benar kepada Allah. Hal ini tidak terbatas hanya pada ruang lingkup keluarga saja, tetapi dapat menjangkau orang lain melalui transformasi digital yang semakin canggih. Teruslah mempersembahkan yang benar dihadapan Allah dengan melakukan semua hal yang berkenan kepada-Nya serta jadilah berkat bagi orang lain.

 Doa: Tuhan, jadikanlah hidup kamii menjadi berkat bagi orang lain.. Amin. 


                                                    Rabu, 28 Juni         1 Korintus 8 : 1 - 13 


                                                   Persembahkan Hidupmu Kepada Allah

 Korintus  merupakan   kota   yang   sangat   duniawi   dan   dipengaruhi   oleh   berbagai kebudayaan. Salah satu kebiasaan buruk yang mempengaruhi orang-orang Kristen di Korintus yakni penyembahan berhala. Mereka yang masih percaya kepada berhala (dewa-dewi), seringkali membawa dan memberikan persembahan-persembahan mereka di kuil. Cara hidup seperti ini mengakibatkan terjadinya perbedaan pemahaman, antara orang Kristen tentang perihal makan daging persembahan berhala. Sebab perbedaan ini dapat menjadi batu sandungan tentang persoalan iman diantara mereka. Hal penting yang hendak ditegaskan oleh Paulus kepada Jemaat Korintus yaitu bahwa persembahan yang benar bukan kepada berhala, melainkan hanya kepada Allah (ay. 4-6). Sebab segala sesuatu hanya berasal dari Allah, oleh karena itu hanya bagi Dia seluruh hidup kita. Penegasan Paulus pada bagian bacaan kita ini, mengingatkan tentang kepada siapa kita harus memberikan persembahan. Persembahan kita tentu hanya diperuntukkan kepada Allah  yang  memberi  kehidupan  ini.  Sebab  dengan  demikian sesungguhnya menunjukkan iman percaya kita kepada-Nya. Pemahaman seperti ini harus terus dipelihara dan ditingkatkan oleh setiap orang percaya baik    di    dalam    keluarga,    bergereja    maupun masyarakat. Tentu saja hal ini penting agar kita terhindar  dari tindakan-tindakan yang bertentangan dengan kehendak Allah.  Tindakan  dimaksud  yakni  penyembahan kepada ilah-ilah  lain  (berhala)  yang  berakibat  fatal,  baik  kepada  pribadi,  keluarga  maupun persekutuan kita. Teruslah tingkatkan iman kita kepada Allah dan ingatlah bahwa hanya kepada-Nya seluruh persembahan hidup kita. 

Doa:  Ya Allah, hanya padaMulah seluruh persembahan  hidup kami.  Amin. 


Kamis, 29 Juni                                     2 Korintus 8 : 8 - 15 


 Peduli Terhadap Sesama

 Peduli merupakan suatu nilai dasar dan sikap memperhatikan atau bertindak proaktif terhadap kondisi atau keadaan di sekitar. Rasa peduli seperti inilah yang diinginkan oleh Paulus dari jemaat Kristen di Korintus kepada orang-orang seiman yang ada di Yerusalem.  Oleh  karena  itu  Paulus  terus  mendorong  Jemaat  Korintus  untuk  menjadi penyumbang sukarela. Paulus mengatakan hal ini bukan dalam kekosongan belaka, tetapi ia  memahami  bahwa  jemaat  di  Korintus  kaya  dalam  segala  sesuatu.  Maka  dengan demikian mereka diminta agar kaya juga dalam pelayanan kasih. Paulus juga menekankan bahwa  pelayanan  kasih   yang  hendak   dilakukan,   harus  disertai   dengan   kerelaan berdasarkan yang ada pada mereka (ay. 11-12). Sebab jika pemberian-pemberian disertai dengan keikhlasan atau tanpa paksaan, sama halnya dengan suatu tindakan yang benar. Nasihat yang disampaikan Paulus kepada jemaat di Korintus, mengajarkan kita untuk hidup peduli dengan sesama. Salah satu contoh bentuk kepedulian kita yaitu dengan melakukan pelayanan kasih kepada orang lain. Pelayanan kasih dimaksud tidak hanya terbatas pada keluarga kita saja  tetapi  kepada  semua  orang yang membutuhkan.   Ingat   dan   camkanlah   apa   yang dipesankan Paulus bahwa setiap pemberian kita harus disertai dengan kerelaan, sebab dengan demikian kita telah melakukan apa yang berkenan di mata Tuhan. 

 Doa:  Ajarilah  kami  Tuhan untuk selalu mengucap  syukur sebagai persembahan yang benar.  Amin. 



Jumat 30 Juni                        2 Korintus 9 : 6 - 15  


                      Persembahan Sebagai Ucapan Syukur

 Tidak terasa kita telah tiba di penghujung bulan Juni tahun 2023. Mengakhiri bulan ini, kita masih tetap belajar dari Rasul Paulus yang mengajarkan Jemaat Korintus untuk melakukan pelayanan kasih atau dengan kata lain memberi dengan sukacita. Pada bagian ini, Paulus mengungkapkanbahwaAllahmengasihi setiap orang yang memberi dengan sukacita (ay. 7). Artinya, setiap pemberian tidak disertaidengan sedih hati dan paksaan melainkan dengan ketulusan. Hal lain yang disampaikannya yaitu, orangyang memberi dengan sukacita dilimpahi kasih karunia dan selalu berkecukupan. Namun bagi Paulusada hal yang tidak kalah penting yakni, setiap pemberian tidak hanya dilihat untuk mencukupikebutuhan orang lain tetapi juga sebagai tanda pengucapan syukur kepada Allah.  Dengan  begitu,  setiap  orang  akan  memiliki  kesadaran  untuk  meresponi  kasih karunia yang Allah berikan dengan melakukan apa yang benar dan berkenan kepada-Nya. Berdasarkan nasihat Paulus ini, maka sebagai orang percaya kita punya kewajiban untuk mengucap syukur kepada Allah sebagai persembahan yang benar. Kita harus bersyukur atas   kekuatan,   kesehatan,   berkat   dan   setiap kemurahan Allah yang telah diberikan bagi kita. Atas semuanya  itu  kita  pun  diajarkan  untuk  berbagi dengan sukacita. Ingatlah, memberi dengan sukacita tidak membuat kita berkekurangan melainkan selalu berkecukupan serta meperoleh kasih kemurahan Allah.

 Doa:  Tuhan, ajari kami agar rela dan peduli terhadap sesama. Amin.